Hai haaaii!!
Terima kasih masih lanjut baca ✨
Enjoyy yaa!
Tandai typo, please 🌷
"Raffa tunggu!"
Teriakan itu tak pernah absen masuk ke telinga Raffa setiap harinya. Tetapi Raffa tetap berjalan tidak peduli kala mendengar suara langkah kaki yang tergesa-gesa, dipastikan jika perempuan yang meneriakinya itu sedang berlari.
"Tunggu ih, lo mah gitu!"
Dan sialnya, langkahnya selalu tersusul. Raffa terus berjalan tanpa melirik sedikitpun ke arah perempuan yang kini sedang mengoceh tidak jelas, siapa lagi kalau bukan Nasya.
"Gimana hari kemarin Raffa? Ada cerita gak? Kalau ada, boleh cerita sama gue. Nasya siap jadi pendengar baik untuk Raffa!" serunya.
Raffa terdiam sebentar mendengar perkataan yang hanya dapat ia dengar dari Nasya. Kalimat, 'ada cerita apa hari ini atau ada cerita apa hari kemarin,' Raffa hanya bisa mendengarnya dari Nasya. Tapi, Raffa ya tetap Raffa, ia lebih mementingkan egonya daripada hatinya yang sedikit tertarik dengan tawaran Nasya.
"Gak perlu jadi pendengar yang baik buat gue." Jeda sebentar sebelum kembali berbicara, "lo menjauh dari gue. Itu yang gue mau." Lanjutnya.
Bukannya merasa sedih, Nasya justru sekarang tengah menatap Raffa dengan mulut yang terbuka lebar, ia sangat terkejut! "Lo ngomong panjang? Ini beneran lo? Lo baik banget hari ini, mau nikah pake adat apa sayang?" Raffa menghela napas berat saat mendengar jawaban diluar nalar dari mulut Nasya, perempuan itu memang sudah gila.
"Oh iya Raffa, ini puding coklat buat lo!" kata Nasya menunjukkan satu cup transparan kepada Raffa. Di dalamnya terdapat satu potong puding berukuran sedang dengan toping keju diatasnya.
Raffa meliriknya sebentar, sebelum memasuki kelas dengan wajah datar. "Gue simpen di meja lo ya!" Nasya meletakkan cup itu di atas meja Raffa. Sementara Raffa, ia sama sekali tidak minat. Ia memilih keluar kelas tanpa mempedulikan Nasya yang sudah mengoceh tidak jelas. Nasya adalah manusia terberisik yang pernah ia temui.
"Buat gue mana?" Nasya menolehkan kepalanya saat Zhafira yang baru saja datang bersama Zhafran menghampiri meja Raffa.
Nasya menunjukkan kantung hijaunya ke arah Zhafira. "Nih!" Zhafira mengangguk mantap.
Zhafran meletakkan tasnya, lalu menatap dua perempuan di depannya. "Buat gue mana?"
"Dih, bikin sendiri sono!" seru Nasya sewot.
KAMU SEDANG MEMBACA
NASYADIRA [NEW VERSION]
Novela Juvenil[ 𝐄𝐍𝐃𝐈𝐍𝐆 ] Yang terlihat baik itu belum tentu baik. Dan ternyata memang benar, Nasyadira sudah membuktikannya. Terlalu percaya pada seseorang itu menyakitkan. Manusia memang tidak cocok untuk dijadikan tempat harapan. Dan juga ... harus selal...