18

277 23 2
                                    

Boleh kan sebelum baca VOTE dulu.

Bismillah..

Mimpi Jadi Nyata.

"Baiklah, karna putri saya, Ana, sudah datang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Baiklah, karna putri saya, Ana, sudah datang. Mari, nak Alif, sampaikanlah niat baikmu" ujar Ayah.

"Baik, Om" balas Alif.

"Bismillahirrahmanirrahim, Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Saya, Alif Arrosyid Al Ghifari, dengan ini ingin menyampaikan niat baik saya. Demi rasa bakti saya pada orang tua, dengan restu orang tua, dan dengan niat lillahi ta'ala, izinkan saya untuk melamar mu. Bersediakah kamu menjadi pendamping hidup saya, menjadi penyempurna iman saya, menjadi belahan jiwa saya, menjadi makmum saya, menjadi Ibu dari anak-anak saya kelak, dan menjadi pegangan tangan saya hingga ke jannah-Nya, wahai Ana Khairun Nisa?"

Ana menunduk, memejamkan matanya sebentar. Ia menarik nafas lalu menghembuskan nya pelan. Lalu mengangguk mantap. Dan mulai menggerakkan mulut nya, tentunya untuk menjawab lamaran Alif.

"Bismillahirrahmanirrahim, Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh. Aku, Ana Khairun Nisa, dengan ini ingin menjawab lamaran dari seorang Alif Arrosyid Al Ghifari. Demi rasa bakti ku pada orang tua, dengan restu orang tua, dan dengan niat lillahi ta'ala, aku bersedia untuk menjadi pendamping hidup mu, menjadi penyempurna iman mu, menjadi belahan jiwa mu, menjadi makmum mu, menjadi Ibu dari anak-anak mu kelak, dan menjadi pegangan tangan mu hingga ke jannah-Nya"

"Alhamdulillah..." semua orang yang berada di sini mengucapkan syukur alhamdulilah. Karena mulai detik ini sepasang manusia berbeda jenis kelamin itu sudah sah bertunangan.

Lalu ini di lanjutkan dengan pemasangan cincin di jari manis Ana. Bukan Alif yang memasangkan, melainkan Bu Nana, Ibu Alif.

Dan dengan cincin itu, maka Ana sudah menjadi milik Alif, walau belum sepenuhnya. Tapi... Apakah Alif bisa memilikinya dengan sepenuhnya?

"Alhamdulillah.. sekarang tinggal merencanakan kapan hari-H nya" ujar Pak Rahman, bahagia.

Ana yang mendengar itu pun lantas angkat bicara "M-maaf, Om. Bolehkah hari pernikahannya di saat Ana sudah lulus kuliah?" Tanya Ana, hati-hati.

Pak Rahman tersenyum "Tentu. Kamu silahkan melanjutkan pendidikan mu dulu. Dan mulai sekarang jangan lagi panggil saya Om. Panggil saya dengan sebutan Papah, dan istri saya dengan sebutan Mamah, seperti Alif memanggil kami. Toh, kamu sudah menjadi calon menantu saya"

Ana mengangguk "Baik O-- eh, Pah.." jujur, Ana masih merasa canggung!

--

Pukul 21.03 WIB.

Ana merebahkan tubuhnya di atas ranjang setelah ia selesei dengan segala urusannya.

Ia menatap langit-langit kamar yang polos, tak lama ia mencari ponsel nya dan membukanya.

Mimpi Jadi Nyata || Alwi AssegafTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang