Part 19🥀 Kembali

3.9K 124 0
                                    

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Jangan lupa vote and follow ✨

Tik tok 👉🏻 sinar_pagiii
Instagram 👉🏻 sinarpagii_
(Spoiler nya ada di Ig)

HAPPY READING

Setelah keluar dari rumah sakit, Kiara merebahkan diri nya di atas kasur. Ia memilih keluar dari rumah sakit setelah Lita pergi dari sana, walau Kenzo terus melarangnya namun ia tetap kekeh ingin pulang.

"Shh.." Kiara meringis pelan saat ia merasa kan sakit itu lagi.

"Kenapa kambuh lagi?" lelah Kiara.

Kiara mengeluarkan obat di sakunya, lalu ia mencoba menggapai air putih yang ada di atas laci sambil menahan sakit yang amat ia rasakan di bagian ulu hati nya.

Dilain tempat, Alvaro sedang panik karena memikirkan apa yang akan Opanya lakukan kepada adiknya. Ia segera meminta alamat Kiara kepada Erlangga, untung saja lelaki itu mau mengirimkan nya setelah perdebatan yang amat panjang di telpon.

Tok tok tok

"Iya sebentar" sahut Bi Narsih dari dalam.

Ceklek

Bi Narsih menyerngit bingung, seingatnya ia tidak pernah melihat wajah lelaki ini.

"Cari siapa ya, den?"

"Kiara nya ada nggak Bi'?"

"Non Kiara ada di kamarnya, Aden temennya yah?"

Alvaro menggeleng, "Saya Abang nya"

Bi Narsih kebingungan, Abang? Setaunya disini hanya ada 1 putri, yaitu non Kiara.

"Maksud-"

Prang

Suara yang tepatnya berasal dari lantai atas kamar Kiara, mengagetkan mereka berdua. Alvaro bahkan langsung berlari memasuki rumah itu tanpa izin. Bi Narsih yang ikut panik, hanya mengikuti Alvaro dari belakang.

Bahkan tanpa meminta izin dari pemilik kamar, Alvaro langsung membuka pintu kamar Kiara begitu saja. Untung nya tidak di kunci oleh pemiliknya.

Ceklek

"KIARA" teriak Alvaro saat ia melihat sang Adik jatuh dengan tangan terluka akibat pecahan gelas itu.

"Ya Allah, Non Kiara" panik Bi Narsih.

Kiara tidak menghiraukan suara-suara itu, ia sekarang hanya menunduk sambil merasakan sakit yang teramat menyiksanya saat ini.

"Dek, kamu nggak pp?" khawatir Alvaro sambil melihat tangan Kiara yang sudah penuh dengan darah.

Please udah, berhenti dulu sakitnya batin Kiara.

"Dek? Kiara?" Alvaro semakin kalut saat melihat Adiknya tak menjawab sama sekali.

"Non Kiara kenapa?" Bi Narsih ikut panik di tempat nya.

Perlahan-lahan Kiara mendongak menatap mereka berdua dengan senyuman tipis.

"Kiara nggak pp kok"

Syukurlah sakit nya sudah mulai reda, saking paniknya karna ia merasa ada yang akan masuk ke kamar nya tadi, Kiara langsung menelan pil itu tanpa Air minum.

"Nggak pp gimana? Ini tangan kamu berdarah loh. Bi tolong ambilkan kotak obat" pinta Alvaro.

"Sini Abang bantu duduk di kasur" Kiara hanya menurut saja.

"Ini Obatnya, den" ucap Bi Narsih.

"Makasih Bi', biar saya saja yang mengobati Kiara. Bibi' tolong ambilkan air putih yah? Kiara seperti nya ingin minum tadi"

"Baik den" Bi Narsih bergegas pergi ke dapur.

"Sini tangannya, biar Abang obatin"

Kiara menatap Alvaro yang sedang fokus mengobati telapak tangannya. Sebuah senyuman terlukis di wajahnya. Apa Abangnya benar-benar sudah berubah? Pikir Kiara.

"Udah, masih ada yang sakit nggak? Atau ada yang perih? Bilang sama Abang yah, kalo masih sakit kita ke rumah sakit aja" tanya Alvaro berturut-turut.

Kiara menggeleng pelan sambil tersenyum.

"Ini minum nya, diminum dulu Non" Bi Narsih memberikan air putih itu kepada Kiara.

Setelah meminum nya, Kiara sudah tidak merasa kan pahit lagi di tenggorokan nya.

"Makasih Bi'" ucap Kiara dengan tulus.

"Sama-sama, Non. Oh iya, ini teh, temennya Non yah?" tanya Kiara.

Kiara menatap Alvaro sebentar, lalu ia kembali menatap Bi Narsih.

"Bukan, ini Abang saya"

Deg

Jangan tanya bagaimana ekspresi Alvaro, ia sangat terkejut dan juga senang saat mendengar Kiara mengatakan bahwa ia adalah Abangnya.

Bi Narsih yang masih kebingungan hanya mengangguk saja, lalu ia pamit untuk keluar kamar.

"Ka-kamu tadi-"

"Iya" potong Kiara.

"Kamu udah maafin Abang?" tanya Alvaro dengan mata berkaca-kaca.

Kiara kembali mengangguk dengan senyuman nya.

"Udah, Kiara udah maafin Abang"

Alvaro langsung memeluk Adiknya dengan erat.

"Makasih, makasih dek"

Kiara mengangguk, lalu ia menguraikan pelukan nya.

"Abang kenapa bisa ada di sini? Terus kok Abang tau Alamat rumah aku?"

Alvaro terdiam sebentar, tidak mungkin kan ia menjawab karena Opa nya yang mengancam ingin membunuh Kiara? Bisa-bisa adiknya terkejut dan kembali bersedih.

"Abang tiba-tiba kepikiran kamu, jadi Abang minta alamat kamu sama Erlangga tadi"

Kiara mengangguk pelan.

"Ouh iya, kok rumah kamu sepi? Yang lain nya kemana?"

"Ayah sama Bunda sedang keluar kota, jadi Kiara cuma tinggal sama Bi Narsih disini"

"Kalau begitu, Abang nginep di sini aja yah? Abang mau jagain kamu. Nanti Abang tidur di sofa ruang tamu aja kok"

Kiara menggeleng pelan, "Abang jangan tidur di sofa, nanti sakit. Disini ada kamar tamu, Abang tidur di sana aja"

Alvaro mengangguk sambil mengacak-acak rambut sang adik.

"Baik tuan putri, saya akan mematuhi perintah anda" setelah itu, ia pergi ke kamar tamu.

Deg

Bukan, bukan kata-kata itu yang membuat Kiara terdiam mematung. Tapi karna tindakan Alvaro yang mengacak-acak rambut nya. Ia tidak bermimpi kan saat ini???

🍬🍬🍬

Malam telah berganti pagi, tugas Bulan pun kini telah diganti kan oleh matahari yang masih baru terlihat sedikit. Sepasang netra itu terbuka, ia melihat ke arah jarum jam nya, 05:00.

Gadis itu langsung terbangun dari tidurnya, "Ya ampun, Kiara harus cepet-cepet sholat Subuh"

Setelah menyelesaikan sholat, Kiara langsung membersihkan diri nya di kamar mandi. 20 menit kemudian, ia sudah berada di depan cermin dan menatap dirinya dengan seragam sekolah dan rambut bergelombang yang sengaja ia gerai.

"Ouh iya, Abang kan ada di sini yah? Kia ke kamar Abang dulu deh, siapa tau Abang belum bangun"

Kaki nya melangkah menuruni anak tangga lalu berhenti tepat di depan pintu kamar tamu.

Tok tok tok

"Abang bangun" teriak Kiara.

"Kok nggak ada sahutan yah?" gumam Kiara.

Ceklek

"Abang?"

______________

Masih lanjut di bawah🍬





Vote di⭐👇🏻

KIARA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang