Chapter 27

1 1 0
                                    

“Nani? Kau akhirnya menyatakannya?!”

Aku langsung menutup mulut Nanae dengan kedua tangan sebelum mata yang menatap penuh tanya ke arah kami semakin banyak. Astaga, suara gadis ini benar-benar kencang!

Sambil melompati satu anak tangga hingga aku berdiri di samping Nanae, langsung kugerakkan mata kesana-kemari. Kuteliti seberapa banyak murid lain yang bermaksud menguping pembicaraan kami. Ya, meskipun ini aksi yang sangat bodoh. Tapi bagiku ini wajib dilakukan agar rahasiaku aman.

Setelah memastikan sekitar tangga pojokan tempat favorit kami itu aman, aku pun kembali memfokuskan mata menatap Nanae. Kudekatkan bibir ke telinganya dan lanjut menceritakan semua kerisauan hati ini.

“Sou ne.  Akhirnya setelah sekian lama. Kupikir aku harus mengetahui perasaannya terhadapku juga,” decisku pelan.

“Bagaimana kau mengatakannya?!” tanya Nanae sangat antusias. Alisnya naik nampak panic. Aku jadi bingung sebenarnya dia sedang penasaran atau apa.

Aku menghela napas panjang. “Nachan, aku hanya mengatakan kalau aku menyukainya,” kataku malas.

Nanae malah menepuk-nepuk bahuku hingga aku merasa kesakitan sekarang. “Lalu, lalu, apa respon darinya?!” serunya hampir berteriak.

“Itulah…”

Aku mendesah pelan. Kutundukkan kepala untuk menutupi ekspresiku yang pasti nampak memalukan sekali.
“Sepertinya dia tidak menyukaiku..”

Kali ini, Nanae malah memukul bahuku dengan lebih keras. Astaga, aku hampir saja berteriak! Namun untunglah emosi ini masih bisa kukontrol. Aku hanya menatapnya dengan sengit lalu meringis kesakitan.

“Heee! Memangnya apa yang ia katakan padamu?!”

“Dia hanya menekankan jari telunjuk ke dahiku, lalu mendorong kepalaku dengan pelan. Kemudian dia malah tertawa..” jawabku sambil menunjuk dan mendorong dahiku sendiri.

Aku kembali menunduk dan mulai menggigiti bibir bawah. Ah, benar sekali perkiraanku. Malah tawa Nanae meledak heboh sekali. Ini semua gara-gara Manato, cowok sialan itu!

Apa maksudnya memperlakukanku seperti itu, setelah aku menyatakan rasa suka padanya? Ia hanya membuatku malu dengan menertawakanku. Lalu mengatakan kalau aku nampak bodoh sekali ketika berusaha serius. Dia hanya bilang aku ini tak cocok bermain teater! Memangnya kapan aku tertarik masuk ekskul teater?

“Nachan, berhentilah tertawa!” teriakku sebal.

Akhirnya, bahu Nanae yang bergerak naik-turun karena tak tahan menahan geli pun berhenti. Gadis itu memandangiku dengan tatapan poker face! Ah, hebatnya dia bisa menunjukkan tatapan seperti itu!
“Umm. Mungkin wajahmu nampak sangat tolol saat itu. Makanya dia tak tahan untuk tertawa..”

“Jangan berikan komentar seperti itu!” teriakku dengan sangat keras kali ini. Lalu begitu sadar banyak murid lain yang sedang berjalan lantas berhenti dan menoleh ke arah kami, aku hanya sanggup membalas mereka dengan senyum dan tawa imitasi.

Begitu mereka kembali mengalihkan pandangan dari kami, aku pun kembali menatap Nanae. Memelototinya dengan tajam. “Nachan, berjanjilah untuk tidak menceritakan ini pada Shoji!” ancamku sambil menarik kerah kemeja seragam gadis itu.

Nanae langsung mengerucutkan bibir. Tangannya bergerak memegang tanganku yang masih meremas kerah kemejanya. Lalu mendorongnya hingga kuturunkan lagi tanganku itu.

“Kau tenang saja. Rahasiamu aman dari makhluk menyeramkan bernama Shoji Suzuki!” cetus Nanae sambil memutar bola mata.

“Aman bagaimana? Kalian tak tahu aku berada di atas sini?”
“SHOJIROOOOO…!!!”

Aku dan Nanae memekik kaget.
Yang benar saja? Begitu kudongakkan kepala, cowok kurus menyebalkan itu langsung melompati anak tangga turun ke hadapanku. Dia seperti hantu yang bisa muncul di mana saja dan kapan saja. Menyebalkan.

“Tadinya aku sedang pacaran di atas sana, tapi ternyata kalian mengganggu ketenangan kami!” celoteh Shoji sambil menunjuk seorang gadis berpotongan rambut emo-scene yang kemudian muncul di belakangnya.

Apa? Shojiro punya pacar?

“Wah, kau memacari gadis Harajuku ?!” pekikku kaget.

Dengan penuh percaya diri, Shoji pun menggandeng gadis manis dengan pita warna pink tersemat di rambutnya itu dan membawanya mendekati kami.
“Nah, Machan, mereka ini teman sekelasku!” teriak Shoji.

Gadis yang disebutnya ‘Machan’ itu pun tersenyum malu-malu kepada kami. Matanya yang begitu cantik dengan softlense warna ungu bergerak memperhatikan kami bergantian. Rasanya aku tidak percaya dialah yang menjadi pacar pertama Shoji.

“Hajimemashite, watashi wa Manami Azuma. Dozo yoroshiku onegaishimasu,”  ucap gadis bersuara menggemaskan itu ramah sambil perlahan membungkukkan badan. Sungguh pemandangan yang menarik. Aku langsung menyukai gadis ini!

“Machan, yang sebelah kanan ini gadis bodoh yang sering kuceritakan padamu, Ayaka. Dan yang berambut jelek di sebelahnya, inilah yang bernama Nanae!”

Sekali lagi, gadis itu membungkukkan badan sambil tersenyum manis sekali. Aku dan Nanae yang nampak menahan rasa kesal di balik senyum pun ikut membungkukkan badan. Sekali lagi, gadis bernama Manami itu membungkukkan badan ke arah kami.

Shoji tersenyum puas. Sepertinya dia bangga sekali menunjukkan pacarnya ini. Tangannya langsung menggamit bahu gadisnya itu dan menatap sombong pada kami.

“Perpaduan yang pas bukan? Pemuda tampan yang bertubuh tinggi kurus ini bersanding dengan gadis Harajuku?!” serunya.

Aku langsung menyeringai lebar. Setelah menggangguk sebentar, aku pun langsung menyampaikan apa yang terlintas di pikiran ini. “Oi, Shojiro, jika penampilanmu mengarah ke Visual Kei  maka kalian akan menjadi pasangan yang terhebat di sekolah ini!” cetusku sambil mulai mengelus dagu dan menyipitkan mata menatap pasangan itu.

Mendengar komentarku itu, Manami langsung menggangguk antusias. Sementara Shoji menaikkan alisnya tinggi-tinggi. Nampaknya cowok itu sekarang sedang berpikir keras. Haha.

“Hei, Machan, kalau kau sedang berkumpul dengan teman-temanmu di hari minggu, gayamu lebih suka Decora  atau Kogal ?!” Kali ini Nanae yang nampak begitu antusias terhadap gadis manis itu.

“Aku tidak menyukai Kogal karena itu terkesan seperti pamer perhiasan saja. Aku lebih suka Decora!”

“Sugoi ! Aku jadi ingin melihatmu bergaya di Harajuku lain kali!” pekik Nanae.

Shoji langsung menggeleng kuat. “Nachan, kau tidak boleh ikut-ikut bergaya nyentrik karena itu sangat tidak cocok untukmu!” cetusnya.

“Heee! Aku tidak bilang akan berubah jadi gadis Harajuku!”

Baiklah, kesimpulannya aku sangat senang dengan berita mengejutkan ini. Mungkin, perhatianku beberapa hari ini selalu tertuju pada Manato hingga aku seperti tidak tahu apa-apa.
Maka mulai saat ini, Shoji bukanlah Shojiro milikku lagi.

***

Bersambung ke Chapter 28

Sayonara, SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang