Memori akan hari itu masih segar dalam ingatan Cheat meski bertahun-tahun telah berlalu. Hari ketika dirinya ditinggalkan oleh teman-teman yang berharga. Ezye, Nacaa, dan Pichie diadopsi oleh seorang yang mampu memberi makan tiga mulut lagi.
"Kami pergi dulu, ya, Clou. Jangan nakal." Ezye menepuk pucuk kepala anak itu, lantas mengacak-acak rambutnya sambil menampilkan senyum jahil.
Nacaa menyentakkan tangan Clou, tersenyum manis. "Kapan-kapan kami akan mengunjungi, jadi kamu sehat-sehat, ya!"
Pichie, yang terakhir mengucapkan perpisahan, memeluk Clou dengan air mata membanjiri wajah dan ingus meleleh dari lubang hidung. "Pi mau tinggal dengan Kak Ta! Pi mau Kak Ta ikut!"
Tangis yang sejak tadi Clou tahan akhirnya lepas. Dia balas memeluk Pichie erat seakan-akan tak mau melepasnya. Clou tidak mau melepasnya. "Tidak bisa, Pi ... aku tidak ikutan diadopsi...." Mereka diinginkan, sedangkan Clou tidak.
Sebegitu burukkah gadis kecil itu hingga tak seorang pun ingin mengadopsinya? Tidak, bukan itu yang dia inginkan. Clou hanya ingin ikut diadopsi bersama teman-temannya. Namun, apa boleh buat. Orang itu hanya menginginkan tiga anak, tidak lebih. Atau hanya mereka bertiga yang menurutnya baik untuk diadopsi.
Clou, kan, anak nakal. Pikiran itu menggerogoti benaknya selama berhari-hari, bahkan berminggu-minggu lepas kepergian mereka.
Clou kembali menjadi seorang penyendiri. Bisa-bisa dia tidak bicara seharian jika tidak ada yang mengajaknya bicara. Dan, ya, tidak ada. Ibu Panti adalah pengecualian, tetapi Clou tidak menyukai Ibu Panti.
Kesalahan sekecil apa pun yang diperbuat Clou dapat mengundang amarah Ibu Panti. Biasanya dia hanya diomeli atau dijewer. Kadang saja Clou akan dikunci di atap, tempat anak-anak nakal; tempat paling gelap yang pernah ada.
Clou tidak suka gelap; Cheat benci gelap. Sebab, di dalam kegelapanlah ia bersemayam.
***
Semalaman Cheat menunggu jawaban, tetapi yang dia dapat sama sekali tidak jelas. "Aku tidak tahu alasanku apa. Ingatanku kabur," kata Al.
Apa itu menjawab pertanyaan Cheat? Sedikit pun tidak. Pemuda itu menghindar setelah menghindar, membuat kekesalan membuncah.
Pada akhirnya mereka berpisah, memberi ruang untuk satu sama lain. Kali ini, apa pun yang terjadi, Cheat tidak akan mau bertemu dengan Al sebelum waktu yang dijanjikan. Ya, kontrak mereka sebagai rekan belum diputus. Walaupun bukan kontrak resmi tertulis, tetap dibutuhkan persetujuan kedua belah pihak untuk mengakhirinya.
Cheat bukan orang yang egois.
Cheat tidak boleh egois.
Pagi hari ini langitnya mendung dan udaranya dingin menusuk tulang. Amat suram seolah-olah cuaca telah menyesuaikan diri dengan suasana hati Cheat. Angin bertiup kencang, membuat syal dan rambut gadis itu yang dikucir berkibar liar.
Apa badai akan datang? Cheat menengadah, bertanya-tanya meski tahu langit tidak akan menjawab. Kota masih jauh dan firasatnya makin tidak enak. Seperti ada yang berbisik tepat di sebelah telinganya, bahwa bahaya akan datang.
Bulu kuduk Cheat seketika meremang. Kedua kaki pendeknya berayun lebih cepat menjejak tanah berkerikil, menghindari batu-batu tajam yang mencuat, dan melompati akar-akar pohon besar.
Bertahan hidup di jalanan seorang diri selama bertahun-tahun telah mengajarkannya banyak pelajaran berharga. Contohnya adalah untuk tidak mengabaikan firasat buruk dan untuk mengikuti insting.
Langit lambat laun semakin gelap. Pikiran Cheat kalut.
Apa Kak Ez, Nacaa, dan Pichie ada di sekitar sini? Apa mereka baik-baik saja?
KAMU SEDANG MEMBACA
1, 2, 3, POOF! Got Ya Stuff!
FanfictionDi dunia tempat sihir hanya dimiliki oleh kaum bangsawan, di tengah masyarakat yang amat memperhatikan kasta, mereka dipertemukan. Seorang anak bangsawan jatuh dan seorang gadis yatim piatu biang onar dipertemukan untuk menutupi kekurangan satu sam...