Hubungan Yang Merenggang (3)

3 1 0
                                    

"Kau menggunakan pakaian seperti itu? Apa perjalananmu kali ini tak sejauh itu? Tumben sekali."

"Setelah urusan ini selesai, aku akan melanjutkannya."

"Hooo... Baiklah, setidaknya pakai jas atau kemeja, Kak!"

"Berisik. Kau sendiri tak pakai kemeja."

"Tapi, aku pakai blazer! Lihatlah dirimu!"

"Aku tak tahu sifat cerewet ibu turun lagi padamu."

"Berhenti protes soal itu dan pakai jas mu, hei!"

Perdebatan kecil itu pun berakhir begitu saja begitu Ava keluar dari kamar Ave dan berjalan menuju garasi. Langkahnya terhenti, pandangannya melihat ke arah Evan yang nampak sedikit lelah.

Disitu, Ava tak bertanya apapun. Tapi, ia paham kondisinya. Dan kondisi yang seperti ini, Ava tak menyukainya sama sekali. Bahkan ia selalu membencinya sejak kehidupan sebelumnya.

"Masuklah ke dalam mobil, bocah."

Ava melangkahkan kedua kakinya menuju pintu garasi.

Lagipula ini bukan pertama kalinya hal seperti ini terjadi. Evan sendiri sudah bisa melindungi diri, sebenarnya tidak perlu perlindungan.

Namun, menghindari perdebatan tidak penting lainnya, Evan memilih untuk menurut dan masuk kedalam mobil.

Ia mendengar kalau memang Illiya belakangan ini sedang ricuh, perihal munculkan kelompok yang menolak pemerintahan saat ini dan berbagai hal tentang penggulingan yang di sebabkan oleh para bangsawan dari ras lain.

Kasarnya mereka tidak ingin dipimpin oleh vampir.

"Dia bawa senjata. Temannya ada di gedung depan rumah paman. Sekitar lima orang berjarak 500 meter dari sini." Ucap Evan sebelum menutup pintu mobil.

Dan benar saja, orang yang berdiri paling dekat langsung mengontak temannya.

"Mereka keluar, kita harus cari kesempatan lain untuk menculik anak itu-" bisik pria berpakaian mencurigakan kearah mic kecil di kerah bajunya.

"Kita tidak akan selamat jika menyerang sekarang!"

Ava masih melangkahkan kedua kakinya menuju pintu garasi yang masih tertutup. Namun, ia sempat melirik ke arah mobil, dimana Evan berada.

Sejujurnya, ia cukup terpukau dengan kemampuan analisis anak itu yang patut dia akui. Analisis itu akurat juga tepat. Ava sendiri pun tahu siapa saja yang ada disana.

'Ras vampir mengalami kemajuan lagi, huh? Bibit unggul mulai bermunculan.'

Sembari menghela napas panjangnya, bahkan ia terlihat santai sekali, Ava membuka pintu garasi itu hanya untuk dirinya sendiri, bukan untuk mobil yang akan dikeluarkan nanti.

Pandangannya langsung mengarah ke arah seorang pria yang nampak sedang berbisik-bisik pada suatu benda di kerah bajunya. Ava yakin, itu targetnya.

Langkah kakinya masih wajar, sampai akhirnya begitu Ava mulai melangkahkan kedua kakinya menuju pria itu, tiba-tiba saja ia lenyap begitu saja.

Pemuda di dalam mobil hanya bisa melirik ke luar. Mengambil rosario yang selalu dibawanya lalu menggenggamnya erat.

"Semoga kalian tenang di alam sana. Amin." Dan berdoa.

Seolah Evan tahu apa yang akan terjadi setelahnya. Meski baru pertama kali bertemu, Evan sudah bisa mengira-ngira orang seperti apa Ava.

Terlebih berani mengintai orang didepan hidungnya.

Yah, kalau Evan sendiri yang melihat itu, ia pasti akan melakukan hal yang sama.

Sosok pria yang berbicara itu langsung berjalan mundur, sedikit berlari masuk kedalam mobil hitam yang sudah terparkir.

Happy FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang