•|| RAGA 33 ||•

3.4K 229 19
                                    

seperti yg saya bilang di part sebelumnya, kalau vote nya udaa 50 sya double up, nahh saya tepatin nihh. jangan lupa vote dan komennya juga.

jgn dulu minta triple up ya:), ni authornya lagi pusing nih.

•|| RAGA ||•

"Ayahh sakit," ringis Raga ketika Mario mencengkeram tangannya dengan begitu kuat. Dirinya berusaha menyamai langkah Mario yang tergesa-gesa itu.

Setelah sampai di Gudang belakang, Mario langsung mendorong Raga hingga terjatuh di lantai.

"Buka seragam kamu," titah Mario

"Gak! Laga gak mau!"

"Jangan membantah Raga, buka cepat kau harus menerima konsekuensi dari perbuatanmu pada Nia."

"Udah belapa kali Laga bilang? Laga gak pelnah bully Nia. Kenapa Ayah gak pelcaya sama Laga?" tanya Nia

"Jangan banyak bicara, cepat!"

Raga dengan pelan membuka baju seragamnya, dirinya benar takut pada Mario kali ini. Ini seperti bukan Mario, atau memang ini sikap asli Mario yang Raga tidak ketahui?

Mario melepas gespernya dan kemudian memecutkan gesper itu pada punggung mulus nan putih milik Raga

"Ayah sakit," Ayolah Raga masih kecil, dan dia malah sudah mendapatkan kekerasan dari Ayah kandungnya sendiri?

"Ini tidak ada apa dengan yang Nia yang rasakan Raga,"

Mario terus melukai punggung Raga hingga punggung yang tadinya putih mulus kini terlihat bekas luka pecutan gesper dan darah yang keluar dari punggung itu.

"Masih untung Ezra tidak Ayah hukum seperti kamu Raga," ujar Mario

Raga yang mendengat nama sepupunya pun teringat Ezra. Teringat tadi Ezra di tahan oleh beberapa bodyguard agar bisa menyelamatkannya.

"Jangan Ayah," lirih Raga dengan mata sayunya yang menatap Mario.

DEG

Mario terdiam dengan tatapan itu, seketika rasa bersalah menyelimutinya. Namun ego Mario menahan semua itu dan berpikir Raga pantas mendapat ini karena dia sudah bersalah.

Tanpa menolong dan mengobati Raga, Mario melenggang keluar dari sana dan meninggalkan Raga.

"Kalau bisa Laga pengen benci Ayah kalena udah ngelakuin ini. Tapi gak bisa, Laga tellalu sayang sama Ayah," isak tangis lirih mengisi keheningan di Gudang yang hanya ada Raga itu.

BRAKK

"ADEKK!!"

"Abang,"

Yang membuka pintu secara paksa tersebut adalah Ezra, setelah sadar dari pingsannya Ezra langsung berlari mencari Raga.

"Maafin Abang karena tadi gak bisa nolongin Adek," Ezra memeluk Raga dengan erat. Dia tidak tega melihat Raga yang sudah terbaring lemas ini.

"Om Mario bajingan, Ezra sumpahin Om Mario menyesal karena udah ngelakuin ini."

"Ayo kita ke Rumah Sakit,"

Ezra membopong Raga dan keluar dari ruangan yang bagi Raga sangat menyeramkan sekarang.

DORR

DORR

"SIAPA KALIAN!?"

Mereka baru saja keluar dari sana namun langkahnya terhalangi oleh beberapa pria bertubuh besar yang menggunakan topeng dan menodongkan pistol pada mereka semua.

RAGA [SELESAI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang