ibu

114 32 94
                                    

awal pagi ini aku sedang merasa bosan dengan tugas tugas kuliahku, rasanya aku ingin menghirup udara segar kebun teh di kampung nenek, apa aku pergi saja kesana untuk merehatkan diri ?, eummm baiklah aku akan pergi ke rumah nenek.

aku berjalan mengambil hodie hitam dan tas selempangku, aku berjalan menuruni anak anak tangga sembari memanggil ibuku.

"Bu.. buu.. ibu kemana ya?"

"i-bu" 

ucap ku terjeda saat kedapatan ibu sedang mencuci baju di kamar mandi sembari duduk di kursi kecil coklat dan usang.

"yaampun ibu disini, ham cari cari ibu daritadi."

ibu menoleh kepada ku, dan tersenyum.

"aduh maaf nak, tadi ibu gak kedengeran sama suara air, kenapa ham panggil ibu?."

"hehe iya bu, gapapa, ini ham mau izin ke rumah nenek, mau ke kebun teh nya nenek, ham perginya naik sepeda ko."

"yaudah pergi aja, asal hati hati di jalannya ya, jangan ngelamun terus, perhatiin jalan nya."

"siap bu guru !" sembari membungkuk kan badan 

"kamu ini, eh tapi pesanan bu salimah sudah di antarkan ya?."

"oh jelas sudah dong bu..."

"bagus, yasudah pergi sana, oia bawa juga kueh bolu pandan di atas meja makan untuk nenek ya."

"baiklah yang mulia, hehe, salim bu." sembari menyodorkan tanganku

ibu hanya menggelengkan kepalanya dan tersenyum kecil padaku.

aku mengambil bolu pandan yang sudah di tata rapi dalam wadah di atas meja, lalu berjalan keluar pintu menuju sepeda yang terparkir di halaman rumah. 

dengan mengendarai sepeda hitam kesayangannyaku, aku sembari menikmati perjalanan menuju rumah nenek.

"hahhh sepanjang jalan rumah nenek memang menyejukkan hati dan fikiran, pepohonan dimana mana, dan anginnya begitu lembut. tak heran jika nenek nyaman berada di lingkungan yang sejuk ini." 

sesampainya aku di rumah nenek, aku mengetuk pintu dan mengucapkan salam pada nenek.

tok tok tok

"assallamuallaikum nek"

seorang wanita tua membuka pintu dengan perlahan, dan melihat kearah ku yang sudah berdiri tegap di depan pintu rumahnya itu.

"nek" sembari meminta salam pada nenek

"waallaikumsallam ehhh ada cucu nenek, masuk yu, eiham kesini sendiri kah ?."

"iya nek eiham sendiri kesini, oia ini ada titipan dari ibu buat nenek." sembari menduduki kursi 

"ahh padahal tidak usah repot repot, terima kasih ya pada ibu mu."

"udah gapapa nek, mungkin ibu lagi kangen saja sama nenek." jawab ku

nenek menyiapkan teh di dapur untuk di suguhkan pada ku.

"ibu mu itu sangat baik kepadaku." sembari meletakan teh di atas meja  untuk ku dan dirinya, lalu mendudukan dirinya di atas kursi 

aku mengambil secangkir teh itu lalu aku meminumnya.

"ibu mu itu sangat baik ham, dia bisa merelakan apa pun demi nenek, dan dia pun sangat sayang kepada kita, termasuk kamu." sembari meminum secangkir tehnya

"ibu tidak usah di tanyakan lagi, dia memang baik nek." aku meminum teh itu lagi dan tersenyum

aku menyimpan gelas di atas meja lalu terdiam dan menatap mata nenek. 

"saat itu.."

nenek berbicara kembali, menceritakan masa lalu ibu kepada ku.



flash back 1978

"bu hari ini ibu mau makan apa? biar hanin buatkan makan malam." sembari mengelap wajan di atas kompor

"tidak usah hanin, ibu tadi sudah makan, sebaiknya kamu makan saja, kau kan belum makan sedari pulang kerja tadi."

"eum, baiklah bu."

ya hanin adalah nama ibu dari eiham.

saat hanin sedang menikmati masakannya di meja makan, ada seseorang yang membuka pintu rumahnya dengan sangat kencang, sontak membuat hanin dan ibunya terkejut dan menghentikan suapan pada mulutnya.

bruk !

terlihat seorang pria dewasa sedang mabuk sembari membawa botol hijau di tangannya, ibunya hanin langsung membopong pria itu duduk di kursi ruang tamu.

namun bukan terima kasih yang di dapat, pria itu malah memukul pipi ibunya hanin sampai memerah.

plak !

"haha" tawa pria itu

hanin yang melihat itu langsung membantu ibunya untuk bangun dan membentak pria mabuk itu.

"pak !, bapa tidak kasian sama ibu? liat ibu sampai merah begitu di pukul bapa, bapa tidak malu apa, setiap hari kerjanya bapa hanya menyusahkan ibu saja." bentak hanin pada bapanya

pria mabuk itu adalah bapanya hanin.

bukannya sadar akan yang bapanya itu perbuat, ia malah menampar hanin dan mendorongnya sampai terjatuh.

plak !

"heh !, anak tidak tau diri !, apa yang kau katakan tadi ?, bajingan !" sembari menendang hanin

ibu hanin langsung melerai suaminya itu dengan memeluk erat dari belakang.

"pa sudah pa, sudah, istigfar."

"halah diem bu ! anak seperti ini harus di beri paham." menepas tangan istrinya dan langsung menjambak rambut hanin yang masih terkapar di lantai.

"haha anak biadab." melepaskan jambakannya 

pria itu berdiri dan pergi kedalam kamarnya.

ibu memeluk hanin.



back to 2001

saat nenek sedang bercerita mengenai kakek dan ibuku, datang salah satu warga kerumahnya.

tok tok 

"assallamuallikum, permisi bu, ini ada pa rt mau bicara dengan ibu."

"waallaikumsallam, wah ada tamu ham."

"ah mengganggu saja." sembari memanyunkan bibirku sedikit

"ish kamu nih, nanti nenek ceritakan lagi ya." ucap nenek sembari tertawa kecil

aku hanya mengangguk. 

"oia nek, eiham mau ke kebun teh nenek saja ya, sekalian ham menghirup udara segar disana."

"yasudah, hati hati ya, jangan pulang malam malam, nanti ibu kamu nyariin."

"iya nek, assallamuallaikum." sembari menyalimi tangan nenek

"waallaikumsallam."



𝙝𝙖𝙞 𝙩𝙪𝙖𝙣 𝙙𝙖𝙣 𝙣𝙤𝙣𝙖, 𝙩𝙚𝙧𝙞𝙢𝙖 𝙠𝙖𝙨𝙞𝙝 𝙨𝙪𝙙𝙖𝙝 𝙢𝙖𝙢𝙥𝙞𝙧 𝙙𝙞 𝙘𝙚𝙧𝙞𝙩𝙖 𝙞𝙣𝙞, 𝙨𝙚𝙢𝙤𝙜𝙖 𝙗𝙞𝙨𝙖 𝙙𝙞 𝙩𝙚𝙧𝙞𝙢𝙖 𝙙𝙞 𝙢𝙖𝙩𝙖, 𝙝𝙖𝙩𝙞 𝙙𝙖𝙣 𝙥𝙞𝙠𝙞𝙧𝙖𝙣 𝙩𝙪𝙖𝙣 𝙣𝙤𝙣𝙖 𝙨𝙚𝙠𝙖𝙡𝙞𝙖𝙣, 𝙨𝙖𝙮𝙖 𝙝𝙖𝙧𝙖𝙥 𝙩𝙪𝙖𝙣 𝙙𝙖𝙣 𝙣𝙤𝙣𝙖 𝙗𝙞𝙨𝙖 𝙢𝙚𝙣𝙖𝙣𝙩𝙞 𝙘𝙚𝙧𝙞𝙩𝙖 𝙞𝙣𝙞 𝙠𝙚𝙢𝙗𝙖𝙡𝙞 𝙙𝙖𝙣 𝙢𝙚𝙣𝙞𝙠𝙢𝙖𝙩𝙞 𝙥𝙖𝙙𝙖 𝙨𝙚𝙩𝙞𝙖𝙥 𝙠𝙖𝙩𝙖 𝙙𝙖𝙣 𝙠𝙖𝙡𝙞𝙢𝙖𝙩 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙘𝙞𝙠𝙪𝙧 𝙗𝙪𝙖𝙩, 𝙗𝙖𝙞𝙠𝙡𝙖𝙝 𝙨𝙚𝙡𝙖𝙢𝙖𝙩 𝙢𝙚𝙡𝙖𝙣𝙟𝙪𝙩𝙠𝙖𝙣 𝙥𝙚𝙧𝙟𝙖𝙡𝙖𝙣𝙖𝙣 𝙠𝙚𝙝𝙞𝙙𝙪𝙥𝙖𝙣 𝙗𝙚𝙧𝙨𝙖𝙢𝙖 𝙨𝙖𝙣𝙜 𝙥𝙚𝙢𝙞𝙠𝙞𝙧 𝙪𝙡𝙪𝙣𝙜.

Enigma puspa manahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang