Bagian 4

4 1 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku terpaku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku terpaku. Hampir 5 jam penerbangan dan ini yang aku dapatkan? Tamparan pedih kuterima sebagai ucapan selamat datang dari Puteri Mahkota asing nan cantik untuk pertama kalinya. Kenapa dia melakukan itu? Maksudku, aku ingin memberikan sapaan termanisku! Mencium punggung tangannya. Tapi dia malah menamparku?!

Apa salahku? Apa warga Utara tidak menyukai sapaan itu? Oh, itu aku tidak tau, tapi aku tidak pernah mendengar ada kerajaan yang melarang cium tangan. Astaga. Hari pertama di Utara tidak semulus yang aku harapkan. Ini pertama kali aku bertemu dengan Puteri Mahkota, tapi dia sudah tidak menyukaiku.

Ngomong-ngomong Puteri Mahkota, ternyata beliau sangat cantik—not me overthink dia akan buruk rupa di sepanjang perjalanan. Tatapan matanya saat akhirnya mata kami bertemu membawa suatu kesan yang anehnya, tidak asing. Wajahnya terlihat berseri, pipinya merona dan bibirnya terlihat begitu segar. Sangat menggambarkan Puteri Mahkota yang dirawat dan dijaga dengan baik.

Aku seakan pernah melihatnya. Tapi dimana?

"Yang Mulia, Anda tidak apa-apa?"

Aku menoleh dan melihat Kala menghampiriku. Aku mengusapi pipiku yang masih terasa berdenyut akibat tamparan kuat gadis tadi. Aku menganggukkan kepalaku, sebagai jawaban untuk Kala.

Jika aku pikir-pikir, mungkin saja itu reaksi kaget dari si gadis. Kalau aku ada di posisinya sekarang mungkin aku akan melakukan hal yang sama. Mungkin dia tidak siap? Itu bisa dimaklumi. Atau dia hanya refleks dan kaget, karena menurutku ini juga terlalu cepat dan harus sangat diproses di dalam kepala.

Aku menghembuskan nafasku sambil terus menatap ke arah pintu besar aula. Beberapa orang tampak mengejar Puteri Mahkota, Raja juga tadi meminta maaf dan menyusul putrinya.

"Pangeran Devan."

Aku menoleh begitu mendengar seseorang memanggil namaku. Seorang pria tidak terlalu tua berjalan menghampiriku. Aku berdiri tegap dan tersenyum kepada pria itu.

"Lord Theo Benjamin, petinggi kerajaan bagian pertahanan siap melayani Anda." Kata pria itu, mengulurkan tangannya. Aku menyambut uluran tangan itu dan menjabatnya dengan tegas.

from YOU, to GOD's earTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang