Bab 29

2 0 0
                                    

Perjalanan menuju 'The City of Love', 1958

Richard berhasil membawa sang kapten ke pelabuhan terdekat dan menyerahkannya pada tentara medis untuk diobati. Namun ia bersama ketiga awak kapalnya hanya dibebaskan selama beberapa menit sebelum tiga orang prajurit mendatangi Richard tiba-tiba mengepungnya. Untuk alasan yang absurd. Seseorang melaporkan bahwa mereka telah menyembunyikan kapal berisi senjata, dan mereka tidak lain adalah mata-mata yang berniat menyerang tempat perlindungan itu.

Richard berniat memberontak saat dua prajurit memberondongnya, memuntir lengannya ke belakang sebelum meninju perutnya menggunakan lutut hingga Richard jatuh tersungkur di atas tanah karena kesakitan. Ketika Richard hendak melawan, serang prajurit lain telah mendongkan sebuah senjata ke arahnya dan itu sekaligus menjadi akhir dari perlawanan Richard.

Sang kapten keluar untuk menghentikan aksi prajuritnya yang hendak memukuli Richard dan tiga awak kapalnya yang tak bersalah. Kemudian seseorang yang melaporkan Richard akhirnya memunculkan batang hidungnya dari balik tembok bata yang dijadikan sebagai tempat perlindungan. Pikir Richard orang itu adalah laki-laki botak bermulut besar, nyatanya tidak. Richard terkejut saat mengetahui seseorang yang melaporkannya adalah wanita yang telah bekerja di tempat itu sebagai perawat. Rambutnya pirang, kulit wajahnya pucat, dan kedua matanya suntuk karena lelah. Bibirnya sedikit pucat, dan tubuhnya kurus. Ia mengenakan seragam perawat yang dinodai oleh bercak darah. Wanita itu memandangi Richard seolah sedang menilainya. Kemudian begitu sampai di samping sang kapten, wanita itu membisikkan sesuatu ke telinga sang kapten.

Menebak apa yang disampaikan wanita itu pada sang kapten adalah perkara mudah, karena setelahnya Richard dan tiga awak kapal lainnya langsung digiring menuju penjara bawah tanah untuk dikurung disana. Richard berusaha menjelaskan pada sang kapten bahwa ia hanya datang untuk menolong kapten Frederick. Alih-alih menghiraukan penjelasannya, sang kapten tetap bersikeras meminta anak buahnya untuk menggiring Richard ke dalam sel. Merasa marah, Richard tidak tinggal diam dan akhirnya memberontak. Al-hasil perlawanannya hanya berbuah musibah ketika secara tak diduga, salah satu prajurit itu melepaskan tembakannya.

Tembakan itu meleset dan menyerempet lengan kakannya. Beberapa senti saja, tembakan itu akan menembus jantung Richard dan mengakhiri hidupnya. Darah mengalir deras dari luka di lengan kanan Richard. Saat itu juga Richard ambruk. Keributan seketika pecah saat sang kapten meneriakkan perintah pada bawahannya agar menahan tembakan. Richard masih sadar untuk mendengar semua itu, hanya saja lukanya yang berdenyut-denyut membuat kepalanya pusing tak keruan. Sang perawat yang mengadukan Richard pada atasannya secara spontan langsung bergerak untuk menolong Richard. Dengan nafas tersengal dan wajah berkeringat Richard berusaha menepisnya, tapi genggaman perawat itu lebih kuat dari yang ia duga, tangannya juga cekatan karena tiba-tiba saja wanita itu telah merobek lengan pakaian Richard dan menggunakan kain itu untuk menghambat pendarahannya.

"Tinggalkan aku!" bentak Richard pada wanita.

"Biar kuobati!" perawat itu bersikeras. Saat itu untuk pertama kalinya Richard mendengar suara yang begitu dingin dari seorang wanita. Menilai dari cara wanita itu menangani lukanya, Richard dapat menyimpulkan kalau wanita itu pasti sudah begitu sering menghadapi pasien yang memberontak. Kelihatannya ia juga tidak ngeri melihat darah. Genggamannya pada lengan Richard tidak ragu-ragu. Wanita itu tidak meringis, raut wajahnya tidak berubah bahkan ketika Richard sadar kalau darahnya dari lukanya sudah menodai pakaian sang perawat.

"Tinggalkan aku!" ulang Richard dengan suara yang lebih keras.

"Kau akan mati karena keras kepala," timpal wanita itu dengan ketus.

Dari seberang, sang kapten menyerukan kalimat perintah yang terdengar jelas di telinga Richard. "Bawa dia ke sel!"

-

Train to The City of Love (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang