37

46 5 3
                                    

"Hamba, Yuju, telah menyelesaikan ujian dan datang menghadap Penguasa Kesembuhan dan Keabadian, Yang Mulia Dewi Perawan Mago

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hamba, Yuju, telah menyelesaikan ujian dan datang menghadap Penguasa Kesembuhan dan Keabadian, Yang Mulia Dewi Perawan Mago."

Meski bersujud, panggilan Yuju cukup lantang hingga mencapai singgasana Mago. Bersinarlah lukisan di tengah ruangan dengan amat terang; jika bukan murid Mago yang duduk di tengahnya, orang itu pasti sudah buta.

Sesaat kemudian, cahaya tersebut meredup. Berdirilah di hadapan Yuju seorang perempuan muda cantik dengan tinggi badan tak wajar, jubah berkilau aneka warna menjuntai melebihi telapak kakinya, dan jemari selentik cakar bangau. Auranya yang kuat dapat dikenali meskipun Yuju belum menengadah.

"Bangkitlah."

Yuju berdiri dan—tanpa tedeng aling-aling maupun rasa kewalahan yang dulu pernah muncul—mengangkat pandang. Mata tajamnya terkunci dengan Mago, sang dewi penyembuhan dan kesembuhan itu sendiri. Sesisi dirinya tak mampu memungkiri betapa menawan, misterius, dan menakutkan dewinya dalam satu waktu, tetapi sisi dirinya yang lebih besar—saat ini—hanya menghendaki pernyataan kelulusan. Memang karena itu, bukan, ia melalui 108 hari terakhir yang pahit-manis dan menahan sakitnya berpisah dengan keluarga kecilnya?

Ditatap dengan lancang begitu oleh Yuju, Mago bukannya marah justru merasa terhibur.

"Kau telah melewati ujian keduamu dengan sempurna," puji Mago, yang Yuju tanggapi dalam hati: tentu saja. "Sesungguhnya, dalam kedua ujian, kau telah melampaui rata-rata muridku, di mana mereka hanya menjalani sekali ujian untuk lulus. Itu merupakan pencapaian yang besar bagimu, padahal kau—sebagaimana muridku yang lain—adalah manusia biasa, pada awalnya."

Pernyataan ini membuat Yuju gatal bertanya.

"Jika saya begitu baik, mengapa saya justru diuji dua kali? Saya kira keistimewaan itu malah bisa membuat saya naik ke Nirwana tanpa ujian."

"Tak mudah tergerak oleh pujian. Kau memang istimewa." Mago tersenyum walau terdengar agak jengkel. Beruntung, keanggunannya segera mengemuka untuk menyamarkan kejengkelan itu. "Pertanyaan-pertanyaanmu itu akan terjawab sebentar lagi. Bersiaplah."

Menyangka Mago akan mengumumkan kelulusannya secara resmi, Yuju keliru. Lingkaran lukisan sekali lagi bersinar terang sebelum Mago mengucapkan sesuatu. Yuju menutup mata rapat-rapat; jantungnya berdebar kencang karena tak lagi dapat mengantisipasi apa yang menantinya.

Halmang tahu. Bangau sepuh itu sudah menutup mata duluan sebelum lingkaran lukisan menyala kedua kali. Ketika membuka mata dalam ruangan yang kembali redup, ia telah kembali sendiri. Ia lantas melangkah perlahan ke tengah lukisan dan meneliti setiap sudut lukisan itu.

Jumlah wanita dalam lukisan di lantai tidak bertambah. Sebaliknya, sosok Mago dalam lukisan itu memudar. Halmang membungkuk dalam, hormat, ke arah bagian lukisan yang pudar tersebut.

"Saya ucapkan selamat, Yuju-nim."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mago's Last Apprentice ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang