Perjalanan menuju 'The City of Love', 1958
Kereta bergerak cepat, para penumpang telah kembali menempati kursi mereka. Richard dan Norma sedang menyantap makanan begitu seorang pelayan datang untuk menawarkan minuman. Richard memesan kopi, Norma hanya memesan teh, setelahnya mereka lanjut menyantap makanan dengan lahap. Di seberang, pasangan muda sedang tertawa cekikikan. Kelihatannya mereka sedang menertawakan Richard, untuk alasan yang sama Norma merasa kesal. Kedua matanya menyipit ke arah dua pemuda itu hingga pelan-pelan suara tawa mereka akhirnya pudar. Dua pemuda itu cepat-cepat mengalihkan perhatiannya, tampak resah kalau Norma sampai menghampiri bangku mereka dan menyemburkan kalimat cacian.
"Tidak sopan," gerutu Norma sembari merengut masam. "Pemuda zaman sekarang benar-benar tidak sopan."
Di seberang meja Richard tersenyum memandanginya. Norma merasa bahwa Richard menganggapnya sebagai hiburan. Bukannya marah, laki-laki itu tampak menikmati suasana.
"Apa?" tuding Norma dengan kesal. "Kau mau menghinaku juga sekarang?"
"Tidak ada yang menghinamu sampai kau merasa begitu."
Norma mengerling sembari menggelengkan kebanyakan dan berkata, "aku tidak tahu kenapa mereka tertawa. Apa yang begitu lucu?"
"Mereka bahagia. Remaja sangat mudah dibuat tertawa. Aku jadi ingat Lily ketika masih remaja. Dia sulit sekali diatur. Tidak seperti Arthur, dia lebih sepertimu. Sedangkan Lily.." Richard menatap kosong ke depan selagi bernostalgia. Sudut bibirnya kemudian terangkat dan ia tersenyum kecil. "Hmm.. Jiwanya begitu mendambakan kebebasan dan karena itu juga dia membuatmu begitu kesal. Baru-baru ini aku berpikir kalau kami sangat mirip dalam hal itu."
"Ya, benar. Tapi itu juga karena kau terlalu membebaskannya."
"Aku hanya ingin dia mendapat pengalaman yang cukup untuk dirinya sendiri. Orang-orang seperti Lily, mereka tidak akan berhenti sampai mereka mencobanya. Aku tahu itu lebih baik daripada kau."
"Kau selalu bilang begitu: bahwa kau tahu sifat Lily lebih baik dariku. Aku ibunya, seharusnya aku lebih tahu apa yang terbaik untuknya."
"Yang terbaik untuknya, bukan sesuatu yang diinginkannya," Richard menegaskan.
"Apa? Kau tidak suka? Kau lebih suka membiarkan mereka menentukan pilihan mereka sendiri?"
"Aku tidak bilang begitu tetapi kadang-kadang kau terlalu mengekang mereka."
"Aku?"
"Aku tidak bermaksud membuatmu merasa buruk.."
"Aku sudah merasa buruk sekarang, Richard!" sela Norma dengan ketus. Richard kemudian tertegun. Tangannya yang keriput diletakkan di atas punggung tangan Norma kemudian perlahan-lahan laki-laki itu mengusapnya.
"Kau melakukan yang terbaik bagaimanapun juga. Aku tidak bisa membayangkan akan seperti apa Arthur dan Lily jika kau tidak ada disana."
Norma tidak tersanjung begitu saja. Ia telah mengenal Richard begitu lama untuk tahu kalau laki-laki itu hendak menyampaikan maksud lain dari ucapannya.
"Apa yang coba kau katakan Richard? Katakan saja!"
Reaksi Richard mengejutkan Norma. Bukannya tersinggung, Richard justru tertawa. Kedua bahunya berguncang dan laki-laki itu menunduk sembari menutupi sebagian wajahnya.
"Arthur benar.." ucap Richard. "Kau tidak berubah. Bicaramu masih ketus seperti dulu."
"Menurutmu itu lucu?"
"Tidak, menurutku kau perlu santai sedikit."
"Sekarang dengarkan aku!" Norma menegakkan punggungnya di atas kursi, sejenak menatap ke piring dan gelas teh nya yang masih terisi penuh kemudian sadar kalau ia belum menyentuh makanannya sedikitpun. "Aku tidak datang jauh-jauh ke tempat ini untuk mendengar keluhanmu."
![](https://img.wattpad.com/cover/331288952-288-k36007.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Train to The City of Love (COMPLETE)
RomanceTiga pasangan kekasih menaiki kereta yang bergerak menuju kota cinta dalam tiga waktu yang berbeda, menemukan kisah mereka bermula dan berakhir dalam perjalanan yang sama. _ Mary dan John, dua pemuda asing yang dipertemukan secara tidak sengaja, me...