•|| RAGA 23 ||•

3.5K 225 5
                                    

"Aku ingin kita bercerai Mas."

DEG

Dada Mario seakan di hantam ribuan panah, dia tak percaya Rora akan berani mengatakan itu.

"K-kamu bercanda kan? kamu tidak mungkin melakukan itu." ujar Mario sambil terbata

"Maaf, tapi aku serius. Aku sudah lelah dengan sikap mu yang terlalu mementingkan Dona dan Nia, lalu kau malah mengabaikan Keluargamu hanya demi mereka."

"Tapi mereka membutuhkan ku Rora, Nia juga membutuhkan figur seorang Ayah, Mengertilah."

Rora tertawa miris, "Aku sudah cukup mengerti kalian, aku tau jika Nia membutuhkan kasih sayang Ayahnya. Tapi Raga juga butuh Mario, dari dia lahir ke dunia Raga belum pernah merasakan kasih sayangmu. Dan sekarang, ketika dia sudah bertemu denganmu kau malah mengabaikannya. Apa kau tau? Raga sering kali memandang sendu dirimu ketika sedang asik bermain bersama Nia." terang Rora

"Bahkan Raga tau jika kau membuang kotak hadiah yang dia belikan untukmu. Apa kau tau bagaiman sakitnya," Rora memang mengetahui kejadian semalam, dia mengawasi dari balkon kamar Raga.

Mario terdiam, dia selama ini salah karena lebih sering memberikan perhatiannya pada Nia di banding Raga yang notabenenya anak kandung.

"Kau sadar sekarang? jadi ku harap kau segera menandatangani surat cerai ini."

Setelah mengatakan itu Rora pergi dari sana diikuti Cakra dan Edwin. Mario mengusap wajahnya kasar dan berteriak frustasi.

Dona yang sedari tadi menguping pun tersenyum miring. Sekarang hama yang hampir membuat rencananya gagal akhirnya tersingkirkan sebentar lagi.

"Hanya tinggal melenyapkan hama-hama itu saja, maka boom rencanaku berjalan sukses." ujarnya kemudian pergi dari sana.

Seseorang yang dari tadi mendengarkan ucapan Dona tersenyum miring.

"Kita lihat saja siapa yang menang Dona."

•|| RAGA ||•

Esoknya Raga sudah bersiap duduk di kursi meja makan dengan Ezra di sampingnya. Anak itu gembira karena akhirnya dia bisa kembali Sekolah setelah izin beberapa waktu. Tentunya dia akan pergi bersama Ezra yang satu kelas dengannya.

Rora yang melihat anaknya gembira pun tertawa kecil. Anak bungsunya memang sangat lucu.

"Bunda, Ed nanti pulang malam. Ada acara di Kampus." kata Edwin yang tengah memakan sarapannya.

"Iya, tapi jangan pulang kemalaman. Hati-hati juga."

"Siap Bunda."

Setelah sarapannya habis, Raga dan Ezra berpamitan untuk pergi ke Sekolah. Nia sudah pergi duluan dengan Dona yang mengantarkan. Sedangkan Mario dia dari subuh sudah pergi ke kantor.

"Pokoknya kamu harus panggil Abang," kekeh Ezra yang kini tengah berjalan ke kelas bersama Raga

"Iya iya, Laga panggil Ezla Abang." pasrah Raga, jika tidak di iyakan sepupunya ini pasti akan terus mengoceh.

"Nahh gitu dongg, makin sayang deh sama adek gemes gue." Raga menyingkirkan tangan Ezra yang mencubit pipinya.

Bel masuk pun berbunyi, semua siswa belajar dengan tekun meskipun ada beberapa dari mereka yang membolos kelas.

ISTIRAHAT

Raga dan teman-temannya tengah berada di kantin, Ilan dan Galih sedang pergi mengambil pesanan.

"Nanti kamu mau main dulu ga?" tanya Marva pada Raga

"Nggak Malva, Bunda suluh Laga sama Bang Ezla langsung pulang." jawab Raga

"Ohh gitu,"

Mereka bertiga sibuk dengan ponselnya sambik menunggu makanan datang.

BYURR

"M-maaf Nia gak sengaja!" ucap Nia terbata

Sedangkan Raga yang punggungnya terkena kuah bakso yang masih mengepul hanya diam. Meskipun itu sangat perih, tapi dia bisa menahannya tidak menangis.

"MAKSUD LU APA NUMPAHIN KUAH PANAS KE PUNGGUNG ADIK GUE!!" bentak Ezra

Nia yang di bentak pun terkejut, dia tak menyangka jika Ezra yang tengil itu bisa menyeramkan saat marah.

"Nia gak sengaja nginjek tali sepatu Nia, jadi jatuh." jawab Nia bergetar

Ezra memandang ke bawah dimana sepatu Nia terpasang, kemudian tersenyum sinis, "Sepatu lu gak ada talinya, jadi gak mungkin kan bisa ke sandung kecuali kalau lu sengaja." ujar Ezra sambil tersenyum miring. Siswa yang dari tadi memperhatikan pun mulai mencibir Nia.

"Iya ya, sepatunya kan gak ada talinya. Berarti bener banget kalau si Nia itu sengaja."

"Gue juga lihat tadi dia sengaja numpahin kuahnya ke dedek gemes gue."

"Dihh caper."

"Pick me huuu,"

Wajah Nia memerah menahan kesal mendengar cibiran para siswa yang ada di kantin. Niatnya dia ingin mendapat pembelaan dari Ezra dan mempermalukan Raga, tapi malah dia yang di permalukan.

"So? lu sengaja."

"Maksud Nia bukan beg-

"Mending lu pergi dari sini."

"tap-

"PERGI!"

Raga juga sangat terkejut melihat Ezra yang marah.

"Kita ke UKS yuk dek, kita obatin punggungnya." ajak Marva

"Tapi makanannya?"

"Gak papa, nanti Marva busa bilang buat makannya di halaman belakang Sekolah aja yang sejuk. Kita ke UKS dulu." Ezra langsung menggendong Raga ke UKS.

Setelah sampai di UKS Ezra membuka seragam yang di kenakan Raga kemudian mengobati punggung Raga.

"Wihh ada cogan." celetuk seorang siswi yang baru saja masuk ke dalam UKS bersama satu temannya.

"Cogan mulu pikiran lu. Udah ayo kita cari obat sakit perutnya, keburu si Vio ngereog." Kedua siswi itu langsung saja mencari obat yang di perlukan teman mereka.

"Mereka teman kelas Laga." ujar Raga

"Kayaknya teman kamu jarang banget lihat cogan dek." kata Ezra sambil terkekeh. Sepertinya dia menyukai salah satu dari mereka. Ahh gak mungkin kan kalau Ezra sedang jatuh cinta

"Di kelas Laga kebanyakannya itu cewe, yang cowonya cuman ada 8."

"Ohh gitu pantesan aja."

"Yaudah ayo kita ke halaman belakang, kamu pasti udah lapar." lanjutnya, kemudian mereka berdua pergi ke halaman belakang.

•|| RAGA ||•

Setelah pulang Sekolah Raga ikut Bundanya pergi ke taman, tak lupa dengan Edwin yang ikut. Mereka bertiga bermain di taman.

"Bunda bunda lihat." kata Raga sambil memperlihatkan sebuah bunga yang baru saja dia petik dan di jadikan mahkota

"Bagus banget," puji Rora sambil tersenyum

"Ini Laga pakaikan buat Bunda, kalena Bunda itu latu di hati Laga." Rora terharu mendengarnya

Edwin memfoto mereka berdua, "Pelukan," ujarnya. Mereka bertiga langsung saja berpelukan.

"Bunda ayo kejal Laga," Raga langsung saja berlari dengan Rora yang mengejarnya. Begitupun Edwin yang berusaha mengejar Raga yang larinya sangat cepat. Edwin memvideo mereka. Karena lelah mereka beristirahat sebentar.

DORR

Tiba-tiba saja ada suara tembakan yang membuat semua orang yang ada di taman berhamburan melarikan diri.



TBC

maaf di gantung

RAGA [SELESAI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang