12

68 11 14
                                    

"Jangan meminta maaf

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jangan meminta maaf. Ayah sangat senang dengan hadiah-hadiah ini. Sangat senang, sampai tidak tahu harus berkata apa lagi. Terima kasih banyak, Hyejin-ah ... anak Ayah ternyata telah tumbuh sebesar dan sepintar ini ...."

Karena Seokmin memunggungi pintu, tentunya yang bisa dilihat Halmang hanya wajah gadis yang dipeluknya. Mata Hyejin berbinar-binar dan senyumnya melebar, lama-lama menjadi tawa. Merasa tugasnya sudah selesai, Halmang mengangguk pada Hyejin untuk mohon diri dan beranjak pergi.

"Jadi, Ayah suka hadiahku?"

"Tentu saja!" Seokmin melepaskan dekapan, lalu mengangkat botol giok dan kantong bersulam masing-masing menggunakan satu tangan. "Hyejin dulu tidak bisa buat yang seperti ini, sekarang jadi bisa karena diajari Yuju-nim. Kamu benar-benar hebat! Cocok sekali dengan bunga cempaka yang kausulam."

Air mata Hyejin dari kisah Chung Kaeguri menguap sudah. Bersilalah ia di depan ayahnya sambil mencondongkan badan ke kantong yang ia sulam. "Mengapa cocok, Ayah?"

"Karena bunga cempaka artinya keteguhan, ketekunan, dan cinta, sedangkan warna merah melambangkan semangat." Seokmin menggenggam kedua hadiah di satu tangan, begitu dekat dengan detak jantungnya. Tangan yang lain membelai kepala Hyejin dari samping. "Ibu pernah mengajari Ayah tentang arti bunga-bunga; dia tahu banyak, tetapi Ayah juga lupa banyak. Kamu mau dengar?"

Sisa malam itu dilewatkan Seokmin dan Hyejin bercerita tentang bunga-bunga. Rencana memijat Seokmin terlupakan dari benak Hyejin yang lama-lama mengantuk. Ia jatuh tertidur dalam dekapan Seokmin tanpa sempat menggunakan minyak pijatnya.

Dengan hati-hati, Seokmin meletakkan putrinya di tempat tidur, lalu merangkak ke tempatnya menyisihkan kantong minyak pijat. Dioleskannya minyak itu ke bahu dan tengkuk, memberikan rasa hangat yang menghilangkan pegalnya bahkan tanpa pijatan. Selanjutnya, masih duduk jauh dari Hyejin yang tertidur pulas, Seokmin menangis sunyi hingga air matanya menjatuhi botol giok.

Syukurlah, Hyejin-ah. Syukurlah kau telah belajar banyak dari ibumu.

***

Menyulam bagi wanita Joseon merupakan kemampuan yang melekat sekali seumur hidup. Meski sudah lama tidak berkarya, wanita Joseon pasti mampu membuat sulaman-sulaman sederhana jika dihadapkan dengan kain dan jarum-benang. Yuju tidak berbeda; malam itu, ia tengah memandang puas sulaman bunga kamelia yang baru jadi di midangannya.

"Tidak buruk, tidak buruk," gumam Yuju sebelum melepaskan kain dari midangan. Ia tinggal mengelim tepian kain supaya rapi, lalu jadilah saputangan cantik yang bisa digunakannya sehari-hari.

Sayang, sebelum mulai mengelim, pintu Yuju digedor berkali-kali. Hapal siapa pelakunya, Yuju cuma berkata, "Ketuk yang benar, baru boleh masuk!"

Hening sejenak di luar kamar. Gedoran riuh tadi tergantikan oleh tiga kali ketukan pelan.

"Masuklah," perintah Yuju. Gadis kecil yang tadinya brutal mengetuk pintu pun masuk terpincang-pincang. Wajahnya semringah karena malam ini, Yuju telah menjanjikan pelajaran baru.

Mago's Last Apprentice ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang