Bab 35

2 0 0
                                    

Perjalanan menuju 'The City of Love', 1958

"Kau ingat musik itu, Norma?" tanya Richard yang sedang menatap lurus ke jalanan tempat dimana seorang gadis muda sedang memainkan biolanya dengan piawai dan melantunkan musik lama yang terdengar familier.

Kota terlihat cukup sibuk pagi itu. Jalanan di sekeliling mereka dipadati oleh orang-orang yang berkeliaran. Sementara itu, setelah berjalan keluar dari pintu stasiun, mereka memutuskan untuk duduk di lingkaran pancuran air yang letaknya di tengah-tengah kota. Tidak ada kendaraan yang berlalu lalang disana, namun ketika sampai mereka sudah disambut oleh suara musik yang menggema di setiap sudut jalanan. Rangkaian bunga dan lampu-lampu kecil menggantung menghiasi jalan. Bangunan-bangunan tuanya masih sama seperti yang diingat Norma kali terakhir ia berada disana. Ada sebuah jembatan panjang yang dikatakan orang sebagai jembatan bersejarah yang dibangun oleh pasangan kekasih Lilian dan Hades yang juga tewas dan dimakamkan di kota itu. Sebuah patung batu yang merupakan simbol dari kota itu juga masih berdiri di pusat kota.

Restoran terbaiknya masih ada, menunya masih sama kecuali karena bangunannya telah direnovasi menjadi lebih besar. Sedangkan pancuran air, tempat dimana mereka memutuskan untuk duduk menunggu seseorang menjemput mereka adalah tempat Norma pernah menyelamatkan seorang anak laki-laki yang terluka. Saat itu usianya masih dua puluh tahunan ketika Norma datang mengunjungi kota itu untuk bertugas disana sebagai seorang perawat. Norma tidak menetap cukup lama, namun ia bertemu banyak temannya di tempat itu.

Suatu hari ketika Norma sedang melewati jalan itu, ia melihat seorang anak laki-laki secara tidak sengaja menjadi sasaran tembak dari seorang laki-laki yang dengan cepat langsung melarikan diri. Orang-orang mulai panik. Mereka mengelilingi anak laki-laki itu sembari meneriakkan bantuan. Norma yang tidak sengaja ikut menyaksikannya langsung berlari menerobos kerumunan untuk melakukan pertolongan pertama dengan berusaha menghentikan pendarahannya. Sampai anak laki-laki itu akhirnya dibawa ke rumah sakit dan menerima beberapa jahitan. Sayangnya setelah dua hari berada di rumah sakit dalam keadaan koma, nyawa anak laki-laki laki-laki itupun tidak terselamatkan. Norma yang menemani anak laki-laki itu selama dua hari berada di rumah sakit merasa sesuatu menohok ulu hatinya begitu mendengar kabar kematian itu.

Anak laki-laki itu tidak diketahui namanya, tidak memiliki keluarga, dan tampilannya lusuh seperti anak jalanan yang tidak memiliki apa-apa. Tidak pernah ada seseorang yang datang untuk mengakuinya sebagai keluarga. Kematiannya bukan sebuah berita besar untuk siapapun. Namun, tidak bagi Norma. Anak laki-laki itu merupakan pasien pertama yang ditolongnya. Untuk satu alasan tertentu, Norma merasa bahwa keselamatan anak laki-laki itu merupakan tanggungjawabnya. Sayangnya, sang anak laki-laki tidak bisa bertahan lebih lama untuk mengenal atau berbicara dengannya. Akhirnya Norma menguburkan jasad anak laki-laki itu dan memutuskan untuk menamai nisannya dengan satu-satunya nama yang terlintas dalam kepalanya saat itu: Arthur. Richard belum pernah mendengar cerita itu, tapi Norma berjanji akan menceritakannya begitu ia membawa Richard ke kota cinta – tepat dimana jasad Arthur dimakamkan.

"Ya, tentu saja aku ingat," sahut Norma setelah lamunannya buyar.

Richard mengangguk pelan kemudian tersenyum selagi menikmati irama musik itu. "Aku ingat bagaimana tampilanmu malam itu. Kau mengenakan pakaian serba hitam yang mana itu sangat aneh untuk dipakai pada pesta, tapi kau sangat cantik malam itu, aku tidak bisa melupakannya. Kita berdansa dengan irama ini dan langkahmu ragu-ragu sekali.."

"Aku tahu bagian itu, Richard. Kau tidak perlu mengingatkannya. Aku bukan penari yang baik."

Richard tertawa. Kedua bahunya berguncang.

"Ya, tapi aku menghargai usahamu untuk mencoba."

"Terima kasih."

"Jangan marah, aku tidak bermaksud menyinggungmu."

Train to The City of Love (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang