Sejujurnya, aku tidak tahu kenapa semua ini bisa terjadi. Awalnya aku hanya bertemu dengannya saat kupikir lebih baik aku tidak tinggal di tempat itu.
Tempat dimana ayahku, Kronus dan kekasihnya Neo berada.
Aku sejak dulu selalu merasakan tembok diantara kami. Aku, iblis. Tidak memiliki gender, tidak memahami perasaan manusia dan aku tidak tahu apa yang harus ku lakukan.
"Mikhail! Kau mau kemana?!" Teriakan ayahku terdengar sangat jelas, namun aku tidak berniat untuk menoleh.
Tidak, aku... Tidak pernah punya tempat.
-
Aku bertemu dengan gadis itu saat menjelajahi Athema Ruin. Ia terkurung di dalam sebuah bongkahan sihir yang mungkin sudah berusia ribuan tahun.
Saat aku mengeluarkannya, ia mulai memanggilku master.
Tidak apa, lagipula ditemani seseorang dalam perjalanan sangat menyenangkan bagiku. Sedikit demi sedikit, aku mengajarinya tentang sihir.
Ya, aku seorang penyihir. Tubuhku tidak benar-benar solid, karena nyatanya sebagian besar tubuhku adalah mana yang tidak berwujud.
Tapi, aku yang tidak mengerti perasaan manusia lagi-lagi terjerumus dalam ketidaktahuan. Gadis itu semakin lama semakin dewasa, sementara aku tetap seperti ini.
Perlakuannya semakin lama semakin menggangguku, dan mungkin tanpa sadar aku menarik jarak darinya. Dengan naifnya, aku percaya bahwa dia tidak akan berkhianat dariku, setelah aku menjauhinya.
Tapi, aku salah.
"Maaf, master... Aku tidak bisa bersamamu lagi."
Aku memulai perjalananku lagi seorang diri. Ia mungkin sekarang sudah menikah dan memiliki anak yang manis.
Maaf, aku tidak bisa mengingat namamu. Tapi, terima kasih atas kenangannya.
Ya, ini salahku lagipula.
-
Aku berhasil menemukan rumah yang ditinggali oleh keluargaku sebelum mereka dibunuh. Ayah dan ibuku mengasuhku disini, di rumah yang penuh dengan kekuatan sihir.
Tapi, aku tidak ingat apapun.
Sejujurnya, aku hanya ingin tinggal sendiri disana, tapi... Aku malah bertemu dengannya.
"Siapa kau? Pergi!" Suara baritone itu masih teringat jelas di telingaku. Suara kurang ajar yang memerintahkan ku untuk keluar dari sana.
Dari kediamanku.
Ia seorang pemanah, dan aku seorang penyihir. Hasilnya sudah jelas.
Ia berlutut dengan tubuh berlumuran darah siang itu. Tapi, aku tidak berniat untuk membunuhnya.
Pakaiannya yang lusuh, dan wajahnya yang kusut. Menyedihkan. Sekali lagi, aku iba pada seseorang yang kutemui, tanpa ragu.
Aku mengulurkan tanganku dan menawarkannya bantuan. Seorang dhampir yang malang tengah diincar oleh kota.
Kau harus kuat, adalah hal yang kupikirkan.
Aku memberinya kekuatan, lagipula aku adalah seorang iblis dan ia adalah makhluk kegelapan. Aku bisa memberi apa yang ia mau, namun aku tidak mengatakannya. Aku hanya ingin tahu bagaimana jika seseorang yang sebelumnya lemah diberi kekuatan.
Dan ia menemaniku lagi.
Sekali lagi, aku jatuh di dalam lubang yang sama.
Aku terlalu posesif pada apa yang aku miliki, dan aku merasa orang yang kutemukan seratus tahun lalu adalah milikku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happy Family
VampireNamanya Evan Gavrel Angelo, seorang vampir yang teridentifikasi sebagai vampir berdarah murni dengan kemurnian darah lebih dari delapan puluh persen-yang dimana, statusnya lebih tinggi dari vampir lain-. Lahir sebagai anak tunggal dari satu-satunya...