Mikha yang melihat Ave berfanboying ria hanya bisa mengusak surai Ave dengan gemas.
Kehadiran seorang anak kecil di rumah membawa vibe yang baik.
"Baiklah, datang saja. Tapi, jangan memaksakan dirimu saat sedang sibuk. Oh ya, Ava masih belum pulang?" Tanyanya basa-basi
Ava– Scyzhar– adalah kakak kembar Ave, sekitar 8 bulan lalu mengatakan akan pergi berkelana untuk menyelesaikan masalah-masalahnya di masa lalu sekaligus melindungi bangsa vampir yang tersebar diluaran sana. Ini merupakan tugas seorang pemimpin, entah Ave ataupun Mikha hanya bisa mendukung keputusan Ava.
Ave perlahan menyingkirkan kedua tangannya dari wajahnya saat mendengar nama sang kakak di sebut. Ia hanya bisa menghela napas panjang.
"Kakak, ya. Entahlah, masih belum ada kabar yang jelas. Kurasa ia memang jarang sekali memegang ponselnya."
Entah sudah berapa lama sejak terakhir kali Ave mendengar suara kakaknya. Ia juga tidak bisa menyalahkan sang kakak karena sebelumnya, Ava sudah mengatakan rencananya untuk pergi dalam waktu yang sangat lama.
Karena putusnya komunikasi antara ketiganya, Ava mungkin tidak tahu bagaimana kondisi Mikha saat ini. Bahkan Mikha sendiri seolah tidak berniat untuk menghubungi Ava.
"Kau tak perlu mencemaskannya, Mikhail. Ia pasti juga turut senang jika tahu soal kelahiran keponakan barunya ini, hehe!" Ucap Ave berusaha menghibur Mikha.
"Begitu... Baguslah." Mikha menghela napas panjang, ia menjeda ucapannya. "Ngomong-ngomong, sembunyikan soal ini dari Ava. Kau tahu sendiri bagaimana kalau dia menemukan fakta aku hamil diluar nikah, dia pasti akan mencari siapa ayah dari anak ini dan memukulinya sampai mati..." Mikha menghela napas. "Sementara dia pemimpin ras, rasanya tidak elit kalau sampai itu terjadi..."
Apa yang dikatakan Mikhail memang masuk akal, sangat masuk akal. Ave sendiri paham, betapa kerasnya kakaknya itu pada suatu hal yang tak disukainya. Satu kali bermasalah dengannya, kau akan dikejar sampai ke ujung dunia.
Walau begitu, bagaimanapun juga Ave tetap penasaran siapa laki-laki yang berani menghamili Mikha diluar pernikahan, bahkan membiarkan Mikha hamil sendirian seperti ini.
Meski memang paras dari Mikha memanglah cantik, tapi bagaimana bisa setelah tahu siapa Mikha, orang itu malah meninggalkannya?
Dan lagi,
'... Kenapa kau masih melindunginya? Bukankah dia sudah menyakitimu seperti ini, Mikha?'
Perlahan, Ave sedikit menundukan kepalanya. '... Menjadi single-parent itu bukan hal yang mudah, lho. Belum lagi kalau anakmu butuh sosok ayahnya nanti. Aku tak mengerti kenapa kau masih melindungi keberadaan pria yang tak jelas itu bahkan dari kakak.'
Namun, batinnya itu terhenti ketika ia sadar ada orang lain yang datang menghampiri mereka. Ave pun kembali tersenyum dan melihat ke arah Laxus yang baru saja kembali dari kantin di bawah. Tentu saja dengan membawa beberapa botol minuman.
"Oh, Tuan Laxus! Kau kembali, tapi kenapa wajahmu kusut sekali, kau khawatir dengan anak gadismu?" Pancing Ave.
"Ah– ya... Sembilan bulan yang membuat stress..." Ucap Laxus meratap. "Anak saya izin dua tahun lalu untuk pergi ke Illiya, dan saat pulang... Dia sudah berbadan dua... Padahal saya sudah bilang pada kakakmu untuk menjaganya..."
Tidak perlu kemampuan supernatural untuk bisa merasakan aura gelap dan kelam dari tubuh Laxus.
Mikha hanya bisa tertawa garing, lalu memalingkan pandangan. Enggan bertemu pandang dengan iris kelabu yang menatapnya tajam.
Mikha hanya pura-pura tidak melihat.
Lagipula ini sudah ke tiga puluh kalinya Laxus memberi tatapan serupa padanya. Bukan kebal, ia hanya berusaha menahan rasa merinding.
"Saya juga masih penasaran siapa laki-laki durjana yang berani memanfaatkan kepolosan anakku!? Tidak tahukah dia kalau sosok yang dia kotori itu adalah seorang ancestor?!"
"–Tunggu ayah, sabar... Tenanglah..."
Iris kelabu kembali menatap tajam, "kau tidak punya hak bicara begitu sekarang, Nak..."
Laxus marah. Ia yakin.
Tapi, mungkin lebih ke arah khawatir. Mengingat, melahirkan sama saja dengan mempertaruhkan nyawa dan Mikha adalah anak gadis satu-satunya.
"E—"
'HAAAAA!? BAHKAN TUAN LAXUS JUGA TAK TAHU!?'
Ave berteriak di dalam hati, ia lebih terkejut begitu ia tahu bahwa Laxus sendiri tak tahu siapa yang berani menghamili anak gadisnya.
Dia Laxus, seorang ayah sekaligus seorang bangsawan vampir, bahkan tidak tahu siapa ayah dari anak yang dikandung Mikha. Ave shock.
Meski begitu, Ave masih berusaha menetralkan ekspresinya, ia berusaha terlihat ceria dan biasa saja, seakan-akan tak ada yang salah–
–tidak, ini jelas salah!
"Tenanglah, Tuan. Kita bisa tanya-tanya setelah ia melahirkan dan pulih, okay?" Seolah satu hati dengan Laxus, Ave menatap Mikha dengan tatapan menagih penjelasan.
Mikha hanya cengengesan.
Ave menghela napas, percuma, ia mengingat dengan jelas seberapa batunya kepala Mikha. Ia memilih untuk kembali menyentuh perut Mikhail dengan tangan kanannya, mengusap perut yang membuncit itu dengan penuh kasih sayang.
"Nampaknya Mikhail justru juga senang dengan kehadiran anak ini. Kalau tidak, mungkin anak ini tak akan bertahan sampai sini, kan? Dan lagi—"
Kepalanya kembali menoleh ke arah Laxus, "Karena ada urusan penting lainnya sekaligus mengawasi para vampir diluar sana, kakak belum bisa kembali. Maka dari itu, aku yang akan menggantikannya untuk sementara waktu, atau selamanya."
Mendengar penjelasan itu, Laxus hanya bisa menghela napas panjang. Memasang wajah nelangsa sembari menggenggam tangan anak perempuannya yang masih tampak bersandar di bantal dengan wajah pucat.
"Saya sebagai seorang ayah hanya ingin yang terbaik untuk anak saya. Punya keluarga yang lengkap dan hidup bahagia. Saya padahal sudah mempercayakannya... Tapi malah jadi seperti ini..." Laxus mengambil kursi, duduk di sisi lain ranjang Mikha. "Saya ini hanya seorang ayah yang malang. Melihat anaknya menjadi seorang single parent tanpa bisa melakukan apapun."
Mikhail facepalm, memang tidak salah. Laxus menyayanginya meski ia tahu identitas asli Mikhail, tapi ia tidak bisa mengatakan kebenarannya.
Setidaknya tidak sekarang.
"Sepertinya saya hanya bisa menjaga anak ini sendiri... Meminta orang lain menjaganya seperti tidak memberi saya ketenangan." Iris kelabu Laxus semakin tampak berapi-api.
"Ayah sudahlah... Tidak apa... Aku sejak dulu memang ingin punya anak. Lagipula, anakku mungkin akan senang memiliki paman dan kakek yang menyayanginya. Ya?" Mikha masih berusaha membujuk Laxus.
Pasalnya, sang ayah sudah uring-uringan semenjak ia masuk rumah sakit. Ia tidak bisa menyangkal juga, sebagai laki-laki yang pernah melihat seorang wanita melahirkan mungkin tidak ingin melihat itu terjadi pada anaknya.
"Kau harus banyak istirahat..."
Baru saja Laxus meminta sang anak untuk beristirahat, Rasa sakit yang menyengat tiba-tiba terasa di area perut Mikha. Wajah yang memang pucat tampak semakin pucat.
Ia langsung menggenggam lengan Ave dan Laxus, meski masih tersenyum, terlihat jelas bahwa kali ini Mikha benar-benar menahan rasa sakit yang luar biasa disana bahkan keringat dingin mengalir deras di pelipisnya.
"D-dokter... Tolong panggilkan.. ini... Sakit..."
-
KAMU SEDANG MEMBACA
Happy Family
VampirosNamanya Evan Gavrel Angelo, seorang vampir yang teridentifikasi sebagai vampir berdarah murni dengan kemurnian darah lebih dari delapan puluh persen-yang dimana, statusnya lebih tinggi dari vampir lain-. Lahir sebagai anak tunggal dari satu-satunya...