18 : Crazy

15 5 0
                                    

Helow! Up lagi nih! Janlup vote yaw! Terima kasih ✨✨

Semoga sukaaaa

Tandai typo, please 🌷

Setetes air berwarna bening itu dengan lancang mengalir melewati pipi mulusnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setetes air berwarna bening itu dengan lancang mengalir melewati pipi mulusnya. Ia menggigit bibir bawahnya sampai terasa ngilu, untuk menahan suara isakan. Sedangkan Zhafira yang melihat itu, buru-buru mematikan ponselnya. Dengan senyuman manisnya, ia merentangkan kedua tangannya kehadapan Nasya.

"Sini, nangis di pundak gue." Ajak Zhafira. Ia memang terkejut dengan postingan Sylvia. Tapi berbeda dengan Nasya yang rasa terkejutnya tertutupi oleh perasaan kecewa, entah kecewa terhadap apa. Walaupun ia tidak menyukai saat Nasya mengejar-ngejar Raffa, tapi jika situasi nya seperti ini, Zhafira juga tidak tega melihatnya.

Nasya terkekeh pelan, merasa lucu dengan dirinya sendiri. Tangannya mengusap kasar air matanya yang kembali menetes, ia menatap Zhafira penuh tanya. "Apa yang harus gue tangisin?" tanya nya sok kuat. Padahal, jika tidak ada Zhafira dan Zhafran di sini, dipastikan keesokan harinya, mata Nasya akan terlihat membengkak.

Zhafira menatap Nasya datar. "Munafik." Ketusnya seraya memutar bola matanya malas.

Tanpa berkata apa-apa lagi, Zhafira membawa Nasya pada pelukannya. Ia mengusap pelan punggung Nasya tanpa berkata apapun. Sampai beberapa detik kemudian, ia merasakan pundaknya basah, membuat Zhafira tertawa pelan. Berbeda dengan Zhafran yang malah panik melihat Nasya yang menangis disertai isakan ysng membuat tangannya terkepal erat.

"Sya, lo nangis buat apa sih? Gak ada gunanya." Setelah mengatakan itu, Zhafran keluar. Meninggalkan Nasya dan Zhafira yang kini sudah melepaskan pelukan.

"Apa yang harus gue tangisin?" kata Zhafira menirukan suara Nasya. Ejekannya itu berhasil membuat Nasya mengerucutkan bibirnya kesal.

"Zhafran bener, buat apa gue nangis, Fira?" Nasya menatap Zhafira seperti meminta jawaban dari pertanyaan nya.

"Buat rasa kecewa lo." Zhafira meneguk minumannya. Lalu lanjut berkata, "lo kecewa kan? Sekarang gue tanya, lo kecewa karena apa?" walaupun ia tak mendapatkan jawaban atas pertanyaan konyolnya, Zhafira yakin seratus persen jika Nasya sedang merasa kecewa sekarang. Siapa yang tidak kecewa? Saat seseorang yang kita cintai dan kita perjuangkan selama ini, sudah mempunyai kekasih? Dan lebih parahnya lagi, kekasih nya adalah sahabat sendiri. Sahabat terbaik. Ingat, terbaik.

Terdengar helaan napas pelan dari Nasya. "Gue kecewa sama harapan gue sendiri. Gue kecewa karena gue terlalu yakin kalau Raffa bisa balas perasaan gue. Harapan Raffa menjadi milik gue, malah jadi milik sahabat gue. Gue marah, tapi gue gak berhak. Gue pengen bilang kalau gue marah sama mereka, tapi disini yang salah itu gue, bukan mereka." Ungkap Nasya panjang lebar. Zhafira mengangguk mengerti, walaupun ia belum pernah berpacaran, tapi ia juga pernah merasakan luar biasanya cinta.

NASYADIRA [NEW VERSION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang