Bab 23. Apa Hubungannya?

99 27 54
                                    

Zura berusaha menyembunyikan kegugupannya dari Galaksi. "Buruan gue obati luka lo, gue mau balik soalnya udah malam. " gadis itu menatap jam yang berada di kamar tersebut.

"Lo nggak usah repot-repot obatin luka gue segala, luka gue udah sembuh kok. " ucap Galaksi yang membuat Zura menatap dirinya bingung.

"Kok bisa?" tanya gadis itu. "Karena gue bisa lihat senyum manis lo, " goda cowo itu sambil menatap lekat wajah Zura.

Zura yang di tatap seperti itu oleh Galaksi menjadi salah tingkah sendiri. "Yaudah kalo gitu, gue balik aja, gue bisa balik sendiri. " ucap Zura menghindari tatapan Galaksi.

Baru saja Galaksi ingin membalas ucapan Zura, niatnya kembali ia urungkan karena ucapan bariton Varo yang tiba-tiba berdiri di ambang pintu kamar Galaksi. Padahal Galaksi sudah mengunci pintu kamarnya.

"Dasar gadis nggak tau diri! Di mana harga diri kamu?!" cibir Varo menatap Zura dengan tatapan jijik. Zura hanya diam mendengar Varo yang menjatuhkan harga dirinya. "Papa itu seharusnya nggak pantas bilang seperti itu sama Zura!" sahut Galaksi langsung emosi.

Varo menghiraukan ucapan Galaksi, "Malam ini juga kamu harus ikut saya!" ucap Varo menatap ke arah Galaksi. "Ada acara makan malam sama klien, kamu jangan buat malu saya!" lanjutnya dengan penuh penekanan.

"Nggak! Galaksi mau antar Zura balik! Galaksi nggak bisa ikut papa!" tolak cowo itu. "Tunggu bentar, gue ambil jaket dulu, " lanjutnya yang menatap ke arah Zura.

Varo kembali menatap Zura dengan jijik. "Emangnya dia siapa? Ratu? Sampai-sampai harus di antar segala. Dia punya kaki biarin dia pulang sendiri!" ucap Varo dengan sinis.

Gadis itu menatap Varo dengan tajam, dia benar-benar kesal dengan ucapan lelaki tua itu. "Gal, gue pulang sendiri aja. Benar kata Papa lo, gue punya kaki dan gue masih bisa berjalan. " ujar Zura.

Galaksi menghentikan aktivitasnya karena mendengar ucapan Zura. "Lo nurut sama ucapan Papa? Ini udah malam Ra, gue nggak bisa biarin lo pulang sendiri. Nanti kalo terjadi sesuatu sama lo gimana?" ujar Galaksi dengan raut wajah khawatir.

"Lo tenang aja, gue nggak akan kenapa-napa kok. Gue pasti pulang dengan selamat. Nanti kalo gue  udah  sampai di rumah, gue kabarin lo, " ucap Zura berusaha meyakinkan Galaksi.

Cowok itu nampak ragu dengan ucapan Zura, dia jadi teringat waktu dirinya bertemu dengan Zura di jalan, gadis itu tidak tau jalan rumahnya, padahal itu masih dekat dengan rumah gadis itu, sedangkan jarak rumah Galaksi dengan Zura lumayan jauh.

"Biar gue anter lo, gue nggak percaya sama ucapan lo. Gue nggak mau lo tersesat dan gue nggak mau lo kenapa-napa, " balas Galaksi dengan lembut.

"Udah, biarin aja Galaksi! Dia mau pulang sendiri! Ngapain juga kamu repot-repot mau nganterin dia segala?" sahut Varo yang masih berdiri di ambang pintu.

Galaksi menatap Papanya dengan tajam, "Mending Papa diam deh! Udah berapa kali Galaksi bilang sama Papa, jangan ikut campur urusan Galaksi!" bentak Galaksi.

Karena pusing mendengar perdebatan Galaksi dengan Varo, Zura memutuskan untuk keluar dari kamar cowok itu dan pulang sendiri. "Lo tenang aja gue nggak akan tersesat dan gue nggak akan kenapa-napa, " ujar gadis itu kemudian keluar dari kamar Galaksi.

Zura menghentikan langkahnya ketika jarak dirinya dan Varo lumayan dekat, dia menatap pria paruh baya itu sekilas kemudian melanjutkan langkahnya. Padahal ini pertemuan pertama Zura dan Varo, tapi entah kenapa ia sangat malas harus bertemu dengan Varo.

Galaksi yang ingin mengejar Zura langkahnya langsung di hentikan oleh Papanya. "Biarin dia pulang sendiri. Mending kamu siap-siap, tadi sepupu kamu kesini, cuma kamu belum pulang, makanya dia langsung kembali ke Jakarta. Lusa nanti dia kesini lagi, dan kamu harus di rumah. Ingat itu!" ujar Varo.

"Galaksi udah tau, lagian juga Galaksi nggak suka kalo Kak Fara datang kesini, terus buat rusuh. Kak Fara pasti gangguin Kakak dan itu semua gara-gara Papa!" balas Galaksi dengan ketus.

"Mending Papa keluar, Galaksi mau tidur!" usir cowok itu kemudian menutup pintu kamarnya dengan keras.

"Galaksi kamu nggak dengar ucapan saya?! Malam ini ada acara sama klien! Seharusnya kamu siap-siap bukannya mau tidur!" teriak Varo dari balik pintu.

"Bodoamat Pa! Galaksi nggak mau ikut Papa. Palingan Papa suruh-suruh Galaksi!" teriak Galaksi dari kamarnya.

"Kamu berani lawan saya? Mau jadi gelandangan kamu?" ancam Varo yang masih berdiri di depan pintu kamar anaknya.

Mendengar ucapan Varo membuat cowok itu membuka kembali pintu kamarnya, Galaksi menatap Papanya dengan datar. "Papa ngancam Galaksi? Papa pernah nggak sih mikirin perasaan Galaksi? Galaksi capek Pa, Papa selalu tuntut Galaksi. Galaksi cuman pengen bebas nggak di kekang kayak gini!" ucap cowok itu dengan suara parau.

•••

Angin malam membuat tubuh seorang gadis menggigil, gadis itu memeluk dirinya sendiri, sudah jam setengah sembilan dia masih berjalan dengan santai, tak ada satu kendaraan pun yang melintas. "Om Varo aneh banget deh, gue jadi curiga sama dia. Terus apa hubungannya rumah kosong itu sama gue ya? Kenapa perasaan gue aneh banget waktu gue melihat rumah itu. Waktu gue tatap wajah Tante Agatha sama Om Regan nggak tau kenapa perasaan gue jadi menghangat, dan waktu Galaksi bilang kalo mereka korban pembunuhan hati gue sakit banget. Entah kenapa gue nggak rela. " ujar gadis itu yang merasa bingung dengan perasaannya saat ini. "Apa pemilik tubuh ini anak mereka?" lanjutnya.

"Astaga Ra, lo pikir apa sih. Nggak mungkin kan pemilik tubuh ini anak mereka, lebih lagi mereka itu orang kaya. " ucapnya tertawa kecil.

Zura menghentikan langkahnya ketika merasa angin malam semakin kencang, tanpa gadis itu sadari Zura menghentikan langkahnya di depan gerbang sekolah. Memang jalan rumah Zura sama rumah Galaksi tidak satu arah, maka dari itu Zura harus melewati kawasan sekolah lagi untuk pulang.

Tubuh gadis itu merinding seketika, dengan cepat dia menatap ke dalam sekolah tersebut. Langkahnya berjalan mendekati sekolah, matanya memicing tajam menatap jauh ke dalam sekolah, lebih tepatnya menatap ke arah rooftop sekolah.

"Siapa dia?" gumamnya. "Bukannya itu orang yang tadi sore? Dia ngapain malam-malam berkeliaran di sekolah?" lanjutnya.

Zura bisa melihat poster tubuh orang yang sedang berlari-lari di rooftop sekolah dengan jelas, tapi sayangnya gadis itu tidak bisa melihat wajah orang itu. Zura memukul gerbang sekolah dengan kuat. "Dia siapa sih? Buat gue penasaran aja!" geram Zura.

Karena jiwa kekepoannya gadis itu memutuskan untuk melihatnya. Dia mencoba membuka gerbang sekolah dan kebetulan sekali gerbang tersebut tidak di kunci.

Zura melangkahkan kakinya dengan bebas di halaman sekolah, suasana sekolah kini mulai mencekam. Kondisi sekolah benar-benar sangat gelap, tak ada satu pun lampu yang menyala, hanya ada cahaya dari sang surya yang menyinari bangunan sekolah SMA Mexolarius.

Gadis itu mulai mengambil ponselnya dan menyalakan senter ponselnya. "Anjir, kok seram banget, " gerutu Zura.

Dia mulai menaiki anak tangga sekolah yang menghubungkan antara lantai satu dengan lantai dua. Karena tidak mau memperpanjang waktu, Zura mempercepat langkahnya untuk sampai di rooftop. Gadis itu menelusuri lorong koridor sekolah yang masih sangat berantakan akibat penyerahan pagi tadi. Tiba-tiba gadis itu menghentikan langkahnya mendadak, dengan cepat dia menengok ke salah satu kelas yang terlihat seperti ada sebuah cahaya. Gadis itu memberanikan diri memasuki kelas tersebut.

"Nggak ada siapa-siapa, " heran Zura. "Terus siapa tadi? Nggak mungkin dong gue salah liat, " lanjutnya sambil melanjutkan langkahnya.

Zura menengok ke kanan dan ke kiri untuk berjaga-jaga, seketika perasaannya menjadi tidak enak. Dalam hitungan detik Zura sudah berada di rooftop sekolah, tapi yang anehnya di sana tidak ada siapapun, hanya ada dirinya.

Ia mulai berlari mengelilingi rooftop sekolah yang sangat luas. "Jangan sembunyi dari gue! Pengecut lo! Kalo lo berani keluar sekarang juga!" teriakkan Zura berkumandang di setiap sudut sekolah.

"Kok nggak ada orang? Udah jelas-jelas tadi itu gue liat ada seseorang di sini!" bingung Zura dengan kesal, napasnya tersengal-sengal, dia berjongkok memegang lututnya.

"Apa yang gue liat tadi itu hantu?" lanjutnya berfikir.













TBC

Beby ( Slow Update )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang