TO NIGHT - 24

911 115 9
                                    

Seorang wanita dengan dress mini berwarna merah berdiri di depan pintu sebuah rumah. Mata dan kakinya sangat gusar menunggu seseorang. Tangannya bahkan nyaris gemetar saat jari-jari indahnya bermain di layar handphone miliknya. Sesekali ia mengumpat ketika nomor yang ia panggil tidak ada jawaban.

Wanita itu frustasi, ia menyugar rambutnya yang bergelombang ke belakang. Matanya yang indah dan tajam seperti kucing menyorotkan kekesalan yang dalam.

Jennie lagi-lagi mengumpat, ia menendang sedikit lebih keras sebuah pot kecil yang berisi bunga yang baru saja tumbuh. Sedikit menyesal bagaimana akhirnya pot itu berantakan.

"Please, Lisa. Jawab teleponmu."

Pada dasarnya Jennie adalah wanita yang memiliki ambisi kuat, seorang wanita yang terbiasa berada pada keinginannya sendiri. Dia bukan seorang wanita yang keras kepala, hanya seseorang yang tahu bagaimana dia harus bertindak pada situasi yang dia harus paham seperti apa keadaan saat itu. Berbeda dengan Lisa yang masih memiliki pemikiran sedikit egois pada keinginannya. Jennie bisa dikatakan sebagai wanita dewasa yang paham akan masa depannya.

Saat Jennie berjalan keluar dari pintu rumah Lisa dengan keadaanya frustasi saat itu juga ia melihat sosok wanita yang menghilang dalam beberapa hari ini. Wanita yang hampir tidak bisa ia temui bahkan di kantornya.

Lisa memutuskan untuk tidak ingin bertemu dengan Jennie setelah kejadia dia dengan Kai. "Apa yang kau lakukan di sini?" Ucap Lisa dengan suara mendesah. Aroma alkohol yang memabukan, ia jelas menghabiskan hari-harinya dengan minum-minum.

"Aku hanya tahu alamat rumahmu. Dan selama 5 hari yang kulakukan hanya menunggumu di sini berharap kau pulang." Ucap Jennie dengan putus asa, bahkan suaranya nyaris hilang karena tenggorokan nya yang kering. Semenjak Lisa memutuskan untuk berdiam diri dan mejauh dari Jennie, yang bisa dilakukan wanita itu hanya menunggu di depan rumah Lisa dan bahkan dia sesekali mengunjungi kantor wanita itu. Namun Lisa tidak pernah pergi kerja. Sikap Lisa membuat Jennie nyaris menyerah.

"Kenapa kau menunggu? sudah aku katakan, aku tidak ingin bertemu denganmu."

"Kenapa? apa karena aku memilih Kai malam itu?"

"Kau tidak tahu bagaimana perasaan ku saat itu." Lisa menyingkirkan Jennie dari hadapannya, ia berjalan menuju rumah, membuka pintu dan menutup. Tapi Jennie dengan cepat menghalangi pintu itu dengan kakinya, dia tidak ingin lagi menunggu Lisa berhari-hari. Ini adalah kesempatannya untuk bertatap muka dan berbicara.

"Pahami situasi ku, Lisa. Aku tidak bermaksud memilih Kai. Kau tahu bagaimana situasi malam itu, banyak mata yang menyaksikan. Please, izinkan aku masuk dulu. Kakiku sakit," Lirih wanita itu dengan mata kucingnya yang sendu.

Lisa membuka pintunya lebih lebar setelah menatap mata Jennie yang nyaris memohon. Meski kepalanya sakit luar biasa karena efek alkohol tapi wanita itu masih bisa mengontrol dirinya dengan baik, sejauh ini.

Wanita yang lebih tua mengikuti langkah Lisa menuju pentri, ia meneguk habis air dingin yang baru saja ia ambil dari kulkas. "Katakan!" Wanita itu membentak, melempar botol mineral kesembarang tempat membuat Jennie terkejut. Jennie tahu tidak baik berbicara dengan wanita itu dalam keadaan tidak normal.

"Lisa!" Jennie meninggikan suaranya. Dia memahami bagaimana rasa kecewa Lisa padanya. Tapi untuk itulah Jennie berada di hadapan Lisa sekarang. Ia ingin menjelaskan pemahamanya sekarang. Tidak seburuk yang Lisa pikirkan, semua masih bisa Jennie hendle. Lisa hanya cukup menunggu sedikit lebih lama.

"Kau tahu bagaimana sulitnya bagiku untuk mentang Ayahku sendiri? Kau sendiri yang bilang bahwa ayahku gila kekuasaan, gila kekayaan. Dan yah! Kau benar, dan aku setuju untuk itu. Kau tidak akan pernah paham bagaimana jadi seorang anak yang kisah cintanya bahkan diatur oleh orangtuanya sendiri. Kau tahu bagaimana rasa kecewaku pada diriku sendiri ketika meninggalkanmu 3 tahun lalu dan memilih mengumumkan pertunanganku dengan Kai?" Jennie masih mempertahannya volume suaranya. Dia bergetar menghadap Lisa yang menatapnya dengan keras.

"Kau tidak akan pernah tahu bagaimana rasanya mengikuti aturan Ayahku. Memaksa diri untuk bersama orang yang tidak kita cintai. Tidak- kau tidak akan pernah mengerti. Yang kau tahu hanya menyalahkanku tampa mendengar sedikitpun penjelasanku. Lisa, aku bahkan berjuang untuk kebebasanku. Aku berjuang untuk kita, tidakkah kau bisa memahaminya? Jika hanya karena aku memilih Kai malam itu, bukan berarti aku meninggalkanmu. Aku hanya tidak ingin membuatmu berada dalam berita kencanku. Kai, dia laki-laki yang punya ambisi besar untuk menjatuhkanmu."

"Demi Tuhan Lisa!" Jennie melangkah lebih dekat dengan Wanita yang memegang dengan kerasa sudut meja pentrinya. "Kau pikir aku tidak tahu tentang Kai dan perempuan-perempuannya? Kau pikir aku wanita bodoh yang tidak tahu apa-apa soal dia! Aku bertahan dengannya bukan karena aku tidak mencintaimu, aku hanya menunggu waktu yang tepat untuk membuangnya. Kau dan aku, bahkan jika seluruh sahammu digabungkan tidak akan cukup menutupi saham miliknya. Maka berpikirlah sedikit dewasa Lisa ! Berpikirlah sedikit dewasa."

"Shit! Kau benar-benar membuatku gila!" Jennie menghempaskan tangannya keudara, seakan-akan ia jengah dengan sikap Lisa yang tidak pernah berubah. "Terserah padamu selanjutnya. Aku hanya tidak ingin kau berpikir aku meninggalkanmu lagi." Wanita itu pergi meninggalkan Lisa dengan wajah bingung.

Suara hening seketika, hanya ada suara angin yang masuk melalui jendela besar yang menghadap teman mini milik Lisa. Suara langkah Jennie yang pergi, hanya ada Lisa yang mematung memandang punggu Jennie yang menghilang dibalik pintu.

Jennie pergi, ia berdiri di balik pintu. Dadanya naik turun mengatur nafasnya yang tersekar, tapi ia tidak mampu menahan air matanya lagi. Ia menangis dengan sengguhan, suaranya terputus karena menahan agar tidak seorangpun melihatnya.

Dia tidak benar-benar ingin meninggalkan Lisa. Wanita itu hanya ingin Lisa sedikit memahaminya, sedikit mengerti tentangnya. Bagaimana bisa Lisa memandangnya serendah itu, Jennie sama besarnya memiliki rasa pada Lisa. Hanya saja Jennie tidak segamblang Lisa menunjukan rasa cintanya.

"Aku bahkan menyukaimu sejak pertama kali kita bertemu." Lirih Jennie dalam bisikan yang bercampur dengan tangisan.

Jennie menghapus semua air matanya, mengatur dadanya yang turun naik. Tersekat, rasa sakit di tenggorakan membuatnya ingin terus menangis. Meski langit semakin gelap, angin semakin dingin dan bulan tak seterang sebelumnya. Jennie tetap harus pulang atau dia bisa terus bertengkar dengan Lisa yang masih berbau Alkohol.

Langkahnya semakin jauh menunju mobilnya. Tetesan hujan turun membasahi bumi, langkah kaki Jennie berhenti saat seseorang menarik tangannya. "Jennie...jangan tinggalkan aku."



***



Sexy Note : Semakin banyak yang koment, semakin sering up.

Bye !







TO NIGHT [ JENLISA ] COMPLETETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang