34

62 4 0
                                    

[CW: sexual content!] 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[CW: sexual content!] 

"Lalu apa yang kaumau dariku?" balas Seokmin putus asa, masih mengekang suaranya agar tak meninggi. "Aku tidak ingin menambah penderitaanmu dengan beban dalam hatiku juga. Kau sudah cukup tersiksa karena perasaanmu yang baru tumbuh untuk kami, jadi kalau bisa, aku ingin menjadi orang yang meringankannya."

Seokmin menarik napas, gemetar, sebelum melanjutkan.

"Yuna, ketahuilah, merelakanmu tidak pernah mudah bagiku, tetapi aku juga tidak mau menahan langkahmu. Kalau kau ingin berjalan ke satu arah, aku akan mendorongmu ke sana, kepada kebahagiaanmu. Ini hidupmu, persimpanganmu, tetapi ketika satu jalan sudah jelas lebih baik, aku akan menutup jalan yang lain untukmu."

Daripada dirinya, Yuju berpikir sebaiknya Seokmin saja yang naik ke Nirwana. Pria ini terlalu sering mengesampingkan dirinya demi kepentingan orang lain—dan keegoisan Yuju jadi tampak rendah di hadapannya. Untuk itu, Yuju beranjak, menyiapkan pipa yang lain. Namun, setelah memadatkan isi pipa Seokmin, Yuju memetik sehelai mahkota bunga cempaka dan bakung dari jambangan. Dikeringkannya bebungaan itu menggunakan ki. Ia lantas menghancurkan keduanya dengan jepitan jempol dan telunjuk, menimbulkan kerisik sangat samar. Bubuk kasar cempaka-bakung jatuh dalam mangkok pipa yang ia nyalakan untuk Seokmin.

"Yuna, terima kasih." Seokmin menerima pipa yang disodorkan kepadanya dan langsung mengisap. Bagi Yuju, itu sebuah penghargaan. "Padahal kau tak perlu repot-repot ...."

"Tidak merepotkan." Yuju kembali bersandar ke bahu Seokmin, kini lebih bermanja ketimbang mencari obat untuk dukanya. Ia menyusul Seokmin merokok. "Justru, merupakan kehormatan menyajikan racikan ganja terbaik untuk pria yang istimewa."

"Ah, jangan merayu seperti orang mabuk," timpal Seokmin lirih, malu. Yuju dapat membayangkan pipi lakinya memerah. "Tapi, ya, tak apa. Lebih baik kau merayu daripada menangis."

Yuju tertawa dan lanjut mengisap rokoknya.

Tapi, aku tak pandai merangkai kata-kata indah untuk memujimu, Seokmin. Aku ingin memberikanmu apa yang kaumau, tetapi kau bahkan tidak menyebutkannya. Katakan, dan aku akan memberikannya agar perpisahan ini tak terlalu menyakitkan bagimu.

Haruskah aku bertanya? Atau aku mesti menebak-nebak dan menawarkannya duluan?

Apa yang mungkin Seokmin inginkan, tetapi tak disadari bahkan oleh pria itu sendiri? Yuju dapat menebak satu hal. Menolehlah ia setelah meneguhkan hati untuk mengambil langkah yang berani.

"Seokmin—"

"Yuna—oh?" Tak sengaja, Yuju dan Seokmin bicara bersamaan dengan wajah berhadapan. Seokmin terkekeh dan melanjutkan. "Kau duluan."

"Tidak, kau—"

Suara Yuju sempat meninggi, sedikit frustrasi karena sikap Seokmin yang selalu mendahulukan orang lain membuatnya penasaran akan apa yang akan laki-laki itu katakan. Namun, menyadari bahwa usahanya akan sia-sia, Yuju mendesah pelan. Ia tidak mau berlama-lama menyimpan rasa frustrasinya untuk Seokmin; sebaliknya, ia hanya ingin merasakan yang baik-baik sepanjang malam ini bersama sang kekasih.

Mago's Last Apprentice ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang