PMK 21 - PERASAAN

52 17 1
                                    

Setelah pernyataan Abian kemarin, tentunya ada perubahan terhadap keduanya. Terutama Ayara. Sepanjang perjalanan ia merenung dengan pernyataan mendadak Abian tadi.

Memikirkan seperti apakah benar ucapan Abian? Lalu seperti bagaimana bisa Abian bisa jatuh cinta dengannya?

Melihat tingkah Abian yang ... eungh! Benar-benar di luar dugaan!

Dia sangat susah untuk ditebak. Terkadang meledak seperti kembang api, terkadang pendiam tak ada suara sama sekali, tapi memperhatikan lingkungan sekitar.

Ayara mencoba menghubungi Lisa yang beberapa hari ini wanita itu tiba-tiba menghilang begitu saja. Dia telepon tidak mau diangkat, ia kirimi pesan pun tak dibalas. Ayara sendiri jadi menerka-nerka dengan temannya satu itu.

Hal yang seperti ini, biasanya dia ceritakan pada Lisa. Wanita itu selalu bisa memberikan masukan untuknya—walaupun terkadang dibarengi dengan nyinyiran pedas. Tetapi, dibalik nyinyiran pedas yang Lisa berikan, saran dan masukan dari Lisa selalu benar dan berguna.

Ayara jadi menahan tawa di atas ranjang ketika mengingat pernyataan dari Abian. Jika dipikir, Abian tampan. Dia juga pekerja keras. Ia pun tak pernah melihat dia berganti menggandeng wanita seperti Raka.

Seakan sadar dengan pemikirannya barusan, ia menutup mulutnya dengan kedua tangan. "Heehh! Barusan gue mikir apaan!" gumam Ayara melotot kedua matanya.

Bisa-bisanya dia membandingkan Raka dengan Abian secara tidak langsung. Astaga! Ayara langsung bergelung dengan selimut menyembunyikan diri.

Hari ini banyak sekali kejutan yang dia terima. Dari Bu Jihan yang tiba-tiba memesan rice bowl-nya, kemudian Abian yang membuat rusuh di distro serta pernyataan Abian tentang perasaan untuknya. Satu lagi kabar yang membuat Ayara senang berkali-kali lipat ... kabar diterimanya dia di salah satu perusahaan yang dia lamar.

Ayara kembali bangun dan duduk. Rasanya Ayara ingin berteriak kencang menyalurkan perasaan senang yang membuncah. Kemudian pikirannya teringat lagi dengan pernyataan Abian yang kini mungkin terngiang-ngiang di kepala.

Bahunya merosot ke bawah bersamaan dengan ekspresinya yang berubah sendu. Ia kembali terbaring dengan selimut yang menutupi seluruh tubuh.

Ayara mencari kontak Raka dan menatap lama nama kontak tersebut. Ragu dia untuk menghubungi Raka tentang Abian. Secara mereka berdua tinggal bersama.

Ayara kembali menghubungi Lisa untuk kedua kalinya. Jemarinya bermain di atas sprei. Menunggu panggilan tersebut dijawab.

"Hallo?"

Mendengar Lisa menjawab panggilannya, Ayara spontan berteriak. "WOIII! KEMANE AJE LO HEH!"

Lisa tertawa terbahak di sana mendengar teriakan Ayara yang ke lewat melengking.

"Jangan ketawa aja lo heh! Jawab gue! Lo habis kemana aja! Busett, Lis!" seru Ayara yang heboh sendiri di kamar.

"Yaa! Jangan teriak-teriak! Mulutnya, ya! Nggak baik kedengaran tetangga itu!" tegur Lastri mengetuk pintu kamar Ayara keras.

Ayara celingukan menatap pintu kamar. "Iya, ma! Aman!"

Ayara kemudian melanjutkan teleponnya dengan Lisa yang tadi sempat tertunda.

"Gue nggak bisa bales chat kalian, telepon juga. Gue sibuk banget. Selama satu minggu gue dipindah tugas sementara ke di luar Cimahi. Ditambah lagi outlet yang gue pegang kena masalah juga. Haduh ...! Pusing gue hadapinnya," keluh Lisa panjang lebar.

"Tapi, untung udah kelar, sih. Jadi, gue hari ini udah di Cimahi dan free!" lontar Lisa antusias. "Ayo, hangout! Mumpung gue hari ini sama besok free. Gue dikasih waktu libur soalnya sampai besok," tambah Lisa.

Pengangguran Masa Kini Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang