30 : Obat Untuk Luka

9 3 0
                                    

Haii!!

Makasih masih lanjut baca, jangan lupa vote ya ✨

Tandai typo, please 🌷

"Nasya, kita gak boleh jadi canggung gini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nasya, kita gak boleh jadi canggung gini."

Helaan napas terdengar, Nasya menatap Zhafran, lalu ia tersenyum tipis. Kepalanya mengangguk pelan, mengiyakan permintaan Zhafran. "Enggak akan lah!" Nasya berusaha merespon seceria mungkin. Berusaha mengembalikan suasana seperti kemarin-kemarin.

"Sekali lagi, maaf ya?" setelah dua hari Zhafran menyatakan perasaannya, hubungan persahabatan mereka sedikit renggang dan terasa canggung. Zhafran yang tidak bisa berlama-lama seperti itu, langsung saja menghampiri Nasya saat pulang sekolah seperti sekarang.

Zhafran diam sebentar, sebelum tangannya terulur mengusap rambut Nasya seraya tersenyum lebar. "Gak papa, gue gak papa. Lo berhak nentuin perasaan lo."

"Tapi, gue tau rasanya jadi lo."

Keduanya menuruni tangga dengan langkah pelan, supaya menghemat waktu untuk mengobrol lebih lama setelah dua hari seperti orang tidak saling kenal.

"Terus harus gimana? Udah ah santai, gue udah lupain kejadian yang lalu. Gak usah kita bahas lagi, yang penting kita harus bisa ambil pelajaran dari kejadian kemarin."

Nasya berhenti melangkah di undukan tangga ke 5, yang otomatis Zhafran pun ikut menghentikan langkahnya dan menatap Nasya dengan tatapan bertanya. Satu alisnya terangkat kala Nasya hanya diam sambil menatapnya.

"Kok lo gak benci gue?" setelah terjadi keheningan, tiba-tiba celetukan Nasya membuat dahi Zhafran mengerut. Kekehan kecil pun terdengar.

"Benci? Benci atas dasar apa?"

"Gue kan... ya lo pasti tau."

"Masih tentang itu?"

Nasya hanya diam.

"Sya, liat gue." Setelah netra mereka saling tatap, Zhafran menyempatkan untuk mengusap pipi mulus Nasya disertai senyuman manis yang justru membuat Nasya merasa bersalah atas senyum itu. "Saat Raffa secara terang-terangan nolak lo, lo bisa benci dia gak, Sya?" tanya Zhafran membuat Nasya memalingkan wajah sebelum cowok itu kembali menarik dagunya agar kembali menatapnya.

"Benci gak lo?"

Nasya menggeleng. Jiwa menyebalkan Zhafran entah kemana sekarang, laki-laki itu tampak serius.

Zhafran melepaskan pegangannya dari dagu Nasya, kini tangan itu beralih memegang kedua pundak Nasya. "Kenapa lo gak benci?"

"Zhafran, kenapa malah bahas---"

"Ssstt, jawab pertanyaan gue."

Nasya menghela napas panjang. "Karena gue udah terlanjur sayang sama dia, penolakan dia gak bikin gue jadi benci, Zhaf." Jawab Nasya dengan susah payah. Karena bagaimanapun, ia masih mempunyai perasaan. Ia berbicara seperti itu di depan orang yang mencintainya.

NASYADIRA [NEW VERSION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang