Pagi datang kembali membawa harapan untuk makhluk bumi. Cahaya matahari tak semenyengat biasanya mungkin pertanda akan berakhir nya musim gugur. Soobin yg biasanya selalu membuka kaca jendela sekarang mengurung niatnya. Soobin menambah selimut berlapis untuk hueningkai yg masih terlelap.
"Berat rasanya meninggalkan kota ini dan orang-orang yg ada disini.. Walau banyak luka yg kami dapati disini namun masih ada sela sela untuk tersenyum lepas.." Gumam soobin lirih.
Soobin sekuat tenaga menahan sesak didadanya. Semakin ia mengenang masa lalu semakin teriris iris hatinya. Terkadang di sepinya malam, ia selalu bertanya kepada rembulan. Kenapa hidupnya tak seadil itu baginya. Kenapa hanya ada luka dan air mata yg ia temui ketika ia mengingat tahun tahun kebelakang. Tidak seadilkah hidup itu baginya dan adeknya. Soobin menghela nafas berat lalu memaksakan garis bibirnya terangkat.
"Tidak apa.. Mungkin besok ada hal yg baik yg akan terjadi.. Siapa yg tahu?" Celetuk nya sendiri sembari tertawa di ujung katanya.
Soobin mulai memberesi barangnya dan adeknya kedalam koper dan tas jinjing yg lumayan besar. Soobin hanya membawa pakaian yg ia bawa di rumah sakit begitu juga punya hueningkai yg hanya dipenuhi hoodie. Setelah beberes, soobin segera kekamar mandi membersihkan dirinya. Ia menatap dirinya sendu. "Mari kita buka bab baru di buku kehidupan ini.. Semoga di bab baru ini hanya berisi ketenangan dan kebahagiaan.." Lirih soobin.
Akhirnya soobin keluar dari kamar mandi dengan keadaan yg sudah rapi. Mata soobin berbinar melihat seseorang yg terbangun dari tidurnya yg sedang mengucek ucek matanya.
"Selamat pagi, aga.." Sapa soobin dengan senyuman terpatri di wajahnya.
Yg dipanggil menoleh ke asal suara. Hueningkai tersenyum sangat manis ke arah soobin Hyung nya. "Pagi, Hyung.."
Soobin mendudukan dirinya disamping hueningkai. "Tidurnya nyenyak?"
Hueningkai menganggukan kepalanya. Matanya memandangi soobin yg telah berpakaian rapi. "Hyung, hari ini hueningie udah boleh keluar rumah sakit ya?" Selidik hueningkai.
"Iya, hueningie..."
Terjadi keheningan. Hueningkai hanya bisa mengulum senyum. Ia memandangi ke sekitar. Perasaannya kacau antara senang bercampur sedih. Ruangan ini saksi betapa ia berusaha keras untuk bertahan hidup dan juga menjadi saksi ia bisa tertawa bareng dengan taehyun, sahabatnya yg ia lupakan namun hueningkai bisa merasakan kalau taehyun memang orang yg baik. Serta yeonjun dan beomgyu yg memperlakukannya dengan sangat baik.
"Hyung, kita nggak berpamitan dulu ama taehyun, yeonjun Hyung dan beomgyu Hyung?"
Soobin menggeleng lemah. Ia menatap dalam mata almond hueningkai. "Tidak, hueningkai.. Kita tidak perlu berpamitan.."
"Kenapa, hyung?"
"Karena Hyung tidak mungkin mampu melihat mereka bersedih karena kita.. Dan Hyung tidak bisa meninggalkan mereka.."
Hueningkai menghela nafas lelah. "Jika tahu begitu, kenapa kita harus pergi.. Kita disini aja, hyung.. Hueningie mau sekolah lagi bareng bareng hyungdeul dan taehyun.." Ujar hueningkai bergetar.
Soobin menatap nanar mata hueningkai. Ia elus pelan kaki hueningkai yg sekarang sudah sembuh. "Hueningkai, apa luka luka ini sudah sembuh?"
Hueningkai mengangguk pasti.
Soobin tersenyum pahit. Ia tahu adeknya itu melupakan hal hal yg menyakiti nya hingga menjadi trauma berat baginya. Soobin tahu sekarang hueningkai memang baik baik saja namun besok belum tentu. "Jika ingin memulai hidup baru, kita harus meninggalkan yg lama.. Bahkan tempatnya sekalian dan orang orang yg ada di dalamnya.. Jangan terluka ditempat yg sama lagi, aga.."
![](https://img.wattpad.com/cover/316650429-288-k670800.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
HYUNG (SooKai) 💧
RomanceBercerita tentang dua kakak beradik yg kehilangan ibunya di usia yg masih kecil dan memiliki ayah yg selalu memukul dan mengutuk anaknya.. Seorang kakak yg dipaksa tegar dalam menghadapi pahitnya kehidupan dan menjaga adeknya dari perilaku buruk ay...