•|| RAGA 15 ||•

4.3K 242 7
                                    

hehe maaf bru up,
sedih yg jadi sidears nya banyak :(
makasih yg suka vote sama komen,
kalau ada typo tandain ya, biar aku kebantu buat revisinya nanti :)

selamat membaca

•|| RAGA ||•

  BRUKHH

"RAGAA!!"

"DOKTER PASIEN SUDAH BANGUN!!" teriak suster yang keluar dari ruangan itu untuk memanggil Dokter

Dokter pun masuk dan menghampiri Rora yang kini terduduk dengan mata berair.

"Alhamdulillah akhirnya Nyonya Rora sudah bangun."

"Dok, dimana Putraku? Apa dia baik-baik saja? Kenapa..kenapa aku bermimpi jika Putraku tertabrak." ujar Aurora panik

"Nyonya mohon tenang, jangan terlalu banyak pikiran. Nyonya baru saja bangun dari koma."

"Mari saya periksa sebentar." lanjutnya. Setelah selesai memeriksa Rora, Dokter dan Suster itu pergi.

Sedangkan Rora hanya diam termenung dengan berbagai macam pikiran di kepalanya. Sudah berapa lama dia ada di sini? dia lupa menanyakannya pada Dokter tadi. Lalu jika dia disini, Raga di rawat oleh siapa di rumah.

Namun, entah kenapa sejak sadar dari koma perasaannya tidak enak. Dia merasa jika mimpi tadi itu terasa nyata, dimana Raga tertabrak saat menyelamatkan seekor kucing dan Raga yang sudah mengetahui siapa Ayahnya itu.

Rora tidak bisa diam terus, dia harus harus memastikan keadaan sang Putra. Bagaimana pun juga dia adalah seorang Ibu 3 anak, Ibu mana yang tidak khawatir dengan keadaan sang anak.

Rora pun melepas paksa infus yang ada di tangannya, kemudian turun dari brankar dan berjalan untuk pulang.

  "Nyonya mau kemana? lebih baik anda kembali ke brankar, kondisi anda masih lemah." cegah Suster yang baru masuk ke ruangan Rora di rawat

"Jangan halangi saya, Putraku..aku harus menemui Raga." Rora pun kini sudah berada di koridor Rumah Sakit, dia berjalan dengan perlahan.

"BERI KAMI JALAN!! ADA KORBAN KECELAKAAN!! MOHON BERI KAMI JALAN!!" teriak seorang suster pria yang mendorong brankar di bantu beberapa orang.

"Kasian sekali, korban kecelakaan itu anak kecil."

"Iya, aku tidak berani melihatnya. Banhak sekali darah."

Mendengar suara orang-orang itu, ntah kenapa hati Rora menyuruhnya untuk mendekati brankar itu.

"BERHENTI!!" cegah Rora

"Maaf Bu, pasien ini harus segera mendapat pertolongan."

"Sebentar, aku ingin melihat wajahnya."

Rora mengarahkan kepala itu ke arahnya, dia juga sebenarnya tidak kuat melihat badan yang penuh darah ini. Tapi, dia harus memastikan sesuatu.

DEG

"PUTRAKUU!!" teriak Rora kemudian memeluk tubuh Raga

Ya, korban kecelakaan itu adalah Raga. Dia tertabrak oleh sebuah mobil yang melaju kencang ke arahnya saat dia sedang menyelamatkan seekor kucing. Raga sempat ingin menghindar tapi terlambat. Tubuhnya terlempar beberapa meter dari lokasi.

"Maaf Bu, kami harus segera memberi anak ini pertolongan."

"Y-ya cepat. Lakukan yang terbaik untuk Putraku."

  Brankar itu kembali berjalan menuju IGD, Rora pun mengikutinya sambil menangis.

'tolong selamatkan Putraku. Raga, kamu kuat nak." batin Rora

"Bu, Ibu sebaiknya kembali ke ruang rawat. Kondisi Ibu masih lemah." ujar Suster yang tadi masuk ke ruangan Rora

"Tidak. Aku akan disini, menunggu Putraku." balas Rora tak terbantahkan

"Baiklah, Nyonya bisa di sini. Tapi harus di infus ya, setidaknya sampai cairan infusnya habis. Demi Putra Nyonya, maka dari itu Nyonya harus sembuh dulu." kata suster itu

Rora mengangguk, iya demi Putranya dia harus sembuh dulu. Setelah itu dia akan merawat sang Putra. Suster itu langsung memasang infus pada tangan kiri Rora.

.
.
.
.

Sedangkan di tempat lain, Mario kini masih mencari dimana Raga berada. Dia sebenarnya ingin marah pada Nia karena sudah membohonginya. Tapi dia tak tega dengan wajah polos anak itu, jadi Mario hanya diam.

"Tuan," panggil Isal

"Katakan."

"Kami berhasil menemukan lokasi tuan Muda Raga melalui GPS yang terletak di sepatunya."

"Katakan, dimana Putraku berada." kata Mario tak sabaran

"Tapi ada kabar buruk tentangnya, Tuan Muda Raga mengalami kecelakaan. Dan dia sudah di bawa ke Rumah Sakit tempat dimana Nyonya Aurora di rawat."

Mario terdiam mendengarnya, hatinya sakit ketika mendengar Putranya mengalami kecelakaan.

"Kita harus ke sana, jangan lupa hubungi Cakra dan Edwin agar segera datang ke sana. Dan kau ikut aku."

Isal mengangguk, Mario pun langsung berlari ke mobil dan mengendarainya dengan kecepatan penuh. Setelah menghubungi Cakra dan Edwin, Isal menyusul Mario dari belakang.

Setelah sampai di Rumah Sakit, Mario langsung menanyakan dimana Raga berada. Setelah tau dimana Raga berada, Mario menyusul bersama Isal di belakangnya yang baru datang.

Namun langkah Mario terhenti ketika melihat seorang wanita yang selama ini dia tunggu tengah duduk sambil memandang sendu ruang IGD.

"Rora," lirih Mario. Perlahan kakinya mendekati Rora.

Rora yang merasa di perhatikan pun menoleh, dia sangat terkejut ketika melihat  Ayah dari anak-anaknya ada di sini.

"Rora." Mario langsung saja memeluknya.

"Akhirnya kamu sadar, aku sangat merindukanmu."

Rora diam, tidak membalas pelukan dan ucapan Mario. Isal memandang mereka berdua, dia berdoa semoga saja Keluarga Tuannya kembali bersama.

"Maafkan kesalahanku dulu, aku sangat menyesal Rora. Maafkan aku."

Rora melepaskan pelukan mereka, "Kenapa kamu datang lagi? kenapa hm? aku sudah hidup tenang dengan Putra bungsu ku, tapi kenapa kamu datang lagi?"

"Maaf, aku sudah mengetahui Raga dan sekarang dia tinggal bersama denganku."

"Aku tidak akan membiarkannya tinggal bersama denganmu. Aku akan membawa Raga setelah dia keluar dari Rumah Sakit."

"Tidak, ku mohon. Kita rawat anak-anak kita bersama, aku janji tidak akan mengulang kesalahan yang lalu."

Rora hanya diam dan kembali memandang ke depan.

"Ayah."

TBC

maaf sedikit, hehe. idenya cumn mentok
sampai sini :)
vote ya jangan jadi sidears :)
hehe.

RAGA [SELESAI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang