"Ayoo semuanya kumpul, kita pemanasan terlebih dahulu,"pak Joko selaku guru olahraga menginterupsi murid murid untuk berkumpul.
hari ini jadwal olahraga bagi kelas Alana, pengambilan nilai praktek.
Alana menggerai indah rambutnya, bersama tiga temannya segera berkumpul melakukan pemanasan.
"ketua kelas pimpin pemanasan,"titah pak Joko.
"lahhh kok gitu pak,"Dimas sang ketua kelas berseru tidak terima.
"kenapa? kamu mau protes"
Dimas mendengus, lalu maju kedepan memimpin teman temannya.
"cepetan! baris lo semua!,"Dimas berteriak kepada yang lainnya.
pak Joko memukul kepala dimas dengan papan jalan yang dibawanya.
"yang bener kamu itu,""laaa ini bener pak"
"sudahh sudahh cepat"
"ikutin gue"
teman teman yang lain terkikik geli melihat rupa Dimas yang sangat terpaksa.
"saya tinggal dulu sebentar, kalian pemanasan yang benar. setelah itu persiapan untuk pengambilan nilai,"
"baik pakk"para murid kompak menjawab.
*
mereka telah menyelesaikan kegiatan pemanasan tadi, sekarang tinggal menunggu pak Joko kembali dari urusannya.
"gilaa na, lu gak panas apa digerai? mana abis olahraga gini, engap gua ngeliatnya,"nafas jingga tidak beraturan.
"Lo mah ketawan banget gak pernah olahraga, baru pemanasan gini aja udah kayak sakaratul maut,"celetuk Amanda.
"sialan,"maki jingga.
"gue gak bawa kunciran,"Alana mengipas ngipaskan tangannya karena merasa panas.
"nihh,"salsa memberikan Alana benda yang ia butuhkan.
"makasih"
Alana menggigit kunciran itu dimulutnya, membawa rambutnya menjadi satu dan mengikat kuda rambutnya.
suara siulan datang dari atas, kompak empat gadis itu mendongak. ada fatan dengan tampang menyebalkannya diatas sana.
Alana menatap datar kerumunan para laki laki itu, yaa jelas pasti tidak hanya ada fatan.
Alana hanya menatap Rafael sekilas dan membuang muka, ia sedang ditahap mengikhlaskan.
"Rafael na,"ucap jingga
"biarin,"balas Alana singkat
*disisi lain*
"gilaaa damagenya Alana nguncir rambut,"ucap fatan menggeleng gelengkan kepalanya."iyaa cakep banget, no counter,"Danu menanggapi.
Rafael berdecak pelan, kenapa gadis itu suka sekali mengikat tinggi rambutnya. mau melarang, tapi tidak punya hak.
"gimana raf? udah nyesel belom?"tanya fatan.
Rafael memutar bola matanya.
tapi laki laki itu sedikit terkejut, sempat mereka berkontak mata sebelum gadis itu mengalihkan pandangan dari dirinya.
**
kembali ke Alana
"duduk bawah pohon sana yuk. panas,"salsa mengajak yang lainnya untuk berteduh.
yang lain mengangguk dan mengikuti salsa untuk duduk santai dibawah pohon rindang.
"Rafael daritadi liatin lo tau na,"ucap jingga berbisik.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNCRUSH-?
Teen Fiction"Kalo suatu saat gue dan rafael emang gak akan pernah jadi kata 'kita', gue bakal confess ke dia. Tapi gue juga akan pergi setelah itu" -alana