TO NIHGT - 27

1K 87 12
                                    

"Jen..?" Suara parau dari wanita yang berbaring di atas tempat tidur menggema. Sudah lebih dari tiga kali wanita itu memanggil wanita lain. Sedikit kesal, dia bangun dari baringnya. Wajahnya yang sembab karena tidur yang melelahkan, rambut panjang yang acak-acakan. Sembari berjalan keluar dari kamar menuju ruang tv matanya memantau keadaan sekitar, tidak ada tanda-tanda keberadaan orang lain di rumah itu.

Sampai pada matanya melihat sebuah kertas kecil berwarna kuning yang tertempel di dinding kulkas.

"Hai my baby. Maaf aku harus pergi ke kantor untuk urusan mendesak. Aku pastikan akan kembali sebelum makan malam. Dan maaf untuk tidak membangunkanmu, aku tahu tamu lelah karena bekerja. Seperti biasa, aku menyiapkan sarapan untukmu.
Sampai ketemu nanti malam.

-Kim Jennie Ruby Jane."

Lisa tersenyum setelah melihat catatan kecil dari wanita yang ia cari. Sudah hampir satu minggu mereka tinggal bersama dan menikmati waktu yang mereka punya. Pergi bekerja ke kantor masing-masing dan pulang bersama, tentu saja Lisa menjemput Jennie atau sebaliknya. Tidak ada rasa kecewa pada Lisa, ia sepenuhnya memberi kepercayaan pada Jennie. Jadi selama mereka bersama, hidup mereka lebih bermakna, bercerita tentang kerjaan sambil makan malam, atau bercerita hal-hal random yang bisa mereka ceritakan sambil menikmati suasana.

"Hai, kenapa kau tidak membangunkanku saja dari pada meninggalkan catatan?" Tanya Lisa dengan suara manja yang sengaja ia buat saat seorang wanita mengangkat teleponenya.

"Maaf, kau sangat menikmati tidurmu."

"Apa kau akan pulang telat?" Tanya Lisa menyandarkan tubuhnya di meja pentri.

"Sepertinya. Aku ada janji ketemu dengan teman Ayahku."

"Sepertinya aku juga."

"Apa ada rapat mendesak?"

"Tidak, ini hanya...Rose mengajakku untuk ke club malam ini."

"Pastikan kau tidak terlalu banyak minum."

Begitulah aktifitas yang sering mereka lakukan pada akhir-kahir ini, saling menjaga. Lisa mungkin bukan seseorang yang bisa tinggal dengan orang lain, melihat dia hidup sendiri sejak masuk Sekolah menengah membuatnya menjadi wanita yang mandiri. Tapi bersama Jennie dia merasa mendapatkan sosok yang sangat dia butuhkan.

Lisa berjalan memasuki Rumah Sakit terbesar di Seoul, menuju kantor di mana Rose berada. Sambil membawa dua cup coffe panas dia memasuki ruangan setelah pintu itu terbuka. Dia tahu temannya butuh sebuah energi untuk memulihkan stress tingkat tinggi yang sedang temannya itu hadapi.

"Bagaimana dengan kasusmu?"

"Sangat sulit. Mereka menuntut terlalu berlebihan, aku bahkan hampir kehilangan kendali." Ucap Rose setelah meneguk coffe yang baru saja ia terima. "Tidak bisa dengan cara biasa. Mereka bukan orang yang terlihat membutuhkan uang. Kau tahu...mereka cukup banyak uang."

"Kau ingin aku membantumu?"

"Tidak, terima kasih. Alice ingin aku menyelesaikan ini sendiri."

"Aku yakin kau bisa. Let's go...kita butuh cari udara segar." Lisa menarik temannya dengan paksa, sambil menunjukan senyuman lebar yang akhir-akhir ini Rose sering melihatnya.

"Kalian masih tinggal bersama?"

"Tentu saja."

"Itu sangat jelas bagaimana senyuman bodoh itu terus terukir."

"Yah!!" Pekik Lisa menarik leher Rose dengan lengannya.

Lisa berjalan memasuki club bersama dengan Rose, "Setelah ini aku yakin Alice akan membuangmu ke panti asuhan."  sambil tertawa saling melempar ejekan, Lisa memukul bokong Rose cukup keras sehingga yang satunya memukul kembali.

"Semua karenamu." Ucapnya memberi ejeken yang kekanak-kanakan. "Private Room atau bar?"

"Bar. Aku ingin mengunjungin Seulgi." Lisa menyapa wanita yang baru saja dia bicarakan. Sambil memesan satu gelas matanya bermain kesetiap sudut ruangan club yang sudah tidak asaing lagi baginya. Mendengar musik keras dan lampu adalah hal yang dulu sangat ia senangin, tapi setelah kepulangannya dari Inggris hal itu tidak lagi menarik untuknya.

"Seseorang mencarimu." Seulgi memainkan matanya memberi tanda bahwa seorang wanita berjalan kearah mereka.

"Wanita baru atau mainan?" Rose memberi tatapan tajam penuh arti.

"Aku bahkan tidak mengenalnya."

"Hai. Lalisa Manoban? Tanya wanita berambut pirang. "Aku sangat menantimu."

"Ya, apa kita saling mengenal?" Lisa mengerutkan alisnya sambil melirik Rose yang juga bingung.

"Tidak, ini pertama kalinya. Tiffany." Wanita itu memperkenalkan diri dengan ramah, yang disambut Lisa dengan baik. "Aku mengetahuimu dari beberapa media korea dan luar negri. Dan sangat bangga rasanya bisa mengenalkan diri."

"Oh terima kasih. Sangat tesentu." Lisa tersenyum sambil meneguk minumannya. Sedangkan wanita yang baru saja mengajak kenalan tanpa terlihat begitu sedikit aneh, mata Rose terus memperhatikan setiap gerak gerik wanita tersebut. Tak ingin mengambik pusing dengan si wanita baru itu Rose pergi untuk menemui temannya  yang berada di stand musik.

"Apa kau masih menjadi seorang pengecara?" Tanya Tiffany sambil sedikit memiringkan wajahnya ke arah Lisa.

"Tentu saja, mengurus perusahaan tidak begitu sulit. Jadi aku pikir menjadi pengecara adalah pekerjaan utama." Ucap Lisa sambil memperhatikan sebuah tato yang ada di pergelangan tangan wanita tersebut.

Tiffany mengangguk paham dengan yang dimaksud oleh Lisa, namun hanya karena dia ingin lebih lama mengobrol dia bertanya lagi. "Aku mendengar kau berkencan dengan Kim Jennie?"

"Wow, kau mencari tahu tentangku terlalu jauh." Lisa mulai bosan dengan wanita di sampingnya, semakin ke sini rasanya wanita itu menggali lebih dalam soal dirinya.

"Jangan tersinggu...beberapa kali aku melihatmu dengannya di sini." Tiffany mengangkat bahunya, memasang senyuman yang mengartikan bahwa dia sering ke club. "Aku pikir itu benar." Lanjutnya saat melihat wanita yang mereka ceritakan berjalan ke arah mereka. "Sampai jumpa Lisa. Ku harap kita bisa bertemu lagi." Tiffany memajukan badannya untuk memberi kecupan ringan di pipi Lisa, yang tentu saja itu membuat Lisa mengerutkan kedua alisnya.

"Hei, siapa dia?" Jennie duduk menggatinkan tempat dimana Tiffany duduk, menghadap Lisa dan memasang wajah bertanya yang serius.

"Aku juga baru mengenalnya."

"Baru mengenal tapi sudah berani menciummu?"

"Hanya kecupan ringan." Lisa meneguk habis minumannya. "Mau turun?" Tanya Lisa setelah memberi kecupan manis di pipi Jennie.

"Dimana Rose?"

"Dia sedang mengatur lagu untuk bernyanyi." Lisa menarik tangan Jennie untuk turun ke lantai diskotik, menarik pinggul wanita itu dan menggiringnya menari.

Tidak ada yang spesial hari ini untuk Lisa kecuali kehadiran Jennie. Meski ada banyak masalah yang dia hadapin terkait perusahaan dan perebutan Jennie dari Kai, Lisa masih bisa dengan tenang menjalani hari-harinya. Mengatur banyak rencana untuk menghadapi Tuan Kim dan Ayahnya sendiri.

Membantu Rose dalam menyelesaikan Masalah Rumah Sakitnya juga salah satu yang sedang ia lakukan, meskipun Rose juga lulus dari Universitas terbaik tapi tidak menutup kemungkinan bagi mereka berdua untuk saling memberi bantuan dan informasi.

Berat bagi Lisa, Jennie dan Rose ketika bekerja sebagai alih waris meneruskan perusahaan orangtua mereka dan menjalani pekerjaan di passion mereka. Dua pekerjaan yang terkadang membuat mereka lelah dan rasanya ingin berhenti.

Lisa memeluk erat pinggang Jennie sambil menari melangkahkan kaki mengikuti iringan musik yang dipadukan dengan suara indah Rose. Sambil memejamkan mata mereka menikmati waktu yang mereka miliki untuk diri sendiri.

Namun, ada sepasang mata yang terus mengintai pergerakan mereka dari jauh. Wanita dengan satu gelas beer sambil tersenyum terus tanpa henti melihat dua orang yang sedang asik menari dengan iringan musik yang merdu.

******

Ini Part membosankan, maaf.

Banyak kerjaan. 🙂

TO NIGHT [ JENLISA ] COMPLETETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang