Bidadari

195 29 9
                                    

Hueningkai terbangun dari tidurnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hueningkai terbangun dari tidurnya. Matanya berusaha menyesuaikan cahaya yg masuk melalui retinanya. Hueningkai merasa tempat ia berbaring ini tempat yg sangat asing. Ia segera mendudukkan dirinya dan berdiri. Hueningkai melihat ke sekitar, matanya langsung disuguhi berbagai bunga liar yg tumbuh sangat indah. Bunga bunga yg beragam warna dan wanginya yg semerbak dibawa angin. Hueningkai bahkan melihat kearah langit yg berwarna oranye keunguan. Langit senja kesukaannya. Seketika senyumannya merekah melihat keindahan alam itu.

"Apakah aku telah mati, ya?" Tanyanya sendiri.

Hueningkai bahkan memperhatikan pakaiannya yg berwarna putih bersih serta celananya juga berwarna putih. Ia tersenyum sendu lalu menghela nafas lelah. "Aku benar-benar telah mati.."

"Anyeong.."

Terdengar suara yg sangat merdu ditelinga hueningkai. Hueningkai segera menoleh ke belakang. Matanya langsung tertuju ke seorang wanita yg berparas sangat cantik. Wanita itu tersenyum manis kearahnya. Hueningkai bahkan tertegun melihat betapa cantik wanita yg bergaun putih selutut itu dengan rambut yg digerai terbawa angin.

"Cantiknya.. Sepertinya aku benar benar telah mati.. Aku bahkan bisa melihat bidadari.." Gumam hueningkai dengan semburat merah di pipinya.

Wanita yg berdiri lumayan jauh darinya itu tertawa kecil menampilkan senyuman yg begitu indah. "Hahaha.. Kamu juga sangat tampan, hueningkai.. Seperti malaikat yg tak bersayap.." Jawab wanita itu masih dengan senyumannya.

Hueningkai seperti terhipnotis mendengar suara wanita itu. Entah kenapa suara itu, suara yg sangat ia ingin dengar selama ini. Suara yg sangat ia rindukan. Hueningkai menatap wanita itu dengan tatapan sendu.

"Jung Hueningkai..?! Kamu telah tumbuh tinggi ya.. Bahkan badanmu juga bagus.. Kamu makannya nggak milih milih kan hingga kamu tumbuh jadi anak yg tampan dan tinggi juga.. Mungkin karena sudah lama, hueningie jadi lupa sama..

Hueningkai yg masih termangu akhirnya tersadar. " Eomma.. Uri eomma?" Tanya hueningkai menahan tangis.

Wanita itu juga menahan tangis namun senyumnya tak pernah pudar. "Ne, aga.."

Hueningkai mempercepat langkahnya dan berlari kecil ke arah eomma yg sangat ia rindukan. Hueningkai segera memeluk eomma nya. "Eomma... Eomma, hueningie kangen banget ama eomma... Eomma, kenapa nggak pernah datang ke mimpi hueningie..." Isak hueningkai sembari menangis dibahu jisoo.

Jisoo membalas pelukan anaknya. Ia usap usap penuh kasih sayang punggung anaknya itu. "Mianhe, aga.. Maafkan eomma, aga.."

Hueningkai membenamkan wajahnya di bahu jisoo. Ia masih terisak isak. "Eomma.. Jangan tinggalin hueningie lagi ya... Hueningie ingin selalu bersama, eomma..."

Jisoo segera menggeleng. "Aga.. Jangan, aga.. Aga harus balik lagi ya.."

Hueningkai yg membenamkan wajahnya di bahu jisoo menggeleng. "Shiro... Aku tidak mau.. Aku nggak mau berpisah lagi dengan eomma.." Saut hueningkai mempererat pelukannya.

HYUNG (SooKai) 💧Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang