Mendengar ucapan yang absurd, Evan otomatis mendelik. Melirik Ava dengan tatapan 'Aku dan orang ini? Akrab.'. lalu membuang muka.
Evan membenahi piring kotor dan gelas yang sudah kosong. Membawanya ke dapur, ia mencuci bekas makananya sendiri sembari menghela napas.
Terkadang heran bagaimana bisa sang paman berakhir di kesimpulan seperti itu.
Iris Evan melirik ke arah jam dinding, pukul 8 pagi, ia tinggal mengganti pakaiannya lalu pergi. Namun sebelum itu, ia harus menghubungi ibunya dulu.
Setelah selesai mencuci piring, Evan langsung mengelap tangannya, dan berjalan ke arah kamar untuk mengambil ponselnya.
"Aku mau menelepon mama dulu." Pamitnya
Dan kini hanya tersisa Ave di meja makan itu. Sedaritadi, ia belum melanjutkan sarapannya itu. Ia justru terdiam memandangi beberapa helai rambut kakaknya tadi, lalu diam-diam menyimpannya lagi di dalam kotak kecil yang sudah berada di sakunya sejak tadi.
"Jangan lupa sampaikan salamku padanya, Evan~"
Ave mengatakannya dengan santai, senyuman memang masih terlukis di wajahnya, namun tatapan yang menyipit itu menggambarkan suasana hatinya yang sebenarnya saat ini.
'.... Selanjutnya-'
Ave pun melanjutkan sarapannya dengan antusias, 'Makan dulu~ Hehe! Nanti ku lanjutkan lagi. Aku hanya perlu step one step two and boom!'
Evan menghela napas lelah, ia mengambil ponselnya lalu menyambungkan telepon ke ponsel milik ibunya. Dan benar saja, tidak perlu waktu lama, telepon di angkat.
Suara wanita terdengar menyambut dengan nada ceria,
"Evan? Bagaimana tidurmu? Kau sudah sarapan?" Lalu di banjiri pertanyaan khasnya.
Evan hanya bisa tersenyum tipis, berjalan ke arah sofa dan duduk disana. Mendengarkan sang bunda berbicara sesekali bertanya. Pemuda itu hanya menjawab dengan tenang.
Ibunya sangat mudah khawatir.
"Paman Adryon menitip salam untuk mama"
Terdengar suara kekehan ringan dari sebrang telepon, "Sampaikan salam balik untuk pamanmu, lalu katakan padanya untuk mengembalikan Tupperware mama."
"Paman! Kata mama salam balik! Lalu, Tupperware mama minta dibawakan nanti" Ucap Evan agak keras, agar bisa didengar sang paman.
Lagi, suara kekehan terdengar dari sebrang telepon, "Jangan berteriak. Kalian mau berangkat kapan?"
"Kami bertiga akan berangkat jam 9."
Mikhail terdiam sejenak, "Bertiga?"
"Iya, dengan kakaknya paman."
Hal yang tidak diperhitungkan oleh Mikhail saat itu adalah, kemungkinan Ava akan pulang lebih awal lalu menginap di rumah Ave. Sebulir keringat dingin mengalir di pelipisnya.
Mendengar suara Mikhail yang tiba-tiba menghilang, membuat Evan khawatir, "Ma? Kau baik-baik saja?"
"Oh ya, tentu. Hati-hati dijalan nanti, ya? Mama mau siap-siap berangkat dulu."
"Iya, mama juga hati-hati."
Sambungan telepon di tutup, Evan menatap ponselnya bingung juga khawatir, apa penyakit ibunya kambuh lagi sampai dia tiba-tiba diam dan aneh begitu?
"Sepertinya mama sakit lagi..." Ia berguman
"Mungkin karena flu musim dingin? Salju semalam juga cukup lebat. Prediksinya, sore nanti juga akan badai."
KAMU SEDANG MEMBACA
Happy Family
VampireNamanya Evan Gavrel Angelo, seorang vampir yang teridentifikasi sebagai vampir berdarah murni dengan kemurnian darah lebih dari delapan puluh persen-yang dimana, statusnya lebih tinggi dari vampir lain-. Lahir sebagai anak tunggal dari satu-satunya...