PMK 16 - JULID (2)

43 18 6
                                    

Sekitar pukul tujuh malam, Ayara baru saja sampai di rumah. Terburu-buru Ayara melepas sepatu. Dia sudah tidak sabar untuk membalas pesan satu persatu yang tadi tidak sempat terbalas.

Saat itu, Hani sudah selesai makan dan gantian dia untuk makan. Ia tak mau terkena tegur karena tidak segera memakan jatah makan siangnya.

Ponsel saat itu lantas ia masukkan di saku celana. Memakan segera dan kembali menemani Hani yang saat itu sedang melayani pelanggan.

Tergopoh ... Ayara melepas sepatu sampai dia hampir terjungkal ke depan. Bukannya terkejut, dia malah cekikikan dan kembali menyeimbangkan tubuh.

"Udah pulang kak?" Sheza baru saja keluar dari kamar. Dia berniat ingin ke dapur untuk minum.

"Iya. Baru aja," jawab Ayara melepas jaket bomber yang dia pakai lalu menyusul Sheza ke dapur.

"Ayah sama mama mana?" tanya Ayara celingukan melihat sekeliling.

"Keluar. Nggak tau juga kemana," sahut Sheza berganti membuka tutup toples berisi camilan.

"Oke. Kakak tinggal masuk dulu." Ayara berpamitan meninggalkan Sheza di luar. Sebelum itu, ia mengambil tas dan jaket bomber yang dia lepas tadi.

Ayara segera membuka pintu kamar, menaruh barang-barang yang tadi dia bawa. Beralih ke kamar mandi dan menanggalkan semua pakaian.

Dia harus segera merekap siapa saja yang memesan dan akan dia tutup prapesan untuk hari ini. Sekiranya jika hari ini sudah memenuhi jumlah total yang dia perkirakan.

Tidak perlu menunggu lama untuk mandi, Ayara mengejar waktu karena setelah merekap semua, dia akan lanjut belanja untuk hari Minggu besok. Membuatkan pesanan Bu Fira dan pesanan lain yang diambil di hari Minggu.

Semua dia lakukan sendiri secara teratur. Membalas pesan mulai dari bawah kemudian mencatat tanggal dan apa saja yang dipesan. Rekan kerja Lisa, Raka maupun Abian ikut serta memesan kepada dirinya.

Setelah semua selesai, Ayara mulai mencatat kembali bahan apa saja yang dia perlukan dan berapa banyak dia beli.

"Oke ... nggak usah pakai make-up aja, deh," gumam Ayara. Menyisir lalu menatanya menjadi kunciran bun hair dengan menyisakan sedikit helai rambut di depan.

Ayara segera keluar dari kamar mengajak Sheza belanja untuk membantunya nanti membawa barang.

"Sheza!" panggil Ayara setengah berteriak.

"Zaa! Ayo, ikut kakak belanja sebentar!" seru Ayara mengambil kembali jaket bomber yang tadi dia gunakan.

Dari belakang, Sheza keluar mengikuti Ayara yang sudah menunggu di depan. Gadis itu takjub dengan penampilan kakaknya.

"Widih ... ini style-nya kakak mau pergi belanja atau mau kencan, nih?" canda Sheza terkekeh ia melihat Ayara yang mendelik padanya.

Sebenarnya, gaya busana mereka tidak jauh berbeda. Ia dan Ayara sama-sama memakai celana panjang dan kaos crop top. Yang membedakan adalah kakaknya ditambah mengenakan jaket bomber sebagai outer.

"Udah, ayo cepet." Ayara menyuruh Sheza untuk cepat sedikit lantaran hari ini Ayara tidak berbelanja di supermarket. Melainkan di pasar.

Sheza mencegah Ayara dengan memegang lengan Ayara. "Terus rumah gimana?" tanyanya karena sampai sekarang kedua orangtuanya belum sampai di rumah.

"Kunci. Nanti taruh bawa keset aja. Kakak chat mama atau ayah nanti kalau kita keluar."

Ayara cepat menyiapkan sepeda motor. Sheza membawa dua helm, satu untuknya dan satu lagi untuk Ayara yang sedang memanasi motor.

Pengangguran Masa Kini Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang