"Pergi ke mana mereka?!"
"Di sana! Mereka masuk ke gang itu!"
Sekumpulan pria dan wanita berlarian dalam gelapnya malam. Tangan mereka siap dengan obor, garpu taman, pun busur silang untuk para pria.
Memasuki gang yang dimaksud oleh si pria ceking, mereka justru menemui jalan buntu. Gang tersebut ditutup dengan tumpukan kotak kayu.
"Mereka berdua pasti memanjat kotak-kotak ini!" seru si pria ceking sekali lagi.
Dua dari mereka yang dilengkapi dengan busur silang memutuskan untuk memanjat, mengecek sisi lain dari kotak-kotak kayu tersebut. Yap! Seperti yang kalian duga, dua pemuda ini tidak menemukan pencuri yang tengah mereka kejar.
"Hah! Kau kalah!"
"Ck---kamu hanya beruntung."
"Tidak, aku memang pandai bermain kar ... tu?"
Alih-alih dua pria berbadan besar dengan wajah menyeramkan, mereka justru menemukan seorang pemuda bermuka masam dan bocah ingusan yang tadinya tersenyum penuh kemenangan setelah memenangkan permainan kartu. Keduanya duduk bersila di lantai, saling berhadapan, tanpa lentera sebagai penerang. Untunglah bulan malam itu cukup terang.
Si bocah mendongak keheranan, lantas bertanya, "Kalian berdua sedang apa? Ini kawasan anak jalanan."
"Apa? Kalian ingin mengusik kami lagi?" Si pemuda menambahkan dengan raut yang kian masam.
"Oh, tidak, tidak. Bukan seperti itu!" Salah satu pemuda yang mengintip menjatuhkan busur silangnya.
Pemuda satunya yang tampak lebih dewasa berdeham. "Apa kalian berdua melihat dua pria berbadan besar dengan muka seram lewat sini?"
"Hah?" Tiba-tiba si bocah menunjukkan raut kesal, padahal sedetik lalu dia kelihatan bersahabat. "Kalau kami lihat yang seperti itu mana mungkin kami masih di sini. Kalian pakai akal sehat, dong. Bukannya kalian sudah dewas---"
Dengan cepat si pemuda berwajah masam menyumpal mulutnya dengan kartu. Dia pun beralih mendongak dengan wajah yang tidak jauh berbeda dari yang sebelumnya. "Maafkan si idiot ini. Tidak ada siapa pun yang lewat. Kalian orang pertama yang kami lihat sejak satu jam terakhir."
Dan dengan demikian, dua pemuda itu pergi, menggiring para warga yang mengamuk ke arah lain.
Hening di antara mereka berdua yang tadinya asyik bermain kartu. Setidaknya sampai gerombolan warga yang mengamuk itu sudah terdengar jauh.
Si bocah---ah, gadis cebol itu akhirnya melepas tawa kecilnya yang sejak tadi ia tahan sampai badannya gemetar. Dia pun merangkak mendekati senjata yang jatuh tadi sementara temannya mengembuskan napas lega sambil mengelus dada.
"Hehe~ Dapat senjata!" Gadis itu berpose dengan busur silang yang baru saja ia pungut.
"Idiot, lepaskan itu. Kamu akan membahayakan kita berdua," ujar si pemuda agak was-was.
Si gadis berkacak pinggang dengan sebelah tangan sementara tangan satunya memegang senjata tersebut. "Psssh! Tenang saja, Al. Aku tahu kita belum mengenal satu sama lain dengan baik, jadi biar kuberi tahu satu hal. Begini-begini aku pandai menggunakan senja---"
Syuutt!
Prang!
Ya, si cebol itu tidak sengaja menembakkan anak panah yang mengenai jendela rumah seseorang.
"Kurang ajar! Berani-beraninya mengganggu tidurku!" teriak sang pemilik rumah atau lebih tepatnya kamar.
Al dan si cebol saling tatap sebentar, lalu mereka lari terbirit-birit. Si cebol melempar busur silang ke sembarang arah, sedangkan Al menyambar kantong berisi curian mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
1, 2, 3, POOF! Got Ya Stuff!
FanfictionDi dunia tempat sihir hanya dimiliki oleh kaum bangsawan, di tengah masyarakat yang amat memperhatikan kasta, mereka dipertemukan. Seorang anak bangsawan jatuh dan seorang gadis yatim piatu biang onar dipertemukan untuk menutupi kekurangan satu sam...