Seminggu sudah Ayara bekerja di distro milih Teh Ina. Usaha makanan yang dia rintis sudah mulai terlihat perkembangan sedikit demi sedikit.
Ayara betul-betul sangat bersyukur dengan perkembangan usahanya. Selama satu minggu itu pula, Ayara tidak sekali dua kali izin untuk menghadiri wawancara kerja.
Selagi dia sering izin untuk hadir terlambat atau pulang terlebih dahulu, Ayara tak lupa mengabarkan pada Teh Ina jika dia sering hadir terlambat.
Syukurnya ... saat itu Teh Ina memberi respon baik padanya. Ia sudah ketar-ketir mendapat omelan dari Tetehnya karena sering izin dan menganggap dia tidak serius.
Ketika dia melontarkan pendapat seperti itu kepada Teh Ina, ia malah mendapat omelan. "Kamu ngapain ngomong begitu, kamu dari awal sudah bilang, kan ke Teteh kalau di sana kamu sementara. Teteh juga sudah ada cadangan gantinya kamu. Pikiran apa lagi?" omel Teh Ina. Saat itu, Ayara menyempatkan untuk berkunjung ke rumah Teh Ina.
Ayara menunduk dan tersenyum canggung. "Iya ... aku juga nggak enak gitu, Teh. Kesannya, aku kayak main-main gitu," lirih Ayara.
"Iya, nggak lah. Aduh ... Ayara. Kalau Teteh sudah membolehkan, ya, nggak papa." Teh Ina memajukan tubuh memeluk Ayara. Mencoba menenangkan Ayara agar tidak perlu khawatir.
Kembali pada Ayara saat ini yang sedang di distro bersama Hani. Mereka berdua sedang membuat konten untuk produk terbaru yang ada di distro. Dibantu dengan Bang Bastian untuk merekam.
Ayara dan Hani memulai aksi untuk membuat video promosi. Terkait konten promosi yang dia usulkan kala itu dengan Bang Bastian.
Teh Ina juga menyetujui ide Ayara. Membuat video konten promosi tersebut membuat nama distro milik Teh Ina sedikit demi sedikit dikenal oleh umum.
Produk baru yang dimaksud adalah model celana jeans dan beberapa model kemeja mengikuti trend saat ini.
"Oke, sip! Tinggal edit aja, nih videonya," kata Bang Bastian menunjukkan potongan video yang tadi dia ambil.
"Bang Bastian jago juga ternyata ngedit video." Hani berseru setelah melihat potongan hasil video tadi. Sementara Bang Bastian yang mendengar itu tersenyum kecil.
"Tapi, kak Aya kok keliatan pucat, ya di sini?" Hani menatap Ayara di sebelahnya. "Kakak nggak papa?" tanya Hani.
Bang Bastian pun ikut memperhatikan Ayara yang ternyata terlihat pucat. "Nggak enak badan, Aya?"
"Sedikit pusing, sih, bang, tapi masih aman kok," jawab Ayara. Jemari telunjuk menyatu dengan jempol membuat lingkaran. Memberitahukan jika dia tidak apa.
Bang Bastian mendongak ketika mendengar pintu distro terbuka. Satu pelanggan mulai melihat-lihat. Baik Hani maupun Ayara langsung menghampiri.
"Aya ...?" Bang Bastian mencegah terlebih dahulu Ayara sebelum melayani pelanggan.
"Kalau sudah nggak kuat, istirahat aja dulu, ya. Jangan dipaksa," tutur Bang Bastian.
Ayara mengangguk dan menyusul Hani di depan. Memang sejak tadi pagi dia sudah merasa pusing. Namun, tidak separah seperti ini. Pagi tadi rasa pusing itu terasa lalu menghilang. Terus berulang hingga puncaknya, siang ini rasa pusing itu terasa semakin menjadi-jadi.
Beberapa hari ini dia memang gencar mencari info lowongan kerja lalu kemudian tips-tips untuk membangun usaha. Pola tidur dan makannya menjadi tidak teratur.
Ayara memejamkan kedua netranya sebentar lalu tersenyum kepada pelanggan yang sudah selesai dengan belanjanya.
"Kak ... nggak papa?" Samar-samar Ayara mendengar suara itu. Pandangan sudah berkunang. Dia sudah tidak terlalu fokus dengan pandangan dan pendengaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengangguran Masa Kini
Teen FictionKebutuhan keluarga yang tak sebanding dengan pemasukan membuat Ayara Puspita sebagai anak sulung harus turun tangan membantu mencukupi kebutuhan tersebut. Usia pekerjaan yang selalu berjangka pendek daripada usia pekerjaan yang dia lihat dari teman...