Tak seperti biasanya Ayara setelah pulang kerja mendengar samar-samar suara kedua orangtua mereka di ruang tamu. Dia melepaskan sepatu yang Ayara kenakan lalu meletakkan di rak depan.
"Sheza bentar lagi mau banyak ujian praktek terus uang spp dua bulan belum dibayar." Ayara terdiam di depan pintu ketika pintu baru saja sedikit terbuka.
"Nanti ayah coba cari pinjaman sama teman-teman. Orderan kurir juga lagi sepi. Jarang yang order. Sekalinya order minta ongkos murah, tapi jarak yang diminta buat ngirim jauh. Gaji bulan kemarin masih cukup, kan buat makan?"
"Masih cukup. Orderannya jangan diambil itu bensin lagi mahal. Rugi di bensinnya kita." Ayah Ayara seorang pegawai kantoran di perusahaan swasta. Menjadi kurir untuk pekerjaan sampingan semata jika waktu libur atau setelah jam kantor selesai.
Ongkos yang tak seberapa pun terbilang lumayan untuk tambahan kebutuhan sehari-hari. Entah untuk memasak atau untuk kebutuhan sekolah adiknya. Ayara semakin terdiam mendengar percakapan kedua orangtuanya. Ia pulang dengan kondisi dia baru saja dikeluarkan dari pekerjaan. Salah satu teman kerja Ayara menuduh mencuri barang salah satu rekan tersebut. Ayara yang tak merasa mengambil pun mengelak karena memang betul adanya dia tak mengambil.
Enak saja dituduh mencuri barang teman, pekerjaan menjadi waitres yang memang di restoran tersebut terkenal ramai mana bisa meninggalkan tempat ke belakang menuju lokernya. Ketika diusut apakah betul yang dituduhkan teman kerja Ayara. Sang manager membuka satu persatu loker dan barang tersebut berada di loker Ayara.
Ayara benar-benar terkejut. Dia mengelak, membantah dengan keras jika itu bukan perbuatannya.
"Pak! Saya nggak ambil barangnya. Dari tadi bapak tau sendiri, restoran rame. Saya juga bolak-balik layanin pelanggan, bukan saya yang curi, pak!" Sayang, pernyataan itu tak ditanggapi oleh sang manager. CCTV dalam keadaan mati, tak ada barang bukti untuk memperkuat bantahan Ayara.
Bukti barang yang hilang pun terlihat jelas jika berada di loker kerja Ayara. Dengan sangat berat hati, Ayara harus menerima jika dia dikeluarkan dari pekerjaan. Tetapi sebelum pamit, Ayara masih bersikeras jika dia tak mengambil barang tersebut.
"Saya tidak tau harus menanggapi seperti apa, tapi kejadian ini sudah dua kali terjadi dan barang itu berada di loker kamu. Mohon maaf sekali lagi. Gaji kamu bisa kamu ambil besok." Begitulah kata manager Ayara sebelum dia keluar dari ruangan. Ayara benar-benar benci hari ini. Iya ... sudah dua kali kejadian seperti ini terjadi padanya. Barang yang hilang selalu ketemu di lokernya. Entah siapa dibalik permainan menjijikkan itu.
Ayara menghembuskan napas lalu membuka pintu lebih lebar dan tersenyum pada kedua orangtuanya. Menyalami kedua tangan tersebut, "Tumben kok ngumpul di sini?" Ayara bertanya, ikut duduk di samping sang ibu.
"Iya, ngobrol berdua biar inget jaman muda dulu masih pacaran sama mamamu." Ayah Ayara menjawab dengan setengah candaan disusul dengan tawa dari sang ibu.
"Gimana sama kerjaan? Kamu udah makan?"
Pertanyaan dari sang ibu membuat Ayara menahan napas sejenak lalu mencoba memasang ekspresi sebiasa mungkin. "Kerjaan, ya, begitulah, ma. Aku juga belum makan, laper," rengek Ayara nadanya sengaja dia buat seperti merengek.
"Sana mandi-mandi dulu." Ayara menghindar dari sang ibu yang ingin memukul punggungnya. Dia berlari memasuki kamar dan senyum itu hilang begitu saja.
Kebutuhan segunung, pemasukan yang tak seberapa. Besok jadi pengangguran. Ayara ingin sekali berteriak.
Gimana, nih, sama prolognya?
Semoga pada suka, yaaa 😚
Kalau kalian ada kritik dan saran boleh banget kok, monggo~Jangan lupa kasih vote, komen dan masukkan ke dalam library kalian 🔥
Oh, ya, satu lagi wkwk. kenalan dulu, yuk, sama cast-nya PMK
Tak kenal maka tak sayang, kenalin Ayara Puspita.
Kalau ini, Lisa Jayanti.
Si ganteng ini, Abian Dyantoro.
Si ganteng yg lain ini, Raka Gibran.
Gimana? Udh kenal dong sama cast-nya PMK sekarang?
Jadi, jangan lupa masukkan ke library kalian, yaa 💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengangguran Masa Kini
Novela JuvenilKebutuhan keluarga yang tak sebanding dengan pemasukan membuat Ayara Puspita sebagai anak sulung harus turun tangan membantu mencukupi kebutuhan tersebut. Usia pekerjaan yang selalu berjangka pendek daripada usia pekerjaan yang dia lihat dari teman...