Bab 21. Galaksi Dan Lukanya

100 19 11
                                    

Suasana ruangan tersebut mendadak menjadi hening, hanya ada suara detik jam yang terus berbunyi. "Kamu masih nanya salah kamu apa?" ucap Varo dengan suara baritonnya.

Galaksi hanya menatap datar papanya.

"Udah Mas, Galaksi pasti capek bairin dia istirahat, " sahut Lia seraya mengelus punggung suaminya.

Galaksi terkekeh sinis mendengar ucapan mama tirinya itu, "Lo nggak usah sok baik sama gue wanita pelacur! Karena lo kakak gue jadi per- "

Plak..

Belum sempat Galaksi menghabiskan ucapannya sebuah tamparan keras kembali Galaksi dapatkan. Zura benar-benar dia buat diam  dengan suasana sekarang ini, dia hanya menggaruk tengkuknya yang tak gatal, bingung harus berbuat apa. Mau ikut campur Zura nggak ada hak.

"JAGA UCAPAN KAMU, GALAKSI! DIA ITU MAMA KAMU!" sentak Varo dengan kedua tangan yang mengepal kuat.

"Nggak! Dia bukan mama Galaksi! Papa mau pukul Galaksi lagi? Silahkan Pa! Tapi sampai kapanpun Galaksi nggak sudi menganggap wanita pelacur itu sebagai mama Galaksi!"  bentak Galaksi.

"KURANGAJAR KAMU! DI MANA SOPAN SANTUN KAMU?! DI MANA ETIKA KAMU SEBAGAI ANAK?!" bentak Varo lagi.

Pria paruh baya itu hendak memukul Galaksi lagi namun aksinya berhenti seketika, ketika menyadari kehadiran seorang gadis asing menurutnya. Varo benar-benar tidak sadar dengan kehadiran Zura. "Galaksi, dia siapa?" tanya Varo sambil menunjuk ke arah Zura dengan ekspresi datar.

"Papa nggak perlu tau! Papa nggak usah ikut campur urusan Galaksi!" jawab cowok itu yang membuat Varo tambah marah.

"Kamu itu anak saya! Jadi, semua aktifitas kamu berhak saya tau, dan perlu kamu ingat... " jeda sesaat. "Saya akan menikahkan kamu dengan anak pilihan saya, jangan berani-beraninya kamu tantang saya!" ujar Varo dengan tegas.

Galaksi menatap Varo dengan tatapan sulit yang di artikan, cowo itu mengusap wajahnya dengan kasar  kemudian mengacak rambutnya, "Arrggh.. " teriak cowo itu frustasi. "Kenapa sih papa selalu larang Galaksi? Kenapa papa selalu ikut campur urusan Galaksi? Ini hidup Galaksi pa, papa nggak berhak ngelarang Galaksi buat dekat sama siapa aja! Galaksi capek, Pa! Papa selalu mengekang Galaksi, Galaksi cuman pengen hidup Galaksi bebas seperti mereka!" akhirnya Galaksi mengungkapkan semua unek-uneknya selama ini, sudah cukup cowo itu diam selama ini.

"Kamu berani lawan saya?! Seharusnya kamu itu bersyukur karena saya masih peduli sama kamu! Saya masih mau merawat kamu. Bukannya malah menjadi anak pembangkang seperti ini! Siapa yang mengajari kamu? Pasti gadis nggak jelas itu, kan?" Varo kembali menunjuk ke arah Zura.

"JAGA UCAPAN PAPA! PAPA ITU PEMBOHONG! PAPA BENAR-BENAR TIDAK PEDULI SAMA GALAKSI, SEMUA INI HANYA PENCITRAAN KAN, PA?! Buktinya aja kakak pergi dari sini, papa nggak peduli! PAPA MALAH NIKAH SAMA WANITA PELACUR ITU!" pekik Galaksi.

Kedua tangan pria paruh baya itu mengepal dengan kuat, dadanya bergemuruh mendengar ucapan anak bungsunya. "Jangan pernah kamu mengungkit semua masalah itu! Saya tidak peduli sama kakak kamu, karena dia menantang saya!" protes Varo.

Sedangkan Zura dan Lia hanya menyimak perdebatan antara anak dan ayah itu.

Galaksi tersenyum miring mendengar ucapan Varo. "Bukannya menantang, tapi papa yang terlalu mengekang!" jelas Galaksi.

"Galaksi, saya nggak mau berdebat sama kamu! Sekarang juga kamu bawa gadis urakan itu pergi dari sini! Udah saya peringatkan sama kamu, jangan bawa orang sembarang semua masuk ke rumah ini!" pria paruh baya itu menatap jijik ke arah Zura, sedangkan Zura yang merasa harga dirinya di rendahkan mengeram marah, tapi Zura tidak bisa berbuat apa-apa. "JANGAN HINA ZURA, PA! DIA PACAR GALAKSI! DIA ORANG YANG SPESIAL BUAT GALAKSI!" belas Galaksi membentak Varo.

Napas Varo tercekat mendengar ucapan anaknya. "Sejak kapan papa mengizinkan kamu pacaran? Kamu mau jadi anak durhaka?" geram Varo. "Sekarang juga putusin dia dan bawa dia pergi dari rumah ini!" lanjutnya sambil menunjuk kembali ke arah Zura.

Galaksi menggelengkan kepalanya kuat. "Nggak! Sampai kapanpun Galaksi nggak akan pernah putusin Zura, Galaksi cinta sama Zura!" tolak cowok itu.

Tanpa mengucapkan sepatah kata apapun lagi Galaksi menarik tangan kekasihnya dan membawa pergi ke kamarnya.

Melihat kelakuan Galaksi membuat Varo murka, ia terus berteriak memanggil nama Galaksi, tapi cowok itu menghiraukan ucapan Varo. Langkahnya terus berjalan sampai di kamarnya, Galaksi mengunci pintu kamar tersebut. Zura hanya menatap Galaksi dengan bingung, "Maaf, karena gue lo jadi kayak gini, " ucap Galaksi merasa bersalah tak enak hati.

Zura menggelengkan kepalanya pelan, dirinya tidak setuju dengan ucapan cowok itu. "Lo nggak salah, seharusnya gue yang minta maaf sama lo. Tadi itu sehabis ngantar lo pulang, gue seharusnya langsung pergi, tapi gue malah ikut menyimak pertengkaran lo sama bokap lo. Gue benar-benar minta maaf, " ucap Zura yang juga merasa tak enak hati.

"Lo nggak salah kok, hubungan gue sama papa  emang kayak gitu, " ujar Galaksi memberitahu. "Gue mohon sama lo, ucapan papa jangan masukkin ke hati ya, " lanjutnya.

Zura tersenyum singkat. "Nggak kok, lo tenang aja, gue paham sama ucapan papa lo. Alasan dia bilang kayak gitu pasti dia ingin yang terbaik buat anaknya, nggak mungkin kan orangtua malah ingin membuat anaknya menderita?"  ujar gadis itu seraya tersenyum tulus menatap Galaksi yang hanya diam akibat ucapan Zura.

"Tapi, papa gue beda Ra, buktinya papa malah buat gue sama kakak gue menderita. Semenjak mama meninggal papa seperti orang yang lupa akan tanggung jawabnya, papa terlalu sibuk mengurus dunianya. Papa itu hanya ingin di mengerti tapi papa nggak pernah ngertiin perasaan anaknya, gue capek sama sikap papa. Papa egois, papa hanya mementingkan dirinya sendiri. " ucap Galaksi dengan suara khasnya.

"Udah, sekarang lo tenangin diri lo sendiri, jangan mikir yang nggak-nggak. Mungkin ada alasan lain yang membuat papa lo jadi kayak gitu. Lo nggak sendiri kok, kan ada gue, " ujar Zura yang membuat cowo itu menatapnya dengan tulus.

Galaksi benar-benar sangat beruntung bisa memiliki Zura, kehadiran Zura sangat berarti untuknya. Setidaknya sekarang ini Galaksi mempunyai seseorang untuk manjadi penyemangat hidupnya.

Galaksi memeluk Zura dengan erat. "Gue sangat berterimakasih sama lo, kalo nggak ada lo mungkin sekarang gue udah nyerah, " ucap Galaksi dengan suara parau.

"Lo nggak usah sedih lagi, emang udah tugas gue untuk semangatin lo, memberi lo support. " balas Zura sambil mengelus punggung Galaksi dengan lembut.

"Kenapa hati gue juga sakit melihat Galaksi kayak gini? Atau.... ini perasaan Zura?" batin gadis itu, ia bingung dengan perasaannya yang sekarang.

Gadis itu melepaskan pelukannya dan kembali menatap wajah Galaksi. "Mending sekarang lo mandi, setelah itu gue obati luka lo, " saran Zura sambil menatap kondisi.

"Iya, lo jangan kemana-mana, lo duduk aja di kasur gue, biar nanti jam delapan gue antar lo balik. " jawab Galaksi. Zura hanya mengangguk singkat merespon ucapan cowok itu.

Setelah kepergian Galaksi, Zura meneliti kamar yang luas itu dengan intens. Gadis itu tak sengaja melihat foto yang terpajang di dinding kamar cowo itu, kemudian Zura mengambil figuran tersebut. Ia berdecak kesal saat foto di dalam figuran sudah sedikit memudar. "Kok wajahnya sangat familiar ya? Gue merasa nggak asing sama nih orang, tapi dia siapa?" menolong Zura yang masih terus mengamati foto tersebut.

Ada tiga orang di dalam foto itu, satu cowo dan dua cewe. Zura sangat yakin jika foto cowo tersebut adalah Galaksi, karena fotonya masih sedikit jelas. Tapi yang membuat gadis itu bingung siapa dua cewe tersebut?

Karena sangat penasaran, Zura memotret foto tersebut menggunakan ponselnya.

Setelah selesai Zura meletakkan figuran itu kembali ke tempatnya. Zura kembali meneliti kamar Galaksi, siapa tau dirinya bisa mendapatkan informasi dari kamar cowo itu.








TBC

Beby ( Slow Update )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang