Bab 22. Sebuah Foto

108 28 36
                                    

Langkah Zura kembali terhenti, bukannya lancang atau gimana tapi ini semua demi rencananya, Zura memberanikan diri membuka laci lemari yang tersedia di samping tempat tidur Galaksi. Entah ini kebetulan atau tidak, perasaan Zura sangat berbeda saat melihat dan memasuki rumah Galaksi, apalagi dengan rumah yang berada di samping rumah cowok itu, rasanya benar-benar ada yang berbeda.

Dengan pelan Zura membukanya. "Kosong?" gumamnya bingung, dia kembali membuka laci yang lain namun hasilnya nihil, ia tidak menemukan apapun di sana.

Tidak sampai di situ, Zura kembali meneliti kamar tersebut. Gadis itu mengerutkan keningnya heran melihat selembar foto yang tergeletak di meja Galaksi, karena penasaran Zura mengambil foto tersebut. "Lo ngapain?" ucapan tersebut membuat jantung Zura ingin copot.

Dengan cepat gadis itu mengembalikan foto tersebut ke tempat semula, dia membalikkan badannya, hal yang pertama kali Zura lihat adalah sosok Galaksi yang baru saja selesai mandi, bahkan rambut cowo itu masih basah. Penampilan Galaksi kini lebih fresh dari sebelumnya.

"Ganteng banget, " puji Zura tanpa sadar. Gadis itu menggerutuki mulutnya sendiri, "Maksud gue tuh lo kelihatan lebih segar setelah mandi!" gugup Zura.

Galaksi yang merasa aneh dengan sikap Zura ia berjalan mendekati gadis itu. "Lo ngapain? Kok panik kayak gitu?" cowo itu menatap Zura dengan tatapan yang curiga.

Zura menautkan kedua tangannya, tubuh gadis itu panas dingin bingung ingin menjawab pertanyaan cowo itu. "Sebenarnya, " gugup gadis itu. "Sebenarnya tadi gue mau pinjem, " Zura berusaha memutar otaknya berusaha mencari alasan yang tepat. "Pinjem pulpen! Iya pulpen, " lanjutnya.

Galaksi menatap Zura dengan bingung. "Lo kenapa gugup kayak gitu? Lo habis ngapain sih? Wajah lo panik kayak gitu" heran cwo itu.

Zura tersenyum bingung mendengar ucapan Galaksi yang terus bertanya padanya. Gadis itu terus berpikir mencari kembali jawaban yang tepat. "Gue panik karena tadi gue nggak sengaja liat kecoa, terus gue mau ambil pulpen buat usir kecoa itu. Tapi belum sempat gue, usir kecoanya udah pergi" jelas Zura.

Gadis itu berusaha meyakinkan Galaksi. "Aneh banget lo, usir kecoa pake pulpen. Lagi pula kamar gue nggak pernah ada kecoa deh, " ucap Galaksi yang belum merasa yakin dengan ucapan Zura.

Gadis itu menyumpah serapahi dirinya sendiri, sekarang dia benar-benar seperti seorang maling yang tertangkap basah. "Gal, gue mau balik, " Zura berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Bentar dulu yah, gue masih pengen lo di sini" ujar Galaksi.

Cowo itu yang menyadari Zura mengalihkan pembicaraan hanya menatap Zura dengan bingung.

"Gal, gue boleh nanya nggak?" ucap Zura.

Galaksi mengangkat salah satu alisnya, "Tanya apa?"

Zura kembali mengambil foto yang tadi sempat dia ambil, kemudian gadis itu menyodorkan foto tersebut kepada Galaksi. "Kalo boleh tau, mereka siapa?" tanya Zura penasaran sambil menunjuk enam  orang di dalam foto tersebut. "Ini sahabat papa gue. Yang ini om Regan sama tante Agatha, orang yang gue kasih tau sama lo, mereka yang punya rumah di sebelah. " jelas Galaksi.

Zura hanya mengangguk paham.

"Terus yang ini?" tanyanya lagi. "Ini om Anggara sama tante Nila, " jelas Galaksi. "Mereka berdua itu kedua orang tua Laura, " lanjutnya yang membuat Zura terkejut. "Jadi, bokap sama nyokap lo sahabatan sama orang tua Laura?" tanya Zura memastikan.

Galaksi mengangguk mengiyakan.

Gadis itu kembali mengamati foto yang berada di tangannya, hati Zura menghangat menatap wajah Agatha yang tengah tersenyum manis. "Kasihan yah, mereka malah jadi korban pembunuhan. Nggak tau kenapa hati gue nggak rela kalo mereka di bunuh, " ucap Zura sedih.

Beby ( Slow Update )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang