Bab 6. Dendam Lama

345 93 1
                                    

Cerita ini seru gak pren? Gak ya?

Vote & komen bisa lebih banyak dari chapter kemaren, aku langsung up ya💗

Happy reading

Mobil yang di kendarai Rival sudah sampai di depan pekarangan rumah Zura. Rival keluar dari mobil kemudian di susul Zura. "Makasih ya, "

"Sama-sama, " jawab Rival. "Besok lo mau berangkat sekolah gak? Kalau iya, lo bareng gue aja. "

"Gak tau, belum gue pikirin"

"Eh, tapi kalo besok lo berangkat gue takut lo kenapa-kenapa. " ucap Rival.

"Emang gue kenapa?" tanya Zura.

"Lo yakin gak inget?" tanya Rival dengan ragu.

Zura mengangguk yakin, "Emang gue kenapa?" tanyanya lagi.

"Sebelum lo jatuh dari rofftop, lo abis nembak galaksi!"

Zura yang mendengar ucapan Rival tersedak air liurnya sendiri. "Lo kenapa? Kok kaget gitu?" panik Rival melihat Zura tersedak.

"Gak, gue gak apa-apa." jawabnya dengan napas tersengal-sengal.

"Lo kenapa sih kaget gitu? Kan lo sendiri yang nembak galaksi!" kesal Rival.

"Masa sih? Perasaan gue gak pernah nembak cowok!" jawab Zura nyolot.

"Kalau bukan lo terus siapa? Gue aja yang lihat ngeri sendiri" Rival bergidik ngeri, kembali membayangkan tingkah Zura.

"Emang Galaksi siapa?" tanya Zura penasaran.

"Lo benar-benar gak ingat?" Rival menatap Zura dengan heran. Zura menggelengkan kepalanya dengan singkat.

"Yovareno Galaksi Arghaza, namanya. Dia itu kapten basket di SMA Mexolarius. Galaksi itu orangnya humoris banget, sok cakep lagi, dan yang paling gue gak suka dari dia, dia itu munafik orangnya. Gue heran deh, bisa-bisanya semua gadis suka sama dia, termasuk lo!" ungkap Rival dengan malas.

Mendengar ucapan Rival membuat Zura terdiam, gadis itu menatap Rival dengan datar. "Mending lo pergi! Capek gue dengerin lo, dari tadi lo ngoceh mulu, " usir Zura. Setelah mengucapkan kalimat tersebut  Zura langsung pergi dari hadapan Rival.

Rival menatap punggung Zura dengan kesal, "Aneh banget jadi orang. Dari tadi gue perhatiin omongannya kagak jelas banget. Buat gue bingung aja, gue yakin Zura pasti amnesia, " gerutu Rival, cowok itu memasuki mobilnya kemudian pergi dari pekarangan rumah Zura.

Zura menatap sekeliling rumah yang baru saja ia masuki. Asing, itulah yang pertama kali Zura rasakan. "Aileen, aku kangen!" ucapnya tanpa di sadari, suaranya parau. Satu detik kemudian tubuh Zura merosot ke lantai. Zura memeluk lututnya sendiri, tak lama kemudian tubuhnya gemetar menandakan ia menangis.

Zura berusaha ikhlas menerima takdirnya, walaupun berat ia akan berusaha melupakan Aileen, tapi nyatanya melupakan dan menerima takdir tidak semudah itu, semuanya membutuhkan proses. Apalagi dia harus beradaptasi dengan lingkungan barunya.

"Seharusnya gue udah ketemu Bunda sama Ayah. Tapi, kenapa hidup gue malah kayak gini?" ucap Zura dengan gemetar menahan untuk tidak menangis. Zura mengangkat kepalanya yang terasa sangat berat, kemudian gadis itu menghapus air matanya dengan kasar, seketika kenangan bersama kedua orangtuanya dan juga Aileen teringat kembali.

Beby ( Slow Update )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang