TTM 25 - DILAN

50 6 4
                                    

Ayara tiba di rumah melangkah cepat menemui ibunya. Ia ingin bertanya lebih lanjut kenapa bisa pesanan Bu Jihan mendadak dibatalkan begitu saja.

Kebetulan Lisa masih di rumah menunggunya sampai pulang. Ayara melepas tas menaruhnya sembarang di sofa.

"Itu gimana ceritanya ma? sembur Ayara menarik satu kursi meja makan cepat dan menatap ibunya. Air mata berkilauan di kedua matanya.

Lastri tersenyum sedih. Menggosok punggung tangan Ayara menguatkan. "Dibatalkan gitu aja sama Bu Jihan. Lisa tadi juga udah bantu mama tanya kelanjutannya, tapi orangnya tetep keukeuh dibatalkan."

"Terus itu masih sisa 25 rice bowl-nya. Yang laku cuman separuhnya aja," lanjut Lastri menunjuk rice bowl yang berada di meja kabinet dapur yang tersisa.

Ekspresinya berubah menjadi kosong. Tak tahu lagi harus berbuat apa untuk sisa rice bowl di sana. Ayara meraup wajahnya kasar berniat menghapus air mata yang ingin keluar.

"Aya ... sisa rice bowl-nya dibagikan aja, ya? Daripada basi nanti malah mubazir," tutur Lastri mencoba menegosiasi.

Lisa di belakang hanya diam menatap mereka sedih. Ia ingin sekali memprotes kembali, tapi jika dia laksanakan ... ia, Ayara dan keluarga yang akan malu.

Jadi, setelah Lastri mencegah dirinya untuk kembali memberontak dia hanya diam dan berusaha untuk menawarkan teman-temannya rice bowl.

"Nggak papa, ya? Dibagikan aja dari pada ke buang segitu banyaknya," kata Lastri lembut.

"Iya, dibagikan aja. Bagikannya satu orang dua aja biar cepet habis soalnya dari tadi pagi," kata Ayara melihat kemasan rice bowl yang masih rapi.

"Iya sudah kalau gitu." Lastri menelengkan kepala menatap Lisa di belakang yang masih diam. "Lisa ... Tante minta tolong untuk bantu lagi bagikan ini bisa?"

Ayara yang tadinya ingin ke kamar tidak jadi setelah mendengar ucapan sang ibu. Ia menoleh dan menatap Lisa hingga sudut matanya berkerut. "Aku ikut!" kata Ayara. Setengah berlari dia menuju dapur dan membereskan rice bowl untuk dimasukkan ke dalam tas besar khusus.

"Lo nggak papa, Ya? Lo, kan juga habis pulang kerja?" celetuk Lisa yang membuat Lastri juga ikut menatap Ayara.

"Iya, kamu habis pulang kerja nggak capek?" tanya Lastri.

Ayara menatap sejenak lalu kembali fokus menata rice bowl yang sedikit miring ketika dia meletakkan. "Nggak, ma tenang."

"Iya sudah. Hati-hati, ya nanti pas bagikannya," pesan Lastri mengantar Lisa maupun Ayara ke depan.

Jam seperti ini jam yang tepat untuk membagikan rice bowl-nya. Tepat para karyawan kantor atau para pekerja pulang. Mobil Lisa berjalan setelah keduanya pamit kepada ibu Ayara.

Di dalam mobil, keduanya terdiam satu sama lain. Lisa tidak membuka suara sama sekali. Dia tidak berani membahas mengenai kejadian tadi.

"Lo tadi bantu nyokap gue, kan pas ke rumah Bu Jihan?" tanya Ayara menatap keluar jendela mobil.

"Bantu. Gila! Sinting banget tetangga lo! Nyokap lo juga udah bilang baik-baik, dianya yang ngotot teriak-teriak!" ujar Lisa menoleh sekilas lalu memutar kemudinya keluar perumahan.

"Lis ... makasih, ya udah bantu gue sama nyokap gue hari ini seharian full. Gue nggak tau lagi kalau misal hari ini nyokap ngerjain sendirian," lirih Ayara berkata. Tatapnya terlihat lesu menatap luar.

"Lo ngomong gitu sekali lagi gue tempeleng lo!" marah Lisa menatap sengit Ayara sekilas lalu berpindah menatap jalanan. "Namanya sesama teman, ya harus saling bantu. Gue hari ini juga lagi free gabut kalau di apartemen terus," ungkapnya lagi.

Pengangguran Masa Kini Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang