Eps. 9 : Pertemuan Mereka Berempat

15 6 44
                                    

"Hmmn ...." Naka mulai kelihatan gelisah, menatap kebabnya yang tersisa setengah. Tentu dia sendiri yang memakannya, bukan Cheat.

Matahari sudah berada di puncak dan sinarnya begitu terik. Jalanan ramai dengan orang-orang yang hendak makan siang. Cheat dan Naka mengamati mereka sambil menyantap kebab sebagai makan siang. Keduanya duduk di atas kotak kayu di depan sebuah gang kecil.

Melirik ke samping, rupanya Cheat sudah selesai menyantap kebabnya. Senyum puas terukir sementara gadis kecil itu mengusap perutnya yang sedikit buncit sehabis makan.

Tidak ingin merusak suasana, tetapi segera Naka tepis itu. Dia harus menanyakannya sebelum hari telanjur sore. "Kak Cheat, kita cari Al sekarang? Sebelum hari sore. Aku masih harus kembali ke pondok."

Cheat diam sebentar, bergantian menatap Naka dan kebabnya yang masih tersisa setengah. "Tapi Naka belum selesai makan siang. Tidak baik makan sambil jalan, kan?"

"Ya ...." Naka memandangi kebabnya. "Aku sudah kenyang. Ini bisa dibungkus lagi untuk perjalanan pulang nanti."

"Oh, oke!" Cheat melompat turun dari kotak kayu tersebut, mendarat dengan kedua tangan terentang ke samping. Dia pun berbalik menghadap Naka, mendongak karena gadis itu masih sibuk dengan kebab dan tas punggungnya. "Sebenarnya aku tidak tahu dia ada di mana ... mungkin di rumah penginapan? Yang murah."

Naka bergumam, ikut berpikir. Begitu selesai membungkus sisa kebab dan memasukkannya kembali ke dalam ransel, ia mengangkat kepalanya. Menatap lurus ke depan, tiba-tiba dia tersentak. Senyum miring perlahan terukir. Naka melompat turun dan mendarat di samping Cheat. Senyumnya melebar. "Atau mungkin dia sedang berkeliaran di sekitar sini mencari makan siang."

Cheat meletakkan kepalan tangan di atas telapak tangan satunya seraya berseru, "Benar juga! Ini jam makan siang." Dia sadar akan gelagat Naka yang sedikit mencurigakan, lalu berbalik mencari-cari apa yang membuat Naka tersenyum begitu melihatnya.

Karena kebanyakan orang sudah membeli makanan atau sudah menemukan tempat dalam restoran, jalanan tidak lagi seperti lautan manusia. Cheat tidak tahu apa yang membuat Naka tersenyum, tetapi dia menemukan orang yang mereka cari.

Dengan ekspresi secerah mentari ia menoleh pada Naka sementara satu telunjuknya terarah pada orang tersebut. "Itu dia, Naka! Di depan warung satai daging!"

"Oh, jadi orang itu, ya." Senyumnya luntur digantikan dengan ekspresi terkejut. Keterkejutannya itu tidak terlihat natural. "Mau langsung kita hampiri, Kak? Sepertinya dia bersama seorang teman."

"Hah? Teman?" Perlahan Cheat kembali menatap depan. "Al punya te---oh?"

Tampak dari kejauhan, Al sedang bercakap dengan seorang gadis pirang dengan baret merah yang baru saja menyusul. Gadis itu ikut memesan satai sementara Al---sekilas---terlihat kesal.

Senyum jahil terbit di wajah Cheat. Dia pun tertawa pelan. "Ayo, Naka. Aku jadi ingin mengejutkannya."

Di sisi lain, Al tengah menunggu satai daging pesanannya dengan tidak sabaran. Tangan tersilang di depan dada, pun bertumpu pada satu kaki sementara kaki satunya mengetuk-ngetuk lantai. "Kupikir kamu harus bekerja di penginapan atau menyanyi di suatu tempat."

"Heee? Maksudmu aku tidak perlu istirahat makan siang?" tanya Ria dengan tampang tersakiti.

"Ya, tidak perlu mengikutiku juga." Al mengembuskan napas kasar. Dia terjebak dengan gadis pirang itu lagi sampai pesanannya selesai dibakar. "Aku sudah melihat semua yang ingin kamu tunjukkan. Masih ada perlu apa lagi?"

Ria berkacak pinggang dengan raut masam. "Sudah kubilang, ini hanya kebetulan. Ke-be-tu-lan!" Ia beralih melipat tangan di depan dada, meniru pose Al. "Lagi pula, urusanku sekarang ini bukan denganmu. Itu sudah selesai, seperti yang kamu bilang."

1, 2, 3, POOF! Got Ya Stuff!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang