jam menunjukan pukul 12 siang, aku sedang memainkan gitar coklat ku sembari duduk di atas ranjang, angin masuk dari jendela kamar yang ku buka, tirai tertiup angin dengan lembut, seketika aku teringat dengan wanita biola malam itu.
aku menidurkan diriku setengah badan di atas ranjang sebari memeluk gitar dan sesekali memainkan senarnya.
"aku jadi penasaran, siapa perempuan yang bermain biola malam itu ?, rambutnya panjang dan tubuhnya bagus, hush ! tubuh tubuh apa aku ini, eh tapi siapa bapa bapa itu ya ? apa itu bapanya ? atau pembantunya ?."
saat aku sedang membayangkan wanita itu, ibu memanggilku dari dapur.
"hamm... eiham.. sini ham" panggil ibu
"ah, iya bu sebentar ham kesitu." menyimpan gitar di samping meja belajar
"kenapa bu ?"
ibu sedang membuat adonan kue bolu di dapur
"ini tolong antarkan bolu pandan pesanan pa yudi ya."
aku berjalan mengambil minuman jus jeruk di dalam lemari es
"dimana alamatnya bu ?" sembari meminum jus jeruk
"itu di dekat rumah nenek, di sembarang rumahnya, ga jauh ko dari rumah nenek, patokanya ada pohon besar, tidak ada lagi rumah disitu cuman ada rumah itu, bilang saja mau mengantar kue pesanan pa yudi."
aku yang sedang meminum jus jeruk terkejut, dan langsung tersedak jus saat mendengar alamat rumah itu mirip dengan rumah yang semalam aku datangi, apa mungkin itu alamat rumah si wanita biola.
"eh kamu gapapa ? makanya kalo minum hati hati" ucap ibu
"iya bu, kesedak"
"kamu ini, yasudah cepat ambil nanti keburu dingin kue nya."
"iya bu, assallmuallaikum bu." mengambil kue pergi meninggalkan ibu
aku kembali lagi pada ibu karena belum meminta salam.
"eh lupa bu, salim, pergi dulu bu."
"waallaikumsallam"
ibu hanya menggelengkan kepalanya.
seperti biasa aku pergi menggunakan sepeda lamaku, di perjalanan aku merasa gugup apa benar itu rumah wanita biola, jika iya aku akan mati berdiri disana.
aku sudah sampai di alamat rumah ini, ada pohon besar dan rumah, benar saja rumah si wanita biola, aku turun dan memarkirkan sepedaku seperti malam itu, dengan rasa gugup dan keringat bercucuran, aku memberanikan diri untuk berjalan menuju rumah itu, hati ku sangat tidak bisa di ajak bersilaturahmi, rasanya sangat berdebar, matilah aku hari ini.
"haduhhh aku tidak berani."
akhirnya aku bisa sampai di depan pintu rumah ini, aku mengetuk pintu perlaham pintu itu ada yang membuka, aku semakin gemetar dan merasa pusing.
tok tok
cklek
saat pintu itu di buka keluarlah seorang wanita dengan rambut panjang, tingginya sepundakku, matanya berwarna coklat dan bulat, aku semakin gugup saja, aku menelan air liurku, belum mengucap satu kata pun aku sudah merasa lemas dan pusing akhirnya aku pingsan.
beberapa saat kemudian.
"hai bangung"
mataku perlahan terbuka dan terkejut saat aku sudah berada di rumah yang atapnya bukan atap rumah ku, aku sudah berada di atas kursi panjang berwarna hijau dengan keadaan diriku yang tidur terlentang di atas kursi.
aku terkejut saat melihat di sebelahku masih ada wanita biola itu, ternyata aku masih di rumah ini.
"kamu baik baik saja? tadi kamu pingsan di depan rumah ku" ucap wanita biola itu sembari di akhiri dengan senyuman
aku yang masih gemetar tidak banyak bicara langsung berdiri dan meminta izin untuk pulang dengan tergesa gesa.
"eh maaf aku harus pulang, permisi." meninggalkan wanita itu
aku langsung bergegas pergi menuju sepeda dan pulang ke rumah.
"assallamuallaikum" membuka pintu dengan tergesa gesa
aku langsung menaiki tangga dan memasuki kamar, lalu mengunci pintu dan mendudukan diri di atas ranjang, sembari fikiran bingung dan nafas terus menghembus cepat.
aku menutup muka dengan tanganku.
"ahggg bodoh ! bodoh sekali aku ini !" masih menutup muka
lalu aku merebahkan setengah badan dan merentangkan tangan ku di atas ranjang, perlahan aku membuat ekspresi senyum kecil dan wajah sedikit memerah.
"dia cantik sekali" ucapku dalam hati
🌹
malam pun tiba, di kamar aku sedang mengerjakan tugas kuliah, sembari mendengarkan siaran radio FM kesukaanku,
"kembali lagi bersama saya, Ridwan si penyairr.. sut jangan berisik"
"dengarkan, pahami dan rasakan" ucap si penyiar dan di barengi ucapan ku mengikutinya
"bagaimana hari mu hari ini ? semoga selalu baik ya, hari ini saya tidak akan menyairkan sebuah puisi namun akan mengajak pendengar semua untuk berbincang dengan saya lewat telpon yang akan saya sebutkan nanti, mari berbincang mengenai apa itu cinta, nah judulnya apa itu cinta, ok siapkan pertanyaan mu, saya akan menyebutkan nomornya."
aku bersiap memegang pena dan buku untuk bersiap menulis nomor tersebut.
"085-"
kresek sresekk
"ahhh radio ini malah mati di saat yang tidak tepat" aku memukul mukul radio
"75 nah itu dia nomornya, silahkan pendengar di telpon" ucap penyiar itu
"ahhh sialan ! sudah selsai, bahkan aku belum menulisnya." ujar ku
"nah ada telpon masuk.. halo apa itu cinta, dengan siapa dimana...?" ucap penyiar itu
"halo apa itu cinta, dengan Dina di Bandung." ucap sang penelpon
"hai hai hai dina, mau tanya apa nih?"
"saya mau tanya, jika kita merasa malu dan berdebar hati dengan lawan jenis apakah itu tanda kita mencintainya ? jika tidak kenapa ? namun jika iya saya harus bagaimana?. Terima kasih ka Ridwan." tanya si penelpon
aku mendengarkan siaran itu dengan seksama, aku dengar setiap kata si penyiar, dan aku catat pula perkataannya.
"waduhh ini sangat sulit ya kaka Dina, ada dua kemungkinan, satu mungkin anda tidak kuat untuk berbicara banyak dengan lawas jenis atau sesama jenis karena anda pemalu mungkin, atau yang kedua bisa jadiiii anda menyukainya namun anda tidak sadari itu, jika memang baru pertama bertemu bisa saja itu cinta pada pandangan pertama, mungkin jika ka Dina menyukainya dan ada perasaan untuk mendekatinya, coba saja mungkin dengan memberanikan diri untuk mengajaknya bicara, atau beri dia sesuatu mungkin, coba dekati dan pahami dirinya seperti apa aslinya, cari tau sendiri akan mudah mengenalnya, bagaimana cukup paham ka Dina ?. Terima kasih untuk ka Dina dari Bandung, kita akan melanjutkan sesi telpon berikutnya setelah lagu berikut ini, tetap disini saja." jelas sang penyiar radio
aku hanya diam dan tersenyum melihat radio itu.
𝙝𝙖𝙞 𝙩𝙪𝙖𝙣 𝙙𝙖𝙣 𝙣𝙤𝙣𝙖, 𝙩𝙚𝙧𝙞𝙢𝙖 𝙠𝙖𝙨𝙞𝙝 𝙨𝙪𝙙𝙖𝙝 𝙢𝙖𝙢𝙥𝙞𝙧 𝙙𝙞 𝙘𝙚𝙧𝙞𝙩𝙖 𝙞𝙣𝙞, 𝙨𝙚𝙢𝙤𝙜𝙖 𝙗𝙞𝙨𝙖 𝙙𝙞 𝙩𝙚𝙧𝙞𝙢𝙖 𝙙𝙞 𝙢𝙖𝙩𝙖, 𝙝𝙖𝙩𝙞 𝙙𝙖𝙣 𝙥𝙞𝙠𝙞𝙧𝙖𝙣 𝙩𝙪𝙖𝙣 𝙣𝙤𝙣𝙖 𝙨𝙚𝙠𝙖𝙡𝙞𝙖𝙣, 𝙨𝙖𝙮𝙖 𝙝𝙖𝙧𝙖𝙥 𝙩𝙪𝙖𝙣 𝙙𝙖𝙣 𝙣𝙤𝙣𝙖 𝙗𝙞𝙨𝙖 𝙢𝙚𝙣𝙖𝙣𝙩𝙞 𝙘𝙚𝙧𝙞𝙩𝙖 𝙞𝙣𝙞 𝙠𝙚𝙢𝙗𝙖𝙡𝙞 𝙙𝙖𝙣 𝙢𝙚𝙣𝙞𝙠𝙢𝙖𝙩𝙞 𝙥𝙖𝙙𝙖 𝙨𝙚𝙩𝙞𝙖𝙥 𝙠𝙖𝙩𝙖 𝙙𝙖𝙣 𝙠𝙖𝙡𝙞𝙢𝙖𝙩 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙘𝙞𝙠𝙪𝙧 𝙗𝙪𝙖𝙩, 𝙗𝙖𝙞𝙠𝙡𝙖𝙝 𝙨𝙚𝙡𝙖𝙢𝙖𝙩 𝙢𝙚𝙡𝙖𝙣𝙟𝙪𝙩𝙠𝙖𝙣 𝙥𝙚𝙧𝙟𝙖𝙡𝙖𝙣𝙖𝙣 𝙠𝙚𝙝𝙞𝙙𝙪𝙥𝙖𝙣 𝙗𝙚𝙧𝙨𝙖𝙢𝙖 𝙨𝙖𝙣𝙜 𝙥𝙚𝙢𝙞𝙠𝙞𝙧 𝙪𝙡𝙪𝙣𝙜.
![](https://img.wattpad.com/cover/342374651-288-k797234.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Enigma puspa manah
Poetry𝘮𝘢𝘯𝘶𝘴𝘪𝘢 𝘥𝘪𝘵𝘢𝘬𝘥𝘪𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘮𝘱𝘶𝘯𝘺𝘢𝘪 𝘮𝘢𝘴𝘢 𝘥𝘦𝘱𝘢𝘯, 𝘣𝘦𝘨𝘪𝘵𝘶 𝘱𝘶𝘯 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘢𝘬𝘶 𝘥𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘥𝘪 𝘵𝘢𝘬𝘥𝘪𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘮𝘱𝘶𝘯𝘺𝘢𝘪 𝘮𝘢𝘴𝘢 𝘥𝘦𝘱𝘢𝘯, 𝘮𝘢𝘴𝘢 𝘥𝘦𝘱𝘢𝘯 𝘮𝘶 𝘤𝘪...