Bagian 11

3 1 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sehari setelah keluarga Kerajaan Selatan berkunjung, tibalah hari yang lebih besar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sehari setelah keluarga Kerajaan Selatan berkunjung, tibalah hari yang lebih besar. Hari dimana ada yang menunggunya, dan ada yang mengutuknya. Hari ini adalah hari pernikahan Puteri Mahkota Kerajaan Utara dan Pangeran Kerajaan Selatan.

Sudah diputuskan bahwa pernikahan akan diselenggarakan sesuai ketentuan dan adat dari Kerajaan Utara, dan tidak akan ditayangkan di manapun, karena misi utama dari pernikahan ini hanya melegalkan hubungan sepasang manusia secara hukum dan agama. Membuat sebuah cerita bahwa mereka telah menikah sejak lama. Sebuah strategi untuk kehidupan yang lebih damai.

Annalie, di bangunannya, menatap bayangan dirinya sendiri di cermin besar. Dia memakai gaun pernikahan tradisional dengan bermacam-macam lapisan. Rambutnya diikat rapih, riasannya tipis dan elegan, tetap menonjolkan fitur wajah wanita cantik itu. Membuatnya seperti gadis kembali.

Nafas wanita itu berderu lambat, tangannya gemetar. Dia tidak menyangka hari ini benar-benar terjadi. Statusnya nanti akan berubah, dari wanita lajang beranak satu, menjadi seorang istri beranak satu. Annalie menarik nafasnya dengan cepat, memikirkan hal itu membuatnya merinding seketika.

Annalie menunduk, melihat tangannya yang gemetar. Sudah dia coba berbagai cara untuk menenangkan diri, tapi tidak ada yang berhasil. Dia kembali mengangkat kepalanya dan menatap pantulan bayangan wajahnya di cermin. Dia mengumpulkan tekadnya.

Hari ini hanya sebentar, hanya perlu dilalui, dan semua akan selesai, itu yang terus dia ulang untuk menenangkan dirinya.

"Permisi, Yang Mulia."

Annalie sedikit terkesiap dan menolehkan kepalanya, melihat sosok pria berpakaian resmi dan rapih memasuki ruangan. Diam-diam Annalie menghembuskan nafasnya dengan lega melihat sosok yang familiar memasuki ruangannya.

"Adriel." Gumam Annalie.

Melihat sosok Adriel entah kenapa membawa sedikit ketenangan di dalam diri wanita itu. Senyuman tipis yang terasa seperti pelukan yang hangat. Wanita itu menunggu ucapan manis nan hangat dari pria yang mengasihinya selama bertahun-tahun tersebut. Pria yang bersamanya selama cobaan hidup menghujaninya. Pria yang, kalau bukan karena kasta, mungkin lebih Annalie pilih untuk menikah, ketimbang pria lain itu. Sebuah rasa hati yang kuat.

from YOU, to GOD's earTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang