Bab 38

2 0 0
                                    

Perjalanan menuju 'The City of Love', 1958

"Kau tidak melupakan resepnya, kan?" tanya Norma selagi Richard menemaninya berkemas.

"Tidak. Sudah ada di sakuku."

"Bagaimana dengan dosisnya? Apa Joanne mengatakan berapa banyak yang harus kau minum?"

Richard mengedipkan kedua matanya sebelum menjawab. "Ya, dua pil perhari."

"Sesudah atau sebelum terapi?"

Kali ini Richard menghela nafas panjang dan dengan sabar menanggapi pertanyaan itu.

"Sebelum dan sesudah terapi untuk meredakan efek sakitnya."

"Bagus. Aku akan mengatakan pada perawat itu untuk mengingatkanmu."

"Ya, Norma, aku tidak akan melupakannya karena kau selalu menyebutkan semua itu."

Norma menatap suaminya dengan gelisah. Di depan gedung seseorang yang siap mengantar telah menunggu mereka. Setelah berkemas, keduanya kemudian bergegas menuju pintu keluar. Joanne mengantar mereka sampai di depan pintu. Kemudian, wanita itu memeluk Norma dengan erat sembari berusaha menghapus kesedihannya dengan berkata, "jaga dirimu, Norma!"

"Kau berjanji akan mengurusnya," ucap Norma. "Pastikan dia mengikuti terapi itu dengan benar, Joanne. Dan jauhkan asap rokok darinya. Dia sangat sensitif dengan asap rokok. Itu bisa memicu kebiasaan lamanya."

"Berhenti memberitahunya apa yang harus dilakukan Norma!" cetus Richard. Joanne tertawa untuk menanggapi aksi perdebatan mereka. Wanita itu kemudian melambaikan tangannya ketika Norma dan Richard berjalan masuk ke dalam mobil yang akan mengantar mereka menuju stasiun.

Di sepanjang perjalanan untuk sampai disana, air mata Norma kembali merebak. Meskipun ia tidak mengatakan apa-apa, kesedihan terlukis jelas dalam raut wajahnya. Sementara Richard yang duduk di sampingnya menarik tangan Norma ke atas pangkuan kemudian mengusapnya pelan, berharap tindakan itu dapat membantu Norma untuk mengusir kesedihannya. Nyatanya tetap saja tidak berhasil. Bahkan ketika mereka akhirnya sampai di stasiun tempat dimana Arthur, putra mereka, telah menunggu untuk menjemputnya, Norma masih dirundung oleh kesedihannya.

Sang anak sudah berdiri di depan pintu masuk, menyambut mereka dengan pelukan hangat kemudian membantu Norma membawa tasnya. Richard mengikuti mereka sampai ke dalam. Selagi Arthur pergi ke loket untuk menukar tiket perjalanannya, Norma dan Richard mengambil kesempatan itu untuk duduk di bangku panjang dan berbicara. Setelah itu Norma akan pergi, dan supir yang mengantar mereka akan membawa Richard kembali ke yayasan sendirian. Laki-laki itu akan menghabiskan sisa hidupnya disana sementara Norma hanya akan berkunjung sesekali untuk menemuinya. Gagasan itu sebenarnya terasa berat untuk mereka, tapi Norma harus kembali pada anak-anaknya. Semua itu adalah ide Lily dan Arthur. Awalnya Norma menolak sampai Richard meyakinkannya kalau ia akan baik-baik saja.

Norma tidak tahu apa yang merasukinya sampai ia menyetujui usulan itu. Pada awalnya perjalanan itu terdengar sederhana saja: pergi mengantar Richard ke kota cinta, tempat dimana panti jompo itu berada, kemudian kembali ke kota pada hari berikutnya. Tapi entah mengapa, pagi itu ia merasa berat untuk meninggalkan Richard sendirian. Ketika seharusnya Norma mengucapkan salam perpisahan pada Richard, pikirannya justru berkelana membayangkan kehidupan yang akan dijalaninya di kota tanpa laki-laki itu.

"Kenapa kita melakukan ini? Anak-anak itu.. aku bahkan tidak yakin mereka menginginkanku ada di rumah mereka."

"Itu bukan hanya rumah mereka, itu rumahmu juga. Mereka anak-anakmu, Norma, bagaimana kau bisa berpikir mereka tidak menginginkanmu berada disana?"

"Tapi bagaimana jika aku benar?"

"Apa maksudmu?"

"Aku pernah mendengar percakapan Arthur dengan istrinya.. Athur baik-baik saja, tapi istrinya.. Rosaline, kurasa dia tidak suka aku tinggal bersama mereka."

Train to The City of Love (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang