•|| RAGA 29 ||•

3.2K 223 14
                                    

Saat makan malam tiba, Raga hanya diam saja dan tak menanggapi ocehan Mario yang selalu mengajaknya berbicara. Lihatlah, sampai sekarang Ayahnya itu tak ada niatan untuk meminta maaf padanya.

"Raga mau makan apa? mau sup ayam ga? ini Ayah yang masak loh tadi." kata Mario

Raga menggeleng, "Terus mau apa? ayam goreng? atau kentang balado?" tanya Mario lagi.

"Laga cuman pengen Ayah pliolitasin Kelualga Ayah daripada olang asing, bisa?" tanya Raga

Mario dan semua yang ada di meja makan terdiam mendengar ucapannya.

  "Raga mau ayam ya? yaudah nih Ayah ambilin, bagian pahanya." Mario menaruh paha ayam itu pada piring Raga.

Raga pun mengucapkan terima kasih, meskipun ucapannya tadi tak mendapatkan jawaban.

Makan malam pun berjalan tak ada yang berbicara karena Tom melarang mereka berbicara saat sedang makan.

"Besok Raga berangkat Sekolah barang Ayah mau gak?" tawar Mario

"Gak mau, Laga mau belangkat baleng Bang Ezla." jawab Raga

"Kenapa gak mau Ayah yang anter?" tanya Mario

"Malas, Ayah pasti ajak Nia."

Lebih baik Raga secara terang-terangan saja menunjukkan sikap jika dirinya tidak menyukai Nia, lagian gak ada yang peduli juga kan.

"Raga jangan gitu, Nia kan dari dulu kalau berangkat Sekolahnya Ayah yang nganter." kata Mario

"Emang kenapa? Laga juga pengen Ayah antal jemput ke Sekolah tanpa adanya Nia. Laga gak mau, Ayah ngelti gak sih? Laga tau kok kalau Laga balu datang ke sini, tapi apa salahnya kalau Laga minta hak Laga sebagai anak kandung Ayah? tapi kenapa Ayah kelihatannya kebelatan gitu ya kalau Laga gak mau ada Nia?"

"Apa Ayah lebih sayang anak itu dali pada Laga?"

"Gak gitu Raga, kamu harus ngertiin Nia sama Ibunya ya. Nia kan Ayah kandungnya gak ada, jadi Nia anggap Ayah ini Ayah kandungnya. Jadi, Ayah lakuin hal itu ke Nia biar dia bisa ngerasain kasih sayang sosok seorang Ayah." ujar Mario

"Laga cape kalau halus telus ngeltiin Ayah, kapan Ayah ngeltiin Laga juga? bahkan Bunda, Bang Cakla sama Bang Ed."

Raga langsung saja pergi dari sana, "RAGAA!!" panggil Mario yang di abaikan Raga

"Biar Nia aja yang susul ya," tanpa mendapat persetujuan dari mereka semua yang ada di sana, Nia langsung saja berlari mengejar Raga yang menuju kolam renang.

"Edwin harap Ayah segera sadar, jangan terlalu mementingkan anak yang bukan darah daging Ayah. Dan malah mengabaikan anak kandung Ayah sendiri jika tidak ingin menyesal di kemudian hari."  ujar Edwin

Sedangkan di dekat kolam renang, Nia berdiri di samping Raga yang sedang menatap kosong ke depan.

"Kasian banget ya jadi kamu Raga, gak pernah jadi prioritas Ayah kandung sendiri. Sedangkan aku? aku dan Ibu ku lah yang selalu menjadi prioritasnya." celetuk Nia, sepertinya dia mulai membuka sifat aslinya itu di depan Raga

"Ya, dan itu semua teljadi karena ulah Kamu dan Ibumu." jawab Raga

  "Huh? apakah Bunda mu sudah di temukan? ohh atau mungkin Bunda kamu itu sudah meninggal?"

Raga mengepalkan tangannya, "Jangan belbicala seenaknya tentang Bunda."

Raga menatap tajam Nia, tatapan yang selama ini tak pernah dia tunjukan pada orang lain dan Nia lah yang pertama. Sebentar Nia takut akan tatapan itu, namun dia berusaha berani. Tatapannya seperti Tom.

RAGA [SELESAI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang