Bab 3. Ikhlas

374 108 1
                                    

BUDIDAYAKAN VOTE SEBELUM MEMBACA‼️

"G-gak m-mungkin!" Aileen menggeleng kuat.

Cowok itu langsung menerobos masuk, air mata Aileen meluncur dengan bebas di kedua pipinya. Aileen memegang wajah cantik Beby yang sangat dingin nan pucat itu.

"Sayang jangan.... tutup mata kamu" gumam Aileen dengan sendu.

Aileen memegang tangan Beby dengan kuat. "Sayang, akun mohon buka mata kamu! Katanya kamu gak akan ninggalin aku sendiri? Queen lupa? Nanti malam kita akan bertunangan, masa kamu ninggalin aku gitu aja!" ujar Aileen gemetar.

Para suster yang ada di ruangan itu menatap Aileen dengan iba, begitu besar rasa sayang Aileen untuk Beby. Percayalah lelaki yang meneteskan air matanya  hanya karena perempuan, dia lelaki sejati. "Nak Aileen tenang ya. " Velio menenangkan Aileen yang terisak menangis.

"Om, suruh Queen bangun! Bilang sama dia, jangan kayak gini. Queen pasti sedang bercanda kan? Dia lagi ngeprank aku kan? Suruh Queen bangun om!" Aileen berteriak histeris. Cowok itu memeluk tubuh Beby hingga terangkat.

Velio mengusap wajahnya dengan kasar, dia menahan agar tidak menangis. "Beby sudah meninggal, tolong ikhlasin dia!" ucapnya dengan lirih. Kemudian memeluk Aileen, mencoba untuk menguatkannya.

Aileen hanya diam, tatapannya kosong. Dia menatap wajah Beby dengan intens, satu detik kemudian Aileen kembali memeluk tubuh dingin Beby dengan erat. "Queen, lo gak boleh ngeprank gue kayak gini! Ayo bangun! Lo lupa? Gue gak bisa hidup tanpa lo Queen! Buka mata lo!" Aileen mengguncang-guncang tubuh Beby dengan kasar. Kali ini dia benar-benar sangat marah.

"Nak Aileen tenang, Beby pasti sedih lihat nak Aileen kayak gini! Ikhlasin dia!" ucap Velio. Namun hanya di anggap angin oleh Aileen.

Suster maupun dokter tersentak kaget saat melihat  Aileen mengambil pisau, begitu juga dengan Velio dan Seinna. "Aileen!" teriak Velio emosi.

"Gak om! Aku mau ikut Queen hiks, kasihan Queen di sana sendirian. Aileen mau temenin Queen, " punggung Aileen bergetar dengan hebat menandakan dia menangis. Saat ini pikiran Aileen benar-benar buntu.

Cowok itu mengangkat tinggi pisau yang ada di genggamannya. "Aileen!!" geram Velio.

Prang!

Pria paruh baya itu menendang pisau tersebut dengan kasar, Aileen terkejut dengan aksi Velio. "Kamu gila?! Kamu gak mikir gimana kedepannya? Kalau kamu kayak gini, Beby menangis melihat kamu!" Velio mencoba mengontrol emosinya.

"Ikhlaskan, sore nanti kita urus pemakan Beby. " Velio memberitahu, kemudian pergi. Saat ini Aileen butuh ketenangan.

Semua orang meninggalkan ruangan Beby, kini hanya tersisa  Aileen dengan Beby. Aileen mengacak rambutnya dengan kasar! Dia kembali terisak. "Hiks, Beby! Aku mohon ayo bangun! Kamu gak mau kan kalau aku merokok lagi? Ayo makanya bangun, kalau kamu gak bangun aku ngerokok lagi loh!" ancam Aileen.

"Queen, buka mata kamu!" cowok itu mencium kedua pipi Beby. Aileen kembali memeluk Beby, akhirnya cowok itu tertidur di samping Beby. Aileen tertidur begitu nyaman dengan memeluk Beby.

****

Waktu terus berjalan, hingga menunjukkan pukul 16.00, sesuai dengan yang Velio bilang, sore ini mereka akan memakamkan jenazah Beby. Terdengar suara pintu terbuka di ruangan Beby. "Nak Aileen, bangun!" Velio menepuk-nepuk pipi Aileen dengan pelan.

Dengan perlahan Aileen membuka matanya, samar-samar dia mendengar suara Velio. Cowok itu mengucek kedua matanya. "Om, Queen kenapa?" tanya Aileen bingung melihat Beby yang terbaring dengan tenang.

Beby ( Slow Update )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang