"Saya sarankan kalian bergerak sendiri-sendiri untuk satu minggu ke depan," ujar Furu setelah menarik tangannya dari bola kristal.
"Kenapa?"
"Oke!"
Al dan Cheat bertukar pandang sejenak.
"Kamu terdengar senang." Al bersedekap.
Semangat Cheat seketika memuncak. "Tentu! Aku bisa bebas melakukan apa pun tanpa Al yang suka melarang ini dan itu," cibirnya.
"Baiklah. Jangan datang mencariku saat jatah uangmu habis sebelum satu minggu." Al memalingkan wajah.
Cheat ikut membuang muka sambil bersilang tangan. "Huh, tidak akan!" Dia melirik rekannya sekilas, jadi makin kesal, lantas memejamkan mata. "Jangan sampai kulihat kau digeret ke penjara bawah tanah oleh para penjaga."
"Khawatir?" Al cengar-cengir.
Ekspresi jijik andalan terpampang pada wajah Cheat kala ia menoleh.
Furu melepas napas gusar usai menyimpan kembali bola kristalnya. "Saya sudah mendengar cerita pertemuan kalian, tapi sungguh, perpaduan ini tidak hanya memberikan hal baik nantinya."
Al mengendikkan bahu. "Selalu ada hal baik dan buruk dalam hidup." Matanya memicing. "Apa ada yang salah, Furu the Fortune Teller?"
Mendengkus sebal, Furu membalas Al dengan tatapan yang sama tajamnya. "Sudah saya katakan dan akan saya ulangi,"---Furu meletakkan telunjuk di atas meja tempat ia baru saja meramal---"bergeraklah secara terpisah. Untuk satu minggu ke depan. Itu kalau kalian tidak ingin tertimpa kesialan besar."
Sorot mata Furu berubah, pun netranya sedikit mengilat. Keramahan yang ditunjukkannya sejak awal bertemu lenyap tak bersisa.
"Oke, oke,"---Cheat meletakkan kedua telapak tangan di atas meja Furu---"itu bukan masalah sama sekali." Bergantian menatap dua orang yang sempat bersitegang, ia menambahkan, "Kenapa kalian terlihat serius sekali seperti sedang bersaing?"
Segera Al menetralkan ekspresinya. "Bukan apa-apa. Dan ya, tentu itu bukan masalah sama sekali. Aku hanya ingin tahu alasannya."
"Seringkali, rasa penasaran berlebih membawa petaka untuk mereka yang tak kunjung puas," ucap Furu setelah menenangkan diri.
Lagi-lagi Al dan Furu bertukar pandang dengan tatapan sengit.
"Oke ...." Cheat bangkit berdiri dengan canggung, tangan tertaut di balik punggung. "Kurasa sudah waktunya pamit."
"Oh,"---Al berdeham pun ikut berdiri---"benar. Terima kasih atas bayarannya."
Cheat mengangkat kantong berisi koin, menggoyangkannya dengan senyum lebar. "Ya! Terima kasih, Furu! Aku bisa makan enak malam ini, hehe~"
Al melirik sinis, ingin mengatakan sesuatu, tetapi segera ia telan kata-kata itu mengingat Cheat sempat menegurnya. Soal berlagak seperti seorang wali.
"Iya." Furu tersenyum simpul pada Cheat. Ia pun mengantar duo pencuri itu ke luar. "Kalian berhati-hatilah."
Mereka pamit, menyusuri jalan setapak yang diapit pohon-pohon buah. Tatapan Furu tak lepas dari mereka, tepatnya Al, sampai dua orang itu hilang dari pandangan. Dan Al bisa merasakannya.
Begitu mereka keluar dari area perkebunan, jalan setapak menyambut. Hutan di kiri dan kota di kanan.
Cheat mengambil dua langkah ke jalan yang kiri, lantas berbalik menghadap rekannya. "Oke, sampai jumpa minggu depan?" Gadis cebol itu mengendikkan bahu dengan senyum geli di wajahnya. "Aku tidak pandai menghitung hari, jadi, ya ... cari saja aku nanti."
KAMU SEDANG MEMBACA
1, 2, 3, POOF! Got Ya Stuff!
FanfictionDi dunia tempat sihir hanya dimiliki oleh kaum bangsawan, di tengah masyarakat yang amat memperhatikan kasta, mereka dipertemukan. Seorang anak bangsawan jatuh dan seorang gadis yatim piatu biang onar dipertemukan untuk menutupi kekurangan satu sam...