Giving Birth (4)

18 4 0
                                    

Deg!

Jantung Ave dan Laxus sesaat seperti berhenti berdetak sesaat setelah tangan keduanya di remas erat, dan semakin menjadi saat mereka melihat Mikha tiba-tiba mengerang kesakitan.

Dengan sigap, Ave langsung menekan tombol di dekat meja, yang memang dikhususkan untuk keadaan darurat pada pasien, ia menggenggam tangan Mikha dengan erat berusaha menenangkan sang kakak angkat.

"Mikha—"

Laxus? Bahkan saat Ave menekan tombol darurat, ia sudah melesat keluar mencari suster atau dokter karena panik. Ini hanya refleksnya mengingat dahulu saat sang istri melahirkan, ia harus benar-benar sigap. 

"Bertahanlah, Mikhail! Kami ada disini!"

Laxus yang mendengar itu langsung berlari keluar ruangan. Sementara Mikha sendiri hanya berusaha menahan sakit yang tiba-tiba muncul.

Memang ia sudah diperkirakan hari ini atau besok, tapi tidak disangka ini benar-benar terjadi saat itu juga.

Ia sempat mengingat apa yang ia baca beberapa waktu lalu, mengatur pernapasan untuk meringankan rasa sakit.

Meski ia sebenarnya tidak benar-benar butuh bernapas. Cengkraman tangan semakin menguat, ia berpikir bahwa dalam hidupnya, ini adalah rasa sakit yang paling sulit ia tangani.

Jangankan untuk menyahut, mengucap apapun saja ia tidak sanggup.

Tidak lama, beberapa suster dan seorang dokter masuk. Membawa beberapa peralatan bersalin.

Sang dokter menyarankan agar Laxus atau Ave untuk menunggu diluar, takutnya kedua pria itu malah pingsan di dalam.

Ia tidak salah, mengingat beberapa kali keluarga pasien malah pingsan saat melihat proses persalinan.

Tanpa disadari, tanda kontrak mereka berkedip pelan. Memberi sengatan ringan pada pemiliknya.

Tanda bahwa Mikhail sebenarnya sedang dalam bahaya. Setidaknya itu yang bisa diartikan oleh tandanya.

Bzzzt!

"Ack—!"

Walau tak terlihat begitu jelas, Ave ikut meringis sakit. Ia pun menggenggam erat tangan Mikhail, seakan-akan berusaha menguatkannya dan memberitahu bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Di sisi lain, ia merasa ada sengatan di lehernya, yang kemungkinan besar berasal dari simbol kontrak mereka. Ave tak akan heran karena ia tahu kondisi Mikhail sekarang.

"Bertahanlah, Mikhail! Tetap kuat, aku dan Tuan Laxus ada disini!"

"Nak... Kamu bisa..." Guman Laxus sembari mengepalkan tangannya yang mulai berkeringat dingin.

Meski sedikit lucu, tapi Laxus disitu tengah berdoa pada Tuhan untuk menyelamatkan anak dan cucunya. Ia tidak ingin kehilangan salah satu dari mereka.

Ave sebenarnya menolak untuk keluar dari ruangan itu, ia yakin dirinya akan baik-baik saja, ia bisa mengatur kengeriannya itu. Daripada itu, ia lebih khawatir dengan kondisi Mikhail, apa ia akan baik-baik saja?

Ave tidak pernah melihat Mikha kesakitan ini sebelumnya. Bahkan saat ia di tusuk oleh pedang, ia tidak kewalahan seperti ini.

'Apakah tak ada cara untuk mentransfer rasa sakitnya!? Tidak, tidak. Itu ide bodoh. Tapi—!'

Kedua iris onyx nya itu melihat ke arah wajah Mikha. Sungguh, ia tak tega, apalagi ini pertama kalinya Ave melihat seorang ibu melahirkan, langsung di depan matanya.

-
-
-

Jauh di tempat lain, pulau lain, bahkan benua lain—Ava yang tengah berjalan diantara reruntuhan kota yang telah mati tiba-tiba menghentikan langkahnya. Tangan kanannya itu memegang lehernya sendiri, merasakan sesuatu yang menyakitkan disana.

Happy FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang