•|| RAGA 19 ||•

3.6K 214 3
                                    

Rora, Raga, Cakra, dan Edwin sudah sampai di Pantai sekitar satu jam yang lalu. Bahkan Raga kini tengah berada di pesisir Pantai, anak itu sedang membuat istana pasir. Tapi Edwin yang memang dasarnya jahil itu menjahili adiknya dengan cara merobohkan istana yang telah di buat oleh Raga.

"ABANGGG IHHH!!! JANGAN GANGGU LAGAA!!" teriak Raga sambil menatap Edwin garang.

"Habisnya kamu lucu kalau lagi kesel gitu." ujar Edwin

"Ihhh Laga itu tampan bukan lucu."

"Kamu itu lucu Raga." tambah Cakra yang sedang membangun istana di sebelah istana Raga. Ntah bagaimana tanggapan jika para pegawai di kantor melihat Bos mereka sedang membuat istana pasir.

"Ihhh kalian beldua nyebelin, Laga ndak suka." Raga bersidekap dada

"Ulululu adik Abang yang satu ini gemesin banget. Gak kayak adik Abang yang satu." ujar Cakra sambil menguyel-uyel pipi Raga

Edwin mendelik, "Gue mah kan pria sejati."

"Plia sejati kok gak kuat makan pedes," sindir Raga

"Abang juga salah satu manusia yang gak suka pedes. Gak kayak Abang sepupu kamu tuh yang jajannya pedes terus."

"Laga punya sepupu?" tanya Raga sambil memiringkan kepalanya

"Kamu punya kok, besok mereka kesini sama Orangtuanya."

Raga sangat senang, ahh dia tak sabar menunggu hari besok. Semoga saja sepupunya itu tidak ngeselin seperti kedua Abangnya.

"Tapi, apa Sepupu kita menerima Nia?"

Cakra menggeleng, "Mereka tak suka, maka dari itu mereka jarang sekali datang ke sini karena mereka berdua. Tapi setelah mendengar berita jika kamu dan Bunda sudah kembali, mereka langsung segera ke sini." jawab Cakra

"Tadinya mereka akan ke sini 2 hari yang lalu, tapi ada kendala di sana." tambah Edwin

  Raga hanya mengangguk saja, mereka pun lanjut bermain. Kali ini Raga membuat lubang yang besar di pasir pantai itu.

"Bang Ed, ayo masuk sini." titah Raga sambil menunjuk sebuah lubang besar yang dia buat tadi.

"Buat apa?"

"Masuk aja telus balingan di situ." Edwin langsung saja masuk dan menuruti perkataan Raga tadi.

Dengan senang Raga langsung memasukkan pasir yang dia keluarkan, dengan di bantu oleh Cakra.

"Loh loh kok Abang di kubur dek?"

"Udah Abang diam aja,"

Mereka mengubur Edwin dan hanya menyisakan kepalanya saja di luar pasir.

"Astagfirullah," Edwin hanya bisa pasrah karena di kubur dalam pasir oleh Kakak dan juga adiknya. Untung saja kesabaran Edwin itu tebal seperti tisu yang di bagi 10.

"Wahhh seru banhet kayaknya. Loh Edwin kamu kenapa kamu masuk ke pasir?" tanya Rora yang datang menghampiri mereka.

"Ini gara-gara mereka Bunda." adu Edwin

Rora tertawa, "Ya udah mending kamu keluar dari sana."

Raga membantu Abangnya keluar dari sana.

"Bunda kita makannya nanti dulu ya, Laga masih mau main," kata Raga

"Iyaa," Rora mengusap ketiga rambut Putranya

"Bunda Ayo kejal Laga." Raga langsung saja berlari

"Nanti kalau kamu ketangkep Bunda bakal peluk kamu terus Raga." Rora pun langsung saja mengejar sang Putra.

"BUNDA KITA BANTUN YAA!!" teriak Cakra dan Edwin bersamaan.

Alhasil mereka berempat saling kejar mengejar. Mereka tertawa bahagia tanpa memyadari ada sepasang mata yang menatap mereka berempat sendu.

"Maafkan aku," batin orang itu kemudian pergi dari sana.

  Sementara Rora dan anak-anaknya setelah bermain kejar-kejaran ber istirahat sebentar, lalu makan siang dengan makanan yang sudah di siapkan oleh Rora tadi.

•|| RAGA ||•

Setelah pulang dari Pantai, Raga langsung tertidur di kamarnya sampai malam. Tentu saja dengan Rora yang menemaninya tidur. Sementara itu Cakra dan Edwin tengah menjemput Keluarga Kakak Mario.

Mereka mendapat kabar mendadak jika mereka datang ke sini di percepat. Mereka berdua tidak memberitahu Mario karena di larang oleh sang Paman.

"Dimana Raga?"

Mario yang baru saja pulang dari kantor kebingungan mencari Raga. Niatnya dia akan meminta maaf, dia juga tak lupa membelikan Raga ice cream.

Ceklek

Perlahan Mario masuk ke dalam kamar Mario. Terlihatlah di kasur ada Rora dan Raga yang masih tertidur, mungkin mereka kelelahan karena bermain di Pantai tadi.

"Rasanya sudah lama sekali tidak melihat kamu tidur nyenyak seperti ini di sampingku Rora." Mario mengusap rambut Rora kemudian beralih ke Raga.

"Raga bangun, Ayah bawa ice cream buat kamu." bisik Mario

Raga menggeliat, kemudian mengerjapkan matanya.

"Es klim? Laga mau." Raga menengadahkan tangannya

"Bangun dulu yuk, cuci muka. Habis itu kita ke halaman belakang."

Mario menggendong Raga ke kamar mandi kemudin pergi ke halaman belakang, tak lupa membawa ice cream dia beli tadi.

"Mana?" tagih Raga

"Nanti oke,"

"Ihh katanya mau kasih Laga es klim," Raga mengerucutkan bibirnya

"Iya, tapi nanti dulu. Ayah mau minta maaf,"

"Buat?"

"Karena kemarin seenaknya Ayah batalin rencana buat pergi ke Pantai."

"Iya Laga maafin Ayah, tapi kalau Ayah kecewain Laga lagi. Laga gak tau." ujar Raga

"Tap-

"Udah. Intinya Laga udah maafin Ayah, jadi mana sekalang es klimnya."

Mario terkekeh, "Ya udah nih, 2 aja okey."

"4 aja Ayah." tawar Raga

"Gak, nanti kamu sakit Raga."

Raga pun akhirnya hanya bisa mengangguk saja dan memakan ice cream itu. Mario menahan gemas melihat cara makan Raga.


TBC

maaf ya sekarang saya update nya gak menentu, saya sibuk banget di rl akhir-akhir ini:(

masih pada nungguin cerita ini up ga?

RAGA [SELESAI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang