"Anjiirr! Habis dari mane aja lo! Gue ditinggal, apartemen keadaan gelap. Jadwal lo bersih-bersih plus masak!" Baru saja Abian menutup pintu, ia sudah menerima amukan dari Raka.
Eits! Jangan berpikir yang tidak-tidak dengan mereka berdua. Dua-duanya normal lahir batin. Hanya saja mereka tinggal satu apartemen karena terpaksa.
Iya, betul terpaksa. Abian, Raka serta Lisa mereka bukan penduduk asli Cimahi. Hanya Ayara saja yang penduduk asli Cimahi. Mereka bertemu dengan Ayara pun di salah satu universitas di Bandung.
Awalnya, Ayara saat sedang mengobrol menggunakan bahasa 'aku, kamu'. Namun, seiring berjalannya waktu dan seringnya mereka bermain bersama, jadilah Ayara ikut menggunakan bahasa 'gue, lo' mengikuti ketiga temannya.
Pertemanan mereka yang disangka akan terputus ketika sudah lulus sarjana, ternyata bertahan lebih lama dengan Raka, Abian serta Lisa menerima kerja di Cimahi.
Karena ketiganya sama-sama merantau, mereka menabung sedikit demi sedikit hingga bisa tinggal di tempat tinggal yang layak.
Raka dan Abian yang memutuskan untuk tinggal bersama di salah satu apartemen yang ukurannya sangat lumayan untuk mereka berdua. Dengan membagi dua untuk sewa pembayaran apartemen, mereka akhirnya sepakat untuk tinggal di apartemen.
Sementara Lisa, dia pun tinggal di salah satu apartemen studio. Dengan bantuan sedikit dari orangtuanya dijumlah dengan uang tabungan, Lisa berhasil membeli apartemen tersebut. Walaupun, apartemen studio, setidaknya itu sudah cukup dari pada di kost seperti dulu.
"Nih, gue bawain makanan." Abian menaruh kantung kresek yang berisi ikan bakar. Laki-laki itu duduk bersandar merasa capek.
"Wiihh ... ikan bakar! Untung udah masak nasi," ujar Raka membawa ikan bakar tersebut ke meja makan.
"Lwo huabiis dari manna?" tanya Raka dengan mulut penuh mengunyah.
"Jorok lo!"
Raka segera menelan kunyahan dan memperjelas pertanyaannya. "Lo habis dari mana?"
"Ngajak Aya kulineran," jawab Abian yang malah membuat Raka tersedak setelah mendengar.
"Jorok banget!" gerutu Abian menatap Raka meminum dengan rakus.
"Siapa yang nggak kaget habis denger ucapan lo tadi, Yan!" seru Raka menuding Abian dengan melotot.
Sudah merasa lelah, Abian beranjak dari sofa dan menutup pintu kamar. Tak menghiraukan teriakan Raka yang penasaran.
"Heh! Abian! Woi! Malah masuk kamar!"
***
Pagi kembali menyapa Ayara. Rasa jenuh sudah menyapa Ayara ketika ia menjadi pengangguran. Semenjak dia di rumah, ia seperti lesu dan kehilangan semangat.
Beberapa hari mengirim CV ke berbagai perusahaan pun masih belom ada satu panggilan untuknya.
Ia mengambil ponsel, mengecek email berharap menemukan satu saja balasan dari salah satu yang dia lamar. Namun, Ayara harus menelan rasa pahit. Dia tak menemukan satu pun balasan.
Ayara mendengus keras. Menaruh ponselnya asal lalu mandi. Ia berniat mengantar adiknya ke sekolah. Berusaha mengalihkan pikiran negatif.
Hoodie dan celana panjang motif menjadi pakaiannya hari ini. Merias wajahnya tipis-tipis lalu keluar kamar. Menyambar crossbody bag—tas selempang yang selalu ia gunakan untuk keluar jarak pendek.
"Pagi, kak," sapa Sheza setelah melihat Ayara memasuki dapur.
"Kamu nanti berangkat kakak anter," tukas Ayara secara langsung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengangguran Masa Kini
Teen FictionKebutuhan keluarga yang tak sebanding dengan pemasukan membuat Ayara Puspita sebagai anak sulung harus turun tangan membantu mencukupi kebutuhan tersebut. Usia pekerjaan yang selalu berjangka pendek daripada usia pekerjaan yang dia lihat dari teman...