•|| RAGA 38 ||•

3.8K 186 10
                                    

"Sialan,"

Mereka semua merasa ingin langsung menyiksa saja kedua wanita di hadapan mereka ini. Tapi mereka tidak boleh gegabah.

"Ntah apa yang aku pikirkan sampai menerima mu di rumahku Dona." ujar Mario tak habis pikir

"Karena kau bodoh Mario, jadi kau mudah tertipu oleh semua ucapanku yang hanya omong kosong itu."

"Ya, Ayah memang bodoh karena memungut sampah seperti mu dan malah membuang berlian seperti Bunda." sinis Edwin

"Sudahlah, aku sudah lelah dengan semua drama ini." Dona mulai menodongkan pistol sama halnya juga dengan Nia.

Semua yang ada di sana langsung waspada, "Jangan macam-macam kalian berdua, atau aku akan menyiksa kalian" peringat Tom

"Aku tidak takut dengan ancamanmu itu,"

DORR

DORR

"RAGAA!!"

"AYAH!!"

"MARIO!"

Niatnya ingin melindungi Raga tapi sudah terlambat, Mario mendapat kan tembakan kembali di bahu. Sedangkan Raga kini sudah tak sadarkan diri karena dada sebelah kirinya tertembak.

"BAJINGAN KALIAN BERDUA!!" amuk Edwin

DORR

DORR

Edwin juga tanpa berperasaan menembak mereka tepat di bahu. Dia tak semudah itu untuk membiarkan mereka mati, dia akan menyiksa keduanya.

"Raga, heii bangun nak. Raga kuat bertahan buat kami," mohon Mario sambil menepuk pipi Raga

"Ayah!!"

"Cepat kita keluar dari sini." Edwin langsung menggendong Raga. Sedangkan Cakra dan Marsyel membopong Mario yang juga sudah mulai kehilangan kesadaran. Marsyel menebak jika peluru itu sudah di baluri oleh racun sehingga Mario saja yang biasanya tidak akan lemas jika terkena tembakan, tapi ini malah lemas.

"Kalian tidak akan bisa keluar dari sini." Dona tertawa kemudian menekan tombol yang menghubungkan bom itu.

"Sialan wanita itu, Isal Cakra bawa mereka berdua." titah Tom

Mereka langsung saja menyeret kedua wanita itu.

"Cepat kita juga harus bisa pergi dari sini sebelum 5 menit." Tom membantu mereka membawa Raga dan Mario

Mereka semua langsung saja masuk ke dalam mobil, kecuali Edwin yang menaiki Helikopter.

BOM

Bertepatan dengan markas itu yang meledak mereka semua sudah berjalan lumayan jauh dari sana, dan terus melaju sampai tiba di Rumah Sakit.

flashback off

Ceklek

"Bagaimana keadaan mereka Dok?" tanya Marsyel

"Untuk pasien bernama Mario alhamdulillah sudah berhasil melewati masa kritisnya, meskipun tadi sempat henti jantung karena racun itu."

"Sedangkan untuk Pasien atas nama Raga, dia koma dan harus segera mendapatkan donor jantung. Karena racun dari peluru itu sudah berhasil merusak jantungnya. Kita harus cepat mencari donor jantung untuk Raga dalam waktu 4 jam lagi. Jika tidak nyawanya kemungkinan tidak akan selamat," lanjut Dokter itu

"Ku mohon selamatkan adik kami, apa di sini tidak ada jantung yang cocok untuk adikku?"

"Kami sudah mencarinya dan tidak ada yang cocok Tuan."

"Bagaimana ini Pa?"

"Kami akan berusaha mencari jantung itu," ujar Marsyel

"Baik, kalau begitu saya pamit dulu."

"Isal cepat kau cari donor jantung untuk menyelamatkan Raga." kata Marsyel sambil menghubungi Isal

"Kita ke ruang rawat Mario dulu." Mario memang sudah di pindahkan tadi.

"Ayah?" panggil Cakra saat melihat Mario yang sudah terduduk dengan mata terpejam

"Kalian? bagaimana keadaan Raga sekarang?" tanya Mario

"Buruk. Raga harus segera mendapatkan donor jantung, karena jantungnya rusak oleh racun yang ada di peluru itu." jelas Marsyel

Mario terkejut, Putranya sedang bertaruh nyawa tapi dirinya malah selamat dan berada di sini. Jika bisa, biar Mario saja yang menggantikan Raga. Dia tidak tega jika Raga kesakitan.

"Dan kami juga sedang berusaha mencarinya sebelum 4 jam. Dan kata Dokter jika lebih dari 4 jam kemungkinan Raga tidak akan tertolong." tambah Eron

Mario terdiam dan berpikir, merasa keputusannya sudah benar dia kemudian menatap mereka berempat dengan tulus.

"Ambil jantungku."

"APA MAKSUDMU!?" bentak Marsyel

"Ambil saja jantungku untuk menyelamatkan Raga, kita tak punya banyak waktu kak." mohon Mario

"Tapi gak dengan mengorbankan diri kamu sendiri Mario. Kau sudah dengan kan, kami sedang mencari donor jantung untuk Raga sekarang." ujar Marsyel

"Betul Ayah," tambah Cakra

"Tapi kita tak punya banyak waktu lagi. Ku mohon, ambil saja jantungku. Dengan begitu aku bisa menebus kesalahanku selama ini pada Raga, dan aku bisa pergi dengan tenang juga." mohon Mario

"Tidak Mario."

"Ku mohon, biarlah aku merasa sebagai Ayah yang berguna untuk Raga." mohon kembali Mario yang kini berusaha untuk turun dari brankar

"Apa yang kau lakukan, kembali ke brankar." ucap Marsyel

"Izinkan aku." mohon Mario

"Baiklah, aku izinkan." celetuk Tom yang sedari tadi sudah memperhatikan mereka

"AYAH!!?"

"Biarlah adik mu ini menebus kesalahannya pada Raga." ujar Tom meskipun dalam hati dirinya ikut terluka melihat Mario yang seperti ini

"Terima kasih Ayah." kata Mario sambil memeluk tubuh Tom

"Tapi Opa-

"Syutt, jika itu sudah keputusan Ayahmu lebih baik terima saja. Ini juga demi keselamatan Raga." kata Tom

"Marsyel cepat beritahu Dokter jika kita sudah menemukan pendonornya,"

Marsyel langsung saja pergi dari sana, "Ayah bangga padamu Mario, kau sudah berubah sekarang. Maafkan Ayah." gumam Tom yang di dengar oleh Mario

"Seharusnya aku yang meminta maaf, karena aku sudah banyak salah selama ini. Setelah Mario pergi, Mario titip Keluarga Mario ya. Dan untuk Rora juga, setelah Mario pergi biarkan Rora untuk kembali menikah. Aku tidak mau anak-anakku kehilangan sosok Ayah lagi." pinta Mario

Eron, Edwin, dan Cakra bahkan kini sudah menangis. Mereka bertiga kemudian langsung saja memeluk Mario dan menangis bersama.




















TBC

kalian jangan pada hujat Raga ya hehe
beberapa part lagi tamat yeayy

RAGA [SELESAI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang