•|| RAGA 37 ||•

3.7K 200 9
                                    

DORR

Untung saja Raga berhasil menghindar dari tembakan itu, dia kemudian menatap sengit Dona.

"Berani sekali kau menatapku dengan tatapan seperti itu." ketus Dona

Raga perlahan bangkit meskipun sempat oleng, dia kemudian menatap tajam Dona dan Nia. Ingatlah di dalam dirinya memgalir darah Rasendriya, jangan lupa kan juga jika Opanya itu bernama Tom. Sosok yang sangat di segani dan di takuti oleh orang-orang yang ada di sekitarnya. Tom saat muda dulu tak segan membunuh orang yang mengganggunya.

Yang Raga rasakan sekarang hanya ingin membuat Dona dan Nia menjerit kesakitan.
Raga pun maju perlahan dengan mata yang masih menatap tajam kedua orang itu, tangannya masih terikat.

"Rupanya luka mu masih kurang ya Raga?" kata Nia

BUGH

BUGH

Dengan tidak berperasaan Raga menendang wajah kedua perempuan itu, kemudian dia tertawa sinis.

"Lasakan itu, jangan pikil kalena aku sudah lemas oleh luka yang kalian belikan aku tidak bisa menghajal kalian beldua." kata Raga

"Sialan kau Raga." desis Dona

"Ibu, lebih baik cepat lenyapkan saja dia, Nia takut mereka semua berhasil kemari." titah Dona yang kini wajahnya memucat karena mendengar suara keributan di luar.

"Kau benar,"

Dona menodongkan pistolnya pada Raga yang kini hanya memasang wajah datar.

"Kau tak takut huh?" tanya Dona

"Untuk apa takut? di sini yang sehalusnya takut itu adalah kalian. Apa kalian tak takut jika Kelualgaku belhasil menangkap kalian beldua?" kekeh Raga

"Cih, Suamiku pasti sudah menghabisi mereka terlebih dahulu sebelum sampai di sini."

Dona mulai menarik pelatuk dan..

BRAKK

DORR

•|| RAGA ||•

2 buah brankar di dorong oleh para perawat du koridor Rumah Sakit. Cakra dan Edwin ikut mendorong brankar yang terdapat seorang remaja dengan luka tembak di dada sebelah kiri.

Sedangkan di brankar satu lagi, Eron dan Marsyel juga ikut mendorong brankar yang terisi seorang pria dengan 2 luka tembak di bahu dan juga perut.

"Selamatkan mereka Dok, kami mohon." kata Cakra

"Kami akan berusaha, sebaiknya kalian berdoa agar kedua pasien berhasil selamat." ujar Dokter itu kemudian masuk ke dalam UGD

Ke empat pria itu menunggu di luar dengan wajah khawatir.

"Mereka sudah di bawa?" tanya Marsyel

"Sudah, Opa sudah membawa mereka ke tempat biasa." jawab Cakra

"Maaf Tuan, Nyonya Bila dan Rora mencari kalian dan ingin mengabarkan jika Tuan Muda Ezra sudah melewati masa kritisnya." kata Isal

"Syukurlah, katakan pada mereka jika kami akan pergi ke sana setelah urusan di sini selesai. Dan jangan beritahu mereka bertiga jika mereka terluka." jelas Marsyel

"Siap tuan, saya pamit undur diri." Marsyel menganggukkan kepalanya.

Setelah Isal pergi dari sana, mereka berempat kembali di landa keheningan. Mereka masih terbayang akan kejadian tadi.

flashback

BRAKK

DORR

"AYAHHH!!" teriak Raga karena Mario datang secara tiba-tiba dan menjadi tameng untuknya sehingga peluru yang di layangkan Dona tepat mengenai perut Mario.

Mario bersimpuh di lantai sambil memegangi perutnya.

"Ayahh!! kenapa Ayah beldili di depan Laga!? Kan jadi kena tembak sekalang!!" omel Laga sambil berjongkok di sisi Mario

Mario hanya terkekeh kemudian melepaskan ikatan pada tangan Raga, "Itu sudah tugas seorang Ayah untuk melindungi anaknya," ujarnya sambil mengusap kepala Raga

"Cih drama apa lagi ini? benar-benar memuakkan." decih Nia

"Ku kira suami ku sudah melenyapkan kalian semua, ternyata dugaan ku salah." ujar Dona dengan sedikit ketakutan di hatinya

"Justru suami mu lah yang sudah tiada." kata Mario yang membuat mereka berdua terkejut

"APA MAKSUDMU?! AYAH KU TIDAK MUNGKIN TIADA!!" teriak Nia tak terima

"Tinggal terima saja," celetuk seseorang

Dugh

Sebuah kepala yang sudah terpisah dari tubuhnya menggelinding hingga menyentuh kaki Dona, wanita itu pun membalik kepala itu seketika matanya melebar.

"MAS DIAZZ!!"

"AYAHH!!"

"Bajingan kalian semua, kalian membunuh suamiku!!" Ujar Dona marah

"Ini semua salah kalian, kami tidak akan mengganggu kalian jika kalian tidak mengusik kami. Maka terima lah konsekuensinya." ujar Marsyel, dialah orang yang menebas kepala Diaz tadi.

"Seharusnya kalian berpikir panjang untuk tidak mengusik Keluarga Rasendriya." tambah Cakra

"AKAN KU BALAS KALIAN SEMUA!!"

Dona menembaki mereka semua, dengan sigap mereka juga berlindung.

"Dasar wanita gila," gumam Edwin

Nia kemudian menaruh kepala Ayahnya di lantai dan menatap tajam Raga yang kini seperti akan kehilangan kesadarannya di pelukan Mario.

"INI SEMUA GARA-GARA KAU!! JIKA BUKAN GARA-GARAMU AYAH KU TIDAK MUNGKIN MATI!!" teriak Nia

DOR

"Cih dasar tidak intropeksi diri." ujar Tom setelah berhasil menembak kaki Nia. Dirinya tidak bisa menahan diri untuk masuk ke markas ini, dia khawatir anak dan cucunya terluka.

"Heh? tua bangka ini pun ikut kemari?" kata Dona

"Cukup Dona, kau sudah gila. Padahal setauku Orang tua mu tak mempunyai sifat haus harta dan kekuasaan seperti mu." ujar Tom

"KARENA AKU HANYA ANAK ANGKAT MEREKA!!? KAU TAU!! AKU HANYA ANAK ANGKAT MEREKA!!" sentak Dona

"Pantas saja, anak angkat yang gak tau diri." kata Eron

"DIAM KAU!!"

"Loh? salah? saya hanya berbicara fakta kok." bela Eron sambil mengangkat bahunya.

  Dona kemudian tertawa keras membuat semua orang yang ada di ruangan itu merinding.

"Emang bener-bener udah gila ya?" bisik Edwin yag di setujui Cakra dan Eron

  "Kalian terjebak, dan kita akan mati bersama-sama di sini!" kata Dona

"Apa maksudmu?" tanya Mario yang kini mendekap tubuh mungil Raga dengan erat.

"Kami sudah memasang bom di setiap sisi yang ada di markas ini. Dan jika tombol yang ada dalam genggaman ku di tekan maka BOOM dalam hitunga waktu 5 menit bom akan meledak. Jadi, jika kami di lenyapkan kalian. Kalian pun akan ikut mati di sini," jelas Nia

"Sialan,"


























TBC

ga smngt.
banyak bgt sidearsny wk.

55 vote dan 20 komen utk part berikutnya.
jujur, menurut kalian cerita Raga alurnya nyambung ga?

RAGA [SELESAI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang