19 : Belajar Terbiasa

12 4 0
                                    

Hallow!

Makasih udah lanjut baca! Janlup vote dan komen yaw! Terima kasih ✨

Semoga sukaaaa <3

Tandai typo, please 🌷

Cuaca Senin pagi ini sangat cerah, matahari bersinar menyilaukan mata, membuat perasaan Nasya sedikit bersemangat untuk menjalani hari Senin yang selalu melelahkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cuaca Senin pagi ini sangat cerah, matahari bersinar menyilaukan mata, membuat perasaan Nasya sedikit bersemangat untuk menjalani hari Senin yang selalu melelahkan. "Si Vivi tumben belom dateng?" tanyanya. Ia memakai topi seraya berjalan ke luar kelas bersama dengan Zhafira dan Anggun untuk melaksanakan upacara bendera yang dilaksanakan setiap hari Senin. Upacara tinggal lima menit lagi, tapi Sylvia belum terlihat batang hidungnya.

"Raffa belum keliatan juga tuh," timpal Anggun.

Nasya yang memang sudah menyadari, mengangguk. "Telat bareng pacar kali." Ucapnya. Anggun yang mendengar itu langsung teringat sesuatu.

"Oh iya! Mereka beneran pacaran? Gue semalem kaget banget woy liat status nya Sylvia." Anggun memelankan suaranya kala menyebut nama Sylvia. Nasya yang baru ingin menjawab, tertahan karena teriakan dari seseorang yang sedang mereka bicarakan.

Terlihat Sylvia berlari terbirit-birit seperti sedang dikejar. Ya memang benar, tak lama setelah Sylvia sudah berlalu, Raffa ikut terlihat, berlari -- mengejar Sylvia dengan tawa yang ikut terpatri dari wajahnya. Tawa yang sangat jarang ia lihat. Tawa yang terlihat sangat manis itu, mampu mengalihkan perhatian orang-orang yang memang mengenal Raffa dengan julukan kulkas berjalan. Tapi hari Senin kali ini, mereka melihat hal yang sangat langka, dimana kulkas berjalan itu kini berlari mengejar Sylvia dengan tawanya yang terdengar merdu.

Anggun mengangga, pandangannya terus terarah kepada Raffa sampai laki-laki itu tidak terlihat lagi. "Itu beneran Raffa?" tanyanya sangat tidak percaya.

Nasya memasang wajah datar, mood nya langsung rusak saat melihat pandangan tadi pagi-pagi seperti ini. "Lo tau sendiri kan jawabannya?" Nasya bertanya sekaligus menjawab pertanyaan dari Anggun tadi.

"Wow! Hebat juga si Vivi." Anggun bertepuk tangan pelan, mengapresiasi Sylvia. "Lo aja yang udah bertahun-tahun ngejar gak dapet tuh si Raffa, tapi Sylvia mudah banget anjir luluhinnya, heran gue. Lo okay kan, Sya?" pertanyaan Anggun terdengar sedikit mustahil.

"Mana mungkin, hati gue hancur ini." Kata Nasya dramatis. Walau kebenarannya memang iya.

"Utututu kesiaaan."

"Tapi kok bisa woy? Sylvia gak mikirin apa perasaan sahabatnya gimana?" rupanya Anggun masih ada difase terkejut.

"Diem ah. Males gue," Nasya berjalan lebih cepat, mendahului Zhafira dan Anggun. Suasana hatinya sedang tidak baik-baik saja.

"Cemburu dia." Zhafira tertawa pelan.

"Haha, tapi ya wajah banget lah anjir. Bayangin aja effort dia kayak gimana selama ini, tapi yang dapet malah Sylvia yang bahkan...  gue gak lihat effort dia sedikitpun buat Raffa?" Anggun berkata heran. "Kayak... kok bisa?"

NASYADIRA [NEW VERSION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang